Awan hitam mengungkung di atas cakrawala tatkala tangis para manusia menggema di semesta. Nestapa yang hanya singgah tak lebih dari sehari, dukanya sampai bertahun-tahun tak henti-henti.
Berkatalah salah seorang kepadaku, “Sudah ikhlaskan saja. Jangan ditangisi.”
Yang lain sibuk menasehati, “Sabar ya nduk. Insya Allah di sana ibumu sudah tenang.”
Dan beberapa lainnya berkomentar nyinyir, “Kayak gitu saja ditangisi sampai berhari-hari, lebay!”
Sepertinya Aku terpaksa harus mengatakan pada mereka di sini.Jika Kau termasuk dari mereka, maka maaf. Aku tidak peduli.
Kadang-kadang Aku tidak suka pada mereka yang hidupnya sudah ditempa banyak masalah. Ujian menjadikan mentalnya kuat dan tahan banting. Itu memang baik dan terlihat keren. Tapi Aku tidak suka.
Mungkin Aku salah berkata seperti ini.Kalian yang mengaku diri kuat dan tidak cengeng mungkin akan tersinggung membacanya. Tapi hei. Kamu tersinggung? Berarti nggak kuat donk. Heuheu.
Aku tahu mereka keren, hati mereka begitu kuat hingga tak ada air mata untuk kesedihan sebanyak apapun karena saking seringnya menerima banyak penderitaan.
Aku tahu mereka juga hebat, kuat dan tahan terhadap goncangan apapun. Tapi sungguh, Aku tidak butuh motivasi dari mereka.
Aku hanya ingin hidup dengan diriku yang seutuhnya. Aku memang lemah, lalu mengapa? Apa itu salah? Aku memang cengeng, melihat kakek-kakek berjualan sapu di pinggir jalan pun Aku menangis dan Kau mau menyebutku lemah? Silahkan saja. Its oke. Aku tidak peduli.
Lalu masalah kehilangan ini? Setiap orang berhak merayakan kehilangan. Dan tak ada satupun yang bisa mengatur apalagi mencegahnya.
Beginilah Aku, beginilah orang-orang lemah merayakan kesedihan atas rasa kehilangannya pada seseorang. Tidak peduli orang yang dicintainya itu menghilang selamanya atau menghilang untuk beberapa waktu saja. Aku akan tetap menangis, tidak peduli sampai seminggu atau bahkan setahun.
Dan terakhir, Aku tetap akan mengatakan bahwa Aku tidak suka pada mereka yang mengaku kuat dan mungkin memang mentalnya tahan banting.
Kau tahu kenapa?
Karena mereka yang mentalnya tahan banting, tak jarang membanting mental orang lain.
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang di Balik Tawa (TERBIT)
Fiksi Remaja[Sebagian part dihapus guna keperluan penerbitan] [KUMPULAN KATA] Apa yang kau pikirkan tentang tawa? Apa yang kau lihat dari senyum di balik bibir manisnya? Apa yang kau pandang dari rekahan di sudut pipinya? Benarkah itu nama lain dari bahagia? ...