kinnporsche (retak)

3.3K 323 25
                                    


Porsche pov

Aku pergi dari rumah sialan itu, meninggalkan orang yang membuat hatiku sakit. Aku menyesal pernah berkata jika aku mencintainya. Tapi kenyataanya memang benar aku sangat mencintainya, terlalu dalam sampai aku lupa di mana seharusnya tempatku berada.

Tidak menyangka jika percintaanku akan berakhir tragis, aku baru pertama kali mencintai seseorang karna sebelumya poros hidupku hanyalah porschay adikku.

Tapi itu tidak lagi setelah kin datang, dia mengambil sebagian dari hatiku yang kosong, tidak menyisakan sedikipun ruang untukku. Hingga aku harus menahan kepahitan.

Aku mencintainya tanpa perlu mengusik semua masalalunya. Lalu ternyata aku salah besar, aku tidak mengetahui sama sekali jika pria yang aku cintai belum selesai dengan masalalunya. Bahkan dia menamparku hari ini demi jalang itu.

Aku lupa kapan terakhir kali aku menangis. Yah.. mungkin dulu saat aku mengetahui jika orang tuaku telah meninggal. lalu setelahnya aku tidak pernah menangis lagi. Karna aku adalah pundak untuk porschay.

Dan sekarang aku kembali menangis setelah sekian lama dan itu hanya karna pria bodoh seperti kinn.

Sebelum ini aku tidak pernah tau bagaimana rasanya patah hati. Aku hanya bisa menertawai jom, saat dia putus dengan tunangannya dua tahun lalu. Dia menangis seperti orang gila bahkan nyaris gantung diri. Sangat konyol!

Lalu sekarang aku tau rasanya. Sakit hingga membuat hatiku remuk, ku rasa jika jom mengetahui ini dia pasti akan membalas ku. Haha

Aku meminum gelas ketiga puluh, jom menatapku tak percaya "Hei hentikan Porsche... Kau bisa mati bodoh!" Dia menarik gelas yang akan kembali ku teguk

"Biarkan saja...aku tidak akan mati karna bir sialan ini" ucapku mulai merasa pusing

"Kau seperti pecundang yang di tinggal kekasihnya Porsche. Haha" jom menertawaiku dengan keras, aku terkekeh miris

Yah... Aku memang pecundang lemah. Baru segini saja aku merasa hampir mati, mati karna sakit hati. sialan

"Dasar bajingan!! Kau akan menyesal telah memilih jalang itu kin. bodoh!" Bibirku mengumpat tanpa henti. Aku berada di bar malam ini.

setelah pergi dari rumah besar itu aku tidak pulang melainkan membuang semua rasa sakitku disini. lagipula Porschay masih camping di sekolahnya.

"Sudahlah...masih banyak yang lebih baik dari kin itu, jangan pernah terjebak dengan orang yang bahkan masih terbayang oleh masalalunya" ucap yok menenagkan, dia adalah waria paling baik yang pernah aku temui. Yok aku mencintaimu. Hehe

Aku menghabiskan malam di bar lalu pulang saat tengah malam, aku menyalakan lampu rumah yang gelap gulita kemudian naik ke kamarku. Meskipun setengah mabuk tapi aku masih sadar, aku membuka jendela kamar lebar-lebar.

Malam ini langit sangat gelap tidak ada satupun bintang yang menemani, angin juga berhembus semakin dingin pertanda hujan akan turun.

Yah..mungkin langitpun tau jika aku sedang patah hati. Aku mengambil sebatang rokok di saku celana dan membakarnya. Menghisap rokok itu sampai asap nikotin mulai memenuhi rongga paruku, aku memejamkan mataku sejenak. lalu menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong. Tanganku terulur memegang pipiku yang merah karna bekas tamparan kin.

Perasaan sakit mulai menjalar kembali memenuhi hatiku. Sesak sampai aku merasa tidak bisa bernafas. Perlahan air mataku jatuh tanpa sengaja, aku mengusapnya dengan ibu jari.

Merasa aneh pada diriku sendiri "kenapa kau harus menangis Porsche, dasar lemah"

Semua kenangan berputar di otakku. pertemuanku dengannya, semua kata cinta yang dia ucapkan dan perlakuannya padaku. Aku ingat semuanya sampai pada hari ini dia memilih orang lain tanpa menoleh padaku.

Mafia & JelataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang