18.Mencoba membujuk

4.2K 787 84
                                    

Pagi ini Adam dan Friska pergi ke kampus menaiki mobil sedan berwarna kuning, karena kasihan juga mobil itu jika terlalu lama di anggurkan dan tidak di pakai.

"Adam belom mandi tak tuntwang tak tuntwang!" Friska bernyanyi dengan suara sumbang nya.

Seketika telinga Adam langsung berdengung, suara Friska tidak main-main.

"Jangan nyanyi, kita setel musik aja ya." Adam mencari cara agar Friska tidak menyanyi lagi.

"Pengen nyanyi." Friska kembali bernyanyi. "Adam belom mandi tak tuntwang tak tuntwang!"

Demi apapun Adam ingin menangis, suara Friska seperti kambing terjepit pintu. Lama-lama Adam bisa tuli mendadak jika seperti ini caranya.

"Fris udah ya, jangan nyanyi lagi." Nada suara Adam terdengar lembut.

Friska menoleh dengan raut wajah sedih. "Kenapa? Suara gue nggak enak ya?"

Adam berusaha untuk tersenyum lebar. "Enak kok, lanjutin aja gapapa."

Melihat raut wajah Friska yang sedih tentu saja Adam tidak tega, ia rela telinganya rusak asalkan Friska tidak mengeluarkan air mata. Adam memang sebaik dan sesabar itu.

Friska kembali bernyanyi, wanita itu semakin menjadi. Suara sumbang Friska kini memenuhi mobil, di tambah lagi Friska bernyanyi membawa-bawa nama Adam. Sungguh sangat malang nasib Adam.

'Apa bener kata Arkan kalau Friska lagi hamil.' Adam melirik Friska sekilas.

Adam berdeham pelan. "Fris ...."

Seketika Friska berhenti bernyanyi. "Iya?"

"Kamu nggak pengen punya dede bayi?" Adam bertanya dengan sangat hati-hati.

"Pengeeen." Friska tampak begitu bersemangat.

"Kamu ya tapi yang hamil." Adam sudah menyiapkan mental jika sewaktu-waktu Friska akan memarahinya dan menendangnya keluar dari mobil.

"Harus gue banget ya?" Nada suara Friska terdengar pelan, raut wajahnya tampak sedih.

Adam tidak menduga jika Friska akan bereaksi seperti itu. Adam pikir Friska akan marah-marah dan mengeluarkan kata-kata kejamnya. Tapi saat ini gadis itu terlihat seperti kelinci yang tidak di beri makan.

"Hah?" Melihat raut wajah sedih Friska tentu saja membuat Adam tidak tega.

"Nggak bisa ya lo aja yang hamil?" Mata Friska mulai berkaca-kaca.

"Saya cowok, nggak bakal bisa hamil." Adam berusaha membuat Friska mengerti.

"Kenapa harus cewek yang hamil?" Friska mulai menangis.

'Nah lo nangis dia, bini lo nangis Dam,' batin Adam.

"Hei jangan nangis." Adam tidak ingin Friska menangis.

"Kenapa cowok nggak bisa hamil? Cowok itu cuma mau enaknya aja, ujung-ujungnya cewek yang harus susah." Friska semakin menangis.

Adam hanya diam, ia sebagai kaum lelaki merasa telah jahat karena telah menyusahkan wanita. Padahal jika di pikir-pikir Adam tidak punya kesalahan, Adam hanya menjalankan tugasnya sebagai suami.

Adam menyalakan lampu sein nya dan menepikan mobilnya. Adam mematikan mesin mobilnya dan menatap Friska yang masih menangis, Adam seperti pelaku yang telah menyakiti korbannya.

"Jangan nangis." Adam mengelus bahu Friska. "Kamu mau apa? Janji saya bakal turutin."

"Nggak mau apa-apa, benci banget sama cowok!" Friska menatap lurus ke depan dengan air mata yang berjatuhan.

Adam & Friska { Pasangan Halal }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang