Di ujung utara tepat di depanku duduk, senja berdiri termenung sendirian di atas cakrawala.
Di sisi lain Aku melihat langit dan samudera bercumbu tanpa sekat sejengkal pun. Ku tatap keduanya dengan fokus sambil melihat ke dalam isi kepalaku. Menerawang kenangan-kenangan di masa lalu. Memutarnya secara bergantian satu persatu.
Ada begitu banyak perbedaan di masa dulu dengan sekarang yamg hampir semua aktivitas mengalami banyak perubahan.
Aku tak perlu menyebutkannya di sini kan? Kau tentu lebih paham. Namun satu yang paling inti dari banyaknya perbedaan itu adalah tentang bagaimana caranya tersenyum.
Yah, tersenyum. Jika dulu orang-orang bisa tersenyum walau bersama kesusahan, sekarang dengan kebahagiaan yang berlimpah pun orang-orang sulit untuk tersenyum.
Aku tidak tahu kalau isi kepalaku akan berubah dari waktu ke waktu walau orang-orang terus menilaiku sama. “Kamu nggak berubah ya dari dulu, tetep jadi kamu yang apa adanya,” begitu kata mereka di suatu momen.
Padahal itu tidak benar. Tapi Aku juga tidak bisa menyalahkan mereka seutuhnya.
Orang-orang berhak menilai berdasarkan apa yang mereka lihat. Tapi Aku, Aku bukanlah apa yang hanya mereka lihat.
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang di Balik Tawa (TERBIT)
Ficção Adolescente[Sebagian part dihapus guna keperluan penerbitan] [KUMPULAN KATA] Apa yang kau pikirkan tentang tawa? Apa yang kau lihat dari senyum di balik bibir manisnya? Apa yang kau pandang dari rekahan di sudut pipinya? Benarkah itu nama lain dari bahagia? ...