Hujan

113 12 4
                                    

Ara

"Araaa...Araaa... "

"Iyaaa bun... "

Aku berlari kecil turun ke ruang tengah, lalu menuju meja makan. Diatas meja sepiring nasi goreng dan telur ceplok ditemani segelas teh hangat sudah tersedia. Pagi ini penampilanku sudah rapih, yah hari ini akan jadi hari istimewah buatku karena akhirnya setelah beberapa bulan kesana kemari mencari kerja aku diterima di sebuah cafe.

Walau hanya sebagai pelayan bukan bagian administrasi seperti yang kuharapkan, tapi aku tetap bersyukur. Kulahap sarapan pagiku dengan gembira.

"Pelan-pelan atuh neng... "

Sapa Bunda yang menghampiriku dengan membawa 2 buah kotak makanan.

"Bun, kok rasa nasi gorengnya beda yah... Lebih enak dari biasa... "

Bunda terkekeh dengan ucapanku.

"Nasinya biasa wae... Yang nggak biasa hati kamu Ara... "

Kali ini aku yang terkekeh, apa yang diucapkan Bunda kurasa benar. Tak dapat kulukiskan perasaanku saat ini.

"Ra, ini bekal makan siangmu... Dan yang ini kamu antarkan ke Aki yah sebelum berangkat kerja".

Kuraih ke 2 kotak makan itu, setelah menyimpan bekal makan siangku, aku berpamitan pada Bunda. Kunyalakan motor butut milikku menuju rumah si Aki.

Satpam yang sudah sangat aku kenal membukakan gerbang dengan ramah.

"Masuk Ra... "

"Nggak kang, akang aja yang anterin kue pesanan Aki aku buru-buru soalnya... "

Belum sempat kuserahkan kotak kuenya tiba-tiba terdengar suara kaca pecah. Spontan kami menoleh ke sebuah jendela dilantai atas.

"Itu kamar siapa kang...?"

Tanyaku penasaran.

"Non Nia... "

Aku tertegun sejenak teringat kejadian tadi pagi, kuhelanafas panjang.

"Yah udah atuh kang, Ara berangkat dahulu yah... "

"Sok atuh neng, Hati-hati..."

Aku tersenyum dan meninggalkan rumah Aki. Hampir satu jam berkendara aku tiba di cafe tempatku bekerja. Sesaat ku pandangi cafe yang belum buka itu. Disini aku akan memulai membangun mimpiku, aku berdoa dalam hati agar semua berjalan dengan lancar.

Seperti yang kuharapkan hari pertamaku bekerja semuanya lancar, aku bergegas hendak melepas pakaian kerjaku.

"Raaa... "

"Iya mbak... "

"Hari ini kamu lembur bisa nggak, si dita nggak masuk malam ini sakit katanya...mana ini malam minggu biasanya lebih ramai...nggak apa-apa kan...?! "

"Oh iya mbak, bisa kok... "

Aku mengurungkan niatku mengganti pakaian dan menelepon Bunda untuk mengabarinya, kemudian melanjutkan pekerjaanku.

Author

Nia menggeliat dari tidurnya mengusap-usap matanya yang sayu. Ia melirik jam dinding pukul 7 malam, perlahan ia beranjak menuju kamar mandi. Sesaat ia memperhatikan sisa cermin pecah yang masih menempel ditempatnya. Lalu mengusap telapak tangannya yang terbalut perban.

Tangannya terluka karna memukul cermin tadi pagi. Nia mendengus dan masuk kekamar mandi. Setengah jam kemudian ia sudah meluncur dengan tunggangan kesayangannya.

"Ara tolong antarkan pesanan ini dimeja no. 10 yah... "

Dengan sigap Ara membawa nampan berisi secangkir coklat panas. Minuman yang sangat pas dimalam yang dingin ini.

TABIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang