Klakson

242 22 2
                                    

Author

Suara bising dari luar sana memecah keheningan malam, seorang gadis yang tertidur lelap tersentak kaget dibuatnya. Dengan raut muka yang terlihat kesal ia berjalan sempoyongan menuju jendela kamarnya.

Matanya mengecil memandang dari balik tirai jendela mencoba menembus keremangan malam. Helaan nafas panjang terdengar. Lama ia memperhatikan riuh diluar sana.

Setelah beberapa lama suara klakson mobil bak sirine yang mengaung tiada henti itu berhenti seiring terbukanya gerbang yang menjadi satu-satunya pintu keluar masuk ke sebuah rumah besar dengan halaman yang cukup luas diseberang jalan.

Sang gadis menghela nafas lega, perlahan ia menutup tirai jendela kamarnya dan berjalan kembali ketempat tidurnya. Matanya yang enggan terpajam lagi menatap langit-langit kamar, telinganya sayup-sayup masih mendengar suara riuh diluar sana.

Perlahan ia meraih jam kecil dimeja samping tempat tidurnya, jarum jam menunjukkan pukul 2 dini hari, sembari menghela nafas panjang ia meletakkannya kembali. Ia meraih guling disampingnya dan menutupkan kewajahnya.

Ara

Aku terperanjat dengan suara klakson dibelakangku, seketika ku hentikan mengayuh sepeda dan turun. Sebuah mobil mewah berhenti tepat disampingku.

"Hee...bisa g kalo jalan tuh minggir sedikit, tar keserempet nyalahin orang...!".

Teriakan dari dalam mobil seiring terbukanya kaca mobil membuatku sedikit jengkel. Di tambah dengan gayanya yang angkuh membuat moodku yang emang semenjak tadi malam makin buruk.

" Eh lo tuli yah...!".

Aku mendengus kesal, kutatap wajahnya yang asing bagiku. Aku belum pernah melihatnya, sepertinya ia bukan penduduk disini.

"Mbaknya yang jalan hati-hati, ini jalan kampung bukan jal tol... "

Tak ingin memperpanjang masalah aku segera menaiki kembali sepedaku dan mengayuh nya. Suara klakson kembali mengusikku namun tak kuhiraukan. Aku mengayuh semakin cepat, menjauh meninggalkan si cewek angkuh. Jalanan yang sedikit menurun membuat sepedaku kian cepat meluncur.

Aku tak memperdulikan lagi teriakannya, terus kukayuh sepedaku menuruni jalanan yang sepi. Suasana yang dingin terasa menusuk tubuhku yang terbalut sweeter. Dinginnya angin pagi bukanlah hal baru bagiku, yah karna aku dilahirkan dan dibesarkan disini dikampung halamanku.

Perlahan kembali ku kayuh sepedaku pelan terus menyusuri jalan desa sembari menikmati pemandangan hamparan sawah yang menghijau, beberapa kali terbersit dipikiranku ingin meninggalkan kampung halaman setelah lulus kuliah merantau ke Jakarta.

Aku menghela nafas panjang, mungkin niatku itu hanya akan menjadi khayalan belaka karena tak mungkin aku meninggalkan Bunda seorang diri. Tiba-tiba ku hentikan sepedaku dan menepi duduk disebuah saung dipinggir jalan desa.

"Tiiiiiinnn...!".

"Astafirullah..."
Aku terperanjat dan mendengus.

"Eh lo tau nggak, isi angin dimana"

"Disini juga banyak angin kok mbak"
Jawabku tak kalah ketus.

"Gue nggak lagi mo becanda yah... "

Si cewek songong mendengus dan turun dari mobilnya. Tiba-tiba suara alunan sebuah lagu terdengar dari dalam mobil. Ia merogoh tas kecil sikok mobilnya. Lama ia hanya memandangi HP ditangannya.

Tanpa memperdulikan panggilan hpnya ia menghampiriku dan duduk disebelahku. Matanya terlihat satu mandang hamparan sawah.

"Diangkat dong mbak, berisik tu..."

TABIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang