Chapter 4

354 36 0
                                    

"Maaf..."

"Tidak masalah aku juga yang membuatmu panik barusan"

Setelah susah payah menenangkan Kaito yang bereaksi terlalu berlebihan, mereka berdua duduk bersama dibawah pohon.
"Tapi seriusan, bagaimana kamu bisa sepanik itu sampai mengira aku akan membunuhmu segala?" Tanya shinichi terheran oleh perilaku sang anak pada saat itu.

"Hehe... Soalnya aku merasakan ada sesuatu yang... Aneh? Ya! Aneh darimu yang membuatku mengira kamu mungkin berbahaya..." Jawab Kaito sedikit gelagapan.

Mendengar itu Shinichi sedikit bingung tapi juga sudah menduga suatu hal "Aneh? Apa maksudmu seperti suatu aura energi seperti mana?" "!" Terkejut mendengar hal tersebut Kaito berusaha menjawab "Ya?" "Jadi memang benar kau juga adalah keturunan penyihir" ucap Shinichi kembali.

Kaito sedikit ragu untuk mengakuinya "...ya, begitulah" melihat keraguan Kaito, Shinichi meyakinkannya kembali "Tidak ada yang perlu ditakuti kok, aku memang penyihir sama seperti mu tapi tenang saja, aku tidak akan melakukan hal yang jahat pada mu" ucapnya tersenyum.

Mengangguk, Kaito bertanya "Omong-omong nama kakak siapa?"

"Oh ya! Aku lupa memperkenalkan diri, namaku Kudou Shinichi kau bebas memanggilku apapun, senang bertemu kamu Kaito" mendengar itu Kaito terkejut "Eh!? Dari mana kakak tau namaku?" "Dari kepala desa, sejak hari itu aku sedikit penasaran denganmu jadi berakhir menanyakanny pada kepala desa" Mendengar jawaban Shinichi, Kaito hanya ber 'oh' ria.

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku memanggil kakak Shin-chan?" Ucap Kaito jahil.

Mendengar itu Shinichi sedikit memerah "Apa maksudmu dengan memanggilku seperti itu!? Aku memang menyuruhmu untuk bebas memanggilku apapun tapi gak seperti itu juga!" "Kekeke.. Shin-chan maluu~"

"Berhenti dasar bocah!" Ucap Shinichi yang bertambah merah.

"Pfft- hahaha! Baiklah maaf- haha... Kak Shinichi kalau begitu" ucap Kaito kembali mencoba menahan tawanya.

"Nah yang itu lebih baik, dan berhentilah tertawa" perintah Shinichi sedikit sebal, tapi diam-diam juga menikmatinya 'Ini pertama kalinya aku terasa terhibur sejak berada disini' pikirnya sambil tersenyum tipis.

"Haha... Oke aku sudah berhenti tertawa! Sudah lama aku bercanda dengan orang lain jadi selama beberapa tahun ini bertama kalinya aku bercanda" Kaito menyatakan. Shinichi terkejut "Apakah kau sama sekali tidak berbicara pada orang lain selama ini?" Mendengar itu Kaito hanya menjawab singkat "Ya" ucapnya yang selama ini masih saja tetap tersenyum.

Mengerutkan kening Shinichi mencoba menanyakan alasannya "Bolehku tau alasan mengapa kau tidak berbicara pada yang lain selama ini?"

Terdiam sesaat Kaito kembali bersuara "Aku tidak masalah menceritakannya sih... Jadi sekitar dua tahun yang lalu ayahku yang sedang pergi keluar desa tiba-tiba menghilang begitu saja, sekitar dua hari selanjutnya ibuku menerima sebuah surat misterius yang sepertinya dari ayahku yang menyatakan bahwa ia telah meninggal diserang tentara kaisar yang kebetulan lewat dihutan yang ayahku lewati. Mendengar itu ibuku yang tidak dapat merelakan ayah menghilang beberapa minggu kemudian meninggalkanku sendiri dirumah tanpa mengatakan apapun. Jadi sejak kejadian itu, entah kenapa aku tidak ingin berbicara pada orang lain" jelas Kaito.

'"Apakah ibu tidak lagi sayang padaku dan meninggalkanku?" itu pertanyaan yang selalu muncul dibenakku tapi sepertinya aku tidak akan pernah mendapatkan jawabannya.' kalimat itu tetap tersimpan dalam pikiran Kaito.

"...maaf" ucap Shinichi merasa bersalah menanyakan hal tersebut 'Ternyata ayahnya sudah meninggal ya...' batinnya.

"Tidak apa-apa! Lagian itu hanya masa lalu!" Ucap Kaito tersenyum lebar.

Shinichi yang melihat senyuman Kaito terkejut dan tersenyum sendu "Kau hebat ya, Kaito... sudah mengalami hal-hal seperti itu tapi masih bisa tersenyum seperti itu" Kaito yang mendengarnya hanya terdiam.

'Ayah selalu mengajariku untuk selalu menggunakan Poker face dan tidak menunjukan perasaanku pada orang lain' batinnya.

"Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kak Shinichi yang cerita bagaimana kau bisa datang ke desa ini dan tinggal disini? Dengan begitu kita impas" ucap Kaito setelah keheningan yang cukup panjang.

Shinichi hanya tersenyum sendu "Iya juga... Sebenarnya ini bukan cerita yang enak didengar sih tapi baiklah" jawab Shinichi.

"Sebenarnya desaku telah dibantai rata dengan para pasukan kaisar, pada saat itu aku telah kehilangan kedua orang tuaku begitu juga dengan semua warga di desaku. Dari pembantaian itu hanya aku seorang yang berhasil selamat. Dengan semua sisa kesadaranku, aku pergi menjauhi desa untuk mencari tempat aman, tapi luka-luka disekujur tubuhku sangat tidak mendukung hingga aku pingsan ditengah-tengah perjalanan. Tapi beruntungnya ada warga desa ini yang menemukanku lalu membawaku kemari pada kepala desa Takeru. Jadi begitulah" cerita Shinichi.

"Begitu ya, berarti situasi kita bisa dibilang sama kan?" Ucap Kaito setelah terdiam sekian lama tersiam mendengarkan cerita Shinichi.

"Huh?"

"Kita sama-sama kehilangan orang yang berharga dan tertinggal sendirian. Jadi bukankah kita sama?" Jelas Kaito sedikit tersenyum menyembunyikan kesedihan didalamnya.

"Haha, kau benar juga" ucap Shinichi tersenyum.

Shinichi menikmati suasana tersebut sambil mendongak keatas melihat langit hingga tersadar kalau matahari sudah mulai turun bertanda sebentar lagi langit akan menjadi gelap.

"Kaito, sepertinya kita harus kembali sekarang. Sebentar lagi akan malam, kau juga harus beristirahat" ucap Shinichi pada Kaito.

"Hm?" Melihat keatas langit Kaito juga tersadar "Iya juga, tapi apa kak Shinichi akan menemuiku lagi?"

Shinichi yang mendengarnya sedikit membelalak lalu terkekeh "Tentu!" jawabnya. Mendengar hal itu mata indigo Kaito berbinar "Kalau begitu aku akan menunggu kak Shinichi besok ya!" "Baiklah"

Setelahnya Shinichi menemani Kaito untuk pulang kerumahnya terlebih dahulu lalu baru sendiri kembali pulang.

"Aku pulang!"

"Oh Shinichi! Jadi? Sepertinya kau berhasil menemukan Kaito. Jadi? Apakah pertemuan kalian menyenangkan?"

"Hm?... Sangat menyenangkan!" Jawab Shinichi pada pertanyaan Takeru tersenyum lebar dan Takeru pun yang melihat Shinichi tersenyum tulus untuk pertama kalinya juga bersenang.

'Syukurlah akhirnya dia dapat tersenyum...' 

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

--------------------------------------------------------------
Sesuai janji!
Kubuat chapter ini lebih panjang dari chapter" yang sebelumnya

Biasa wordsnya 700an tapi yang kali ini 800an yeeey!!

Ish Kaito baru ketemu aja dah ngegodain Shinichi (ノ≧∇≦)ノ ミ ┻━┻

Oke! Ditunggu chapter selanjutnya yaa~

As The Fate SpeaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang