05.Kamu bukan dia

5.8K 906 117
                                    

Sore ini Adam berencana membuat brownies bersama dengan Friska, dan saat ini mereka sudah berada di dapur. Friska sempat tidak percaya jika ternyata Adam bisa memasak.

"Lo bisa masak nasi goreng nggak Dam?" Friska mengaduk adonan dengan tatapan tertuju pada Adam.

"Bisa, bikin sayur sop juga bisa. Saya juga bisa bikin rendang, bisa bikin tumis kangkung, sayur bayam, ya lumayan lah." Ucapan Adam membuat Friska iri.

"Gue bisanya cuma masak mi rebus Dam." Demi apapun Friska ingin menangis.

"Gapapa, kan nanti bisa belajar masak yang lain." Adam memang begitu sangat perhatian.

"Enak ya lo Dam, ganteng, rajin, pinter, bisa masak lagi," puji Friska.

"Kamu muji saya kah? Eaaak, hati saya bergetar loh ini denger pujian kamu," balas Adam.

Friska tertawa. "Geli woi."

Friska baru saja selesai mengaduk adonan hingga tercampur rata, sekarang hanya perlu menambahkan gula. Tapi Friska bingung, ia tidak tahu takaran gula untuk membuat brownies.

Friska diam, ia berpikir sejenak. Biasanya saat memakan brownies rasanya sangat manis, apa perlu Friska menambahkan gula satu toples agar brownies tersebut sangat manis.

"Ini gulanya di masukin semua?" Friska menatap Adam.

"Heh ya jangan, diabetes entar," ujar Adam.

"Loh, biar makin manis Dam. Kalau makin manis kan makin enak," balas Friska.

"Ya nggak gitu konsepnya, gulanya secukupnya aja." Adam bingung, sebenarnya Friska ini ingin meracuni orang atau bagaimana.

Adam mengambil alih gula dan menuangkan gula secukupnya pada adonan tersebut. Setelah tercampur rata, adonan kemudian di tuangkan pada loyang.

"Udah selesai, berarti udah boleh di makan?" Friska terlihat tidak sabaran.

"Di oven dulu lah, masih mentah ini." Adam berjalan ke arah oven kemudian memasukkan loyang itu ke dalam oven.

Friska membuntuti Adam. "Habis gue nggak bisa apa-apa, tanya coba ke gue bisa gue apa?"

Adam menoleh dan menuruti ucapan Friska. "Bisa kamu apa?"

"Bisa ku cuma mencintaimu, eaaak." Friska menirukan ucapan Dilan sembari tertawa kencang.

Wajah Adam memerah, lelaki itu sepertinya baper dengan kata-kata Friska. Padahal jelas-jelas Friska cuma berbicara dengan asal, Friska menyadari wajah Adam yang memerah.

"Wajah lo merah, lo baper kah?" Friska tertawa geli.

"Iya, gara-gara kamu. Kamu harus dapet hukuman." Adam mendekati Friska.

Friska melotot, ia pikir Adam akan mengelak tapi mengapa malah jadi seperti ini. "Nggak usah aneh-aneh, gue gampar ya lo Dam."

"Emang berani?" Adam menarik tangan Friska membuat Friska hampir menabrak tubuh Adam.

"Dam, gila ya lo." Friska berusaha untuk tidak menjerit.

Wajah Adam semakin dekat, hanya tinggal sedikit saja hidung mereka akan menempel. Arkan tiba-tiba datang membuat situasi mendadak heboh.

"Woi Bang! Nyebut Bang Nyebut! Menodai mata gue aja lo!" seru Arkan.

Adam menjauhkan wajahnya dan menatap malas Arkan. "Kita nggak ngapa-ngapain."

"Halah, gue bukan anak TK yang bisa lo kibulin. Lagian lo kalau mau ekhem-ekhem di kebon kek, sawah kek, hutan kek, jangan di sini!" sewot Arkan.

Adam tampak menghela nafas. "Nggak ada yang lebih bagusan dikit?"

Adam & Friska { Pasangan Halal }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang