Author
Malam baru beranjak naik, rumah besar yang sering terlihat sepi menambah syahdunya suasana.
"Opa mana bik...?"
Nia yang tiba di meja makan menarik kursi dan duduk didepan meja makan, rambutnya yang masih basah dan sedikit berantakan ia biarkan begitu saja.
"Dikamar non, non makan dahulu saja kata tuan... "
Dengan sikap cueknya Nia melahap makan malamnya. Sayup-sayup terdengar suara klakson mobil diluar sana. Beberapa menit kemudian terdengar bel berbunyi. Si bibik sedikit tergesa-gesa berjalan meninggalkan ruang makan. Nia dengan lahap menghabiskan makan malamnya, beberapa kali ia terlihat menguap. Ia terlihat letih padahal seharian penuh Nia tak keluar rumah. Ia habiskan waktunya dengan setumpuk berkas yang berantakan diatas tempat tidurnya.
Nia memandangi berkas-berkas itu sambil menghela nafas panjang, matanya terlihat menyipit. Ia singkirkan tumpukan map seadanya agar ia bisa berbaring dengan nyaman. Ia meregangkan sedikit otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Tanggung jawab yang diberikan Opa padanya membuat ia sibuk dari biasanya, waktu yang banyak ia habiskan untuk tidur atau keluyuran tak jelas kini ia habiskan dengan mempelajari dokumen-dokumen perusahaan.
Ia tampak serius mempersiapkan diri sebelum nantinya benar-benar memimpin perusahaan Sang Opa, yang dibangun dari nol dengan banyak mengorbankan waktu, tenaga dan fikiran. Meski Nia sendiri ragu untuk bisa menjalankan perusahaan, namun kepercayaan yang Opa berikan padanya membuat Nia tak bisa menolak keinginan Sang Opa.
Tatapan Nia kosong memandang langit-langit kamarnya, Tiba-tiba terlintas bayang wajah Ara di benaknya. Perlahan Nia meraih salah satu map diantara tumpukan map lainnya. Ia membukanya dan memperhatikan selembar kertas fortopolio tentang Ara. Lama ia memandangi foto Ara yang ada disana.
Entah mengapa ada rasa aneh merayap dalam hatinya. Rasa yang ia sendiri tidak tahu apa dan mengapa, rasa yang selalu hadir setiap kali pandangan matanya bertemu dengan mata Ara. Rasa yang ia simpan dan tak ingin menunjukkannya pada siapa pun terutama Ara. Dalam sikap cuek dan angkuhnya pada Ara jauh dalam lubuk hatinya ia gelisah dan terusik dengan kehadiran Ara.
Nia menutup map ditangannya dan meletakkannya ditempatnya semula, ia bangkit dari tempat tidurnya menuju jendela, dari balik tirai ia memandang kearah jendela kamar jauh diseberang sana yang terbuka. Ia menghela nafas beberapa kali, dan tampa sengaja pandangan matanya tertuju ke sebuah mobil dibawah sana terparkir dihalaman rumah.
"Papa...?! "
Nia terkejut saat mengenali pemilik mobil itu. Jadi suara mobil yang ia dengar beberapa menit yang lalu saat diruang makan adalah orang tuanya. Dengan berlari kecil Nia keluar dari kamarnya, tak butuh waktu lama baginya untuk sampai ke ruang tengah.
Dengan nafas yang sedikit memburuh Nia berdiri terpaku didepan pintu kamar Sang Opa.Dari cela pintu yang sedikit terbuka Nia tidak dapat melihat keberadaan orang didalamnya, namun dengan cukup jelas telinganya bisa menangkap suara dari dalam kamar.
"Apa pun alasan Papa, aku tetap tidak setuju dengan keputusan Papa...! Dia hanya akan menambah malu keluarga ini. Perbuatannya diluar sana sudah melampaui batas Pa...! dan semua orang tau...".
"Sudah cukup kau tumpahkan amarah dan kekecewaanmu pada Nia, ia tidak berdosa, ia tidak bersalah Arman. Kau boleh marah bahkan kau berhak marah pada ibunya tapi jangan kau lampiaskan pada Nia. Cukup... Sudah cukup kau abaikan kan dia, kau buang dia jauh keluar negeri bertahun-tahun. Ia tumbuh tampa kasih sayang dan kehadiran kedua orang tuanya, keluarganya...! Mulai saat ini jangan lagi kau usik kehidupannya Arman. Biarkan ia menjalani hidupnya sendiri, biarkan ia sembuh dari luka batinnya. Sudah cukup Arman...! Dan ingat perbuatannya saat ini bukanlah kesalahannya sendiri tapi itu juga kesalahanmu...!"

KAMU SEDANG MEMBACA
TABIR
FanfictionKisah 2 orang wanita yang berbeda latar belakang, dengan konflik pribadinya masing-masing. Cinta, persahabatan, keluarga dan penghianatan membuat ke 2 nya bertemu.