Adam sudah menawarkan Friska untuk mengantar wanita itu ke kelas, tapi wanita itu justru malah bersikeras tidak mau ke kelas. Friska merangkul erat lengan Adam agar Adam tidak kemana-mana.
"Ayo saya anter ke kelas, soalnya bentar lagi saya juga ada kelas." Seperti biasa Adam selalu sabar menghadapi tingkah Friska.
"Dam nggak usah masuk kelas, kita nonton Upin Ipin di taman belakang kampus aja." Sesat sekali Friska ini.
"Heh jangan sembarangan." Adam tidak akan terpengaruh oleh hasutan Friska.
"Enak loh Dam, nonton Upin Ipin, ada angin sepoi-sepoi, berduaan, terus makan cemilan. Beh, enak banget Dam." Friska memang sangat ahli dalam menghasut.
Adam tergiur. "Ya udah ayo."
"Ayo ke taman sekarang." Friska tampak bersemangat.
Adam tersadar. "Astagfirullah Friska, nggak nggak. Kita harus masuk kelas."
Friska cemberut, padahal baru saja ia senang karena berhasil menghasut Adam. Namun nyatanya Adam tidak mudah untuk di hasut, lelaki itu terlalu sholeh untuk di sesatkan.
Friska berpikir, apa di dekatnya hanya ada sedikit setan. Buktinya Adam sama sekali tidak terpengaruh. Mungkin saja setan yang membantu Friska tidak berpengalaman.
"Nonton Upin Ipin Dam, si kembar-kembar botak." Friska tidak mau menyerah begitu saja.
"Heh nggak boleh menghina," tegur Adam.
"Emang mereka botak kok." Friska hanya berkata yang sebenarnya.
"Bukan botak," ucap Adam.
"Ya terus?" tanya Friska.
"Kepala kinclong," balas Adam tanpa beban.
"Astagfirullah Adam, nggak boleh gitu." Friska kira Adam cupu ternyata suhu.
"Lah, salah saya apa?" Sudah salah, Adam masih saja bertanya.
Friska menatap Adam tak habis pikir, tentu saja Friska tidak lupa jika Adam mempunyai jiwa barbar. Adam merangkul Friska kemudian berjalan agar Friska juga ikut berjalan.
Friska menggeleng, tapi kakinya terus melangkah. Sia-sia Friska menghasut Adam jika tidak jadi menonton Upin Ipin. Friska menginjak kaki Adam yang terbalut sepatu membuat Adam berhenti.
"Dam mau nonton Upin Ipin." Friska masih saja keras kepala.
Adam meringis pelan dan mengibaskan kakinya, lelaki itu menatap Friska lembut. "Nanti ya."
"Maunya sekarang." Friska sangat tidak tahu diri.
Untung saja suami Friska sesabar Adam, jika yang jadi suami Friska adalah Arkan sudah di pastikan Friska akan di tenggelamkan di danau toba.
"Sekarang kamu harus ke kelas." Adam masih terlihat sabar.
"Tapi ini pengen nya dede bayi, nanti anak kita ileran loh." Friska itu pintar dalam mencari alasan.
Adam tampak menghela nafas. "Bilangin ke dede bayi nya, nggak boleh nakal. Kamu ada kelas, nggak bisa nonton Upin Ipin."
"Tapi Dam kalau orang tua nggak nurutin anaknya entar orang tuanya durhaka," ucap Friska.
"Kebalik." Adam benar-benar merasa sangat gemas.
Adam kembali merangkul Friska, apapun caranya Adam akan membawa Friska ke kelas. Tidak peduli walaupun Friska merengek dan memasang wajah memelas agar Adam luluh.
Adam tidak peduli dengan semua itu, Adam sudah menguatkan hatinya agar Friska tidak terpengaruh. Sebenarnya Adam merasa tidak tega, tapi lelaki itu sama sekali tidak punya pilihan. Hingga akhirnya mereka sampai di depan kelas Friska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Friska { Pasangan Halal }
Acakkisah dua orang yang saling bertolak belakang yang terikat dalam hubungan pernikahan. ••• Adam Haidar Arizki, lelaki yang mempunyai sifat sholeh, menikahi seorang gadis bernama Friska Jeselin yang terbilang babar. Entah bagaimana jika mereka menjadi...