Pagi harinya, Abin benar-benar bangun lebih awal dari hari kemarin. Jika kemarin ia terbangun jam 9.30 WIB sekarang ia terbangun jam 7.14 WIB. Awal yang bagus bukan?
Abin segera mandi dan turun menyiapkan sarapan untuk adik barunya. Namun saat membuka lemari, ia tak mendapati apapun kecuali gula, teh, kopi, dan beberapa bumbu instan. Lalu ia berpindah ke kulkas.
Di dalamnya hanya tersisa satu buah apel dan sekotak susu yang sepertinya sudah habis. Tidak ada sayuran dan makanan lainnya. Ia pun teringat jika seharusnya kemarin ia harus ke supermarket untuk mengisi ulang persediaan.
Setelahnya ia kembali ke kamar melihat, apakah adik barunya sudah terbangun atau belum. Dan ternyata si mungil masih melekat dengan selimut dua lapis itu.
Tiba-tiba saat melihatnya, Abin merasa senang. Yah, akhirnya ia tidak sendiri lagi menempati apartemen yang lumayan besar ini.
Ia pun turun dan memainkan piano disana. Dengan lagu Home dari grup Seventeen, jemari itu kemudian menekan tuts dan menghasilkan irama yang merdu.
Hingga saat bagian terakhir ia pun menyanyikan liriknya,
Because you're my home home home home..
Nega ul su inneun got, nado ul su inneun got..
(tempat dimana kau bisa menangis, dimana aku juga bisa menangis)Berhentinya jemari itu bertepatan saat felix muncul dari kamarnya. Seketika dua telapak mungil bertemu dan menghasilkan suara meriah yang biasa di sebut tepukan tangan. "Kak Abin pinter banget mainin piano nya! Felix boleh di ajarin nggak?"
Abin yang mendengar cicitan si mungil pun menoleh dan tersenyum. Ia lalu mengangkat tubuh Felix dan di dudukannya di bangku.
Ia mengajarkannya perlahan demi perlahan. Hingga Felix puas.
"Apakah orangtuanya tidak menyesal? Felix sangat pintar. Aku baru mengajarkannya beberapa kali tapi ia sudah mengingatnya dan memainkannya dengan lentik. Semoga orangtua mu menyesalinya, Felix." ucap Abin di dalam hatinya sembari melihat Felix yang dengan riangnya bermain piano di depannya.
Tiba-tiba Felix berhenti memainkan jemarinya di atas tuts. "Kenapa, lix? Ada yang salah?" tanya Abin segeranya.
"Felix,.. laper," ujarnya sedikit ragu.
"Nah ini, nih Yang kakak tunggu dari tadi!" seketika Abin mengagetkan Felix dengan teriakannya. Abin sama sekali tidak menyadari terkejutnya Felix karena ia langsung berlari mengambil dompetnya.
Ia segera kembali dan berkata dengan semangat, "Sekarang kita pergi cari makan!" lalu tubuh mungil Felix kembali ia gendong.
Felix pun tertawa melihat kelakuan kakaknya.
. . . .
Abin memilih untuk pergi ke McD baru berkeliling ke mall. "Felix mau pesen apa?" tanya Abin dengan daftar menu di tangannya.
"Roti?"
"He? Roti? Nggak! Ngapain beli roti? Beli yang bikin kenyang lah, lix!"
"Tapi roti juga bikin kenyang, kak!"
"Kakak mau nya yang lain. Kalau mau roti mah di depan apartemen tadi banyak, lix. Kakak mau kamu makan selain roti mulai hari ini. Lihat tuh tubuh kamu, lix. Kurus banget."
Felix terdiam. Selama ini ia tak pernah memakan makanan lain selain roti. Ia pun bingung harus berkata apa.
Sedangkan Abin senantiasa menunggu Felix mengucapkan makanan apa yang ingin ia makan. "Felix ikut kakak aja," ucapnya karena tidak tahu apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
FanficMemang benar jika semua itu tidak kekal. Sama hal nya dengan pertemuan kita. Sangat cepat bagaikan kilat menyambar. __________ Genre : Angst Main : Changbin Lead : Felix | Chan Sub : Hyunjin | Minho | Jisung Other : Ningning | Johnny...