Denting Gitar

142 14 3
                                    

Nia

Aku berjalan cepat meninggalkan si cewek songong dan opa, dengan keras ku banting pintu kamarku dan ku hempaskan tubuhku kasar ketempat tidur.

"Sialan... Sialan...brengsek...!"

Ku pukul bantal melampiaskan emosiku. Seketika aku teringat sesuatu, dengan berlari kecil aku keluar kamar menuruni anak tangga keruang bawah.

"Niaaa..."

Langkahku terhenti, ku balikkan tubuhku ke asal suara. Helaan nafas panjang keluar dari bibirku.

"Mau kemana buru-buru...oh yah opa tidak melihat mobilmu, dimana...kok bisa Nia pulang bersama Ara... Opa senang kalian bisa berteman...Ara itu anak yang baik, dia pintar, ramah dan... "

"Biiiiikkk....!

" Iiii iyaaaa nooonnn... "

Si bibik tiba-tiba sudah berada diruang tamu menghampiriku.

"Iiyaa non... "

"Antar opa ke kamarnya... "

Tanpa menunggu jawaban bibik aku berlalu begitu saja, tak lama aku sudah berdiri didepan pintu rumah yang aku tuju. Sesaat aku memperhatikan keadaan rumah yang terlihat sepi. Ku ketuk pintu beberapa kali tak lama pintu terbuka. Seorang wanita setengah baya dengan mengenakan daster dan hijab berdiri diambang pintu. Senyumnya mengembang menyambutku.

"Anak siapa yah...ibu baru melihat kamu...apa kamu temannya Ara... Oh iya kamu pasti temannya Ara kan...? "

Ku tarik nafas panjang dengan sederetan pertanyaannya.

"Ya Tuhan, kenapa orang tua selalu bicara tidak pakai rem..."

"Masuk nak...Araaaa... Araaaa...kemana si Ara... Ayuk masuk nak...ibu panggilkan Ara dahulu... "

"Disini aja buk, cuma bentar doang... "

Si ibu tersenyum dan mengangguk kecil, dan berlalu kedalam rumah. HP ku berdering, masih dari orang yang sama sejak tadi malam tidak bosan-bosannya menghubungiku. Ingin rasanya ku banting HP ditanganku.

"Ada apa lagi... "

Aku menoleh, seorang cewek seusia ku sudah berdiri didekatku. Tatapan matanya yang tajam lekat memandangku.

"Urusan kita belum selesai..."

"Urusan apa lagi...? "

"Dasar lo songong, mana nomer HP si abang tambal ban yang lo janjiin... "

"Kamu yang songong... "

Si cewek yang baru kutahu mananya Ara itu berlalu meninggalkanku. Tak lama ia keluar kembali dan menyodorkan secarik kertas. Kuambil kertas ditangannya dan kitarik lengannya.

"Apaan siihh... "

"Ikut gue... "

"Kemana... "

"Balik ketempat tadi, urusin mobil gue..."

Ara tertawa kecil, kali ini aku bisa melihat ekspresi wajahnya secara utuh.

"Non Nia... Nia kan nama kamu...itu mobil mobil kamu, bannya kempes karna kamu, jadi urus sendiri...Aku juga punya urusanku sendiri ok... "

Ara mengangkat alisnya sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Ini yang namanya baik dan ramah... "

Ia terlihat bingung dengan ucapanku. Tanpa menghiraukan nya ku nyalakan hpku dan berbicara dengan seseorang diseberang sana. Beberapa menit mang dadang supir pribadi kakek keluar dengan motornya menyeberangi jalan setapak menghampiri ku. Ku ulurkan kertas dari Ara, tanpa banyak bertanya ia bergegas melakukan motornya. Aku berpaling pada Ara yang masih terlihat bingung.

TABIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang