24|Berharap itu Tidak Baik

2.9K 121 11
                                    

Di dalam kamar, tepatnya di sofa Humey mengacak-acak rambutnya. Di pangkuannya terdapat beberapa buku. Sudah beberapa kali ia ingin memahami materi, tapi tak paham-paham juga. Jika terus begini, ia jadi teringat janji Zauqi di mobil tadi yang katanya ingin mengajari Humey.

"Apa aku chat aja kali, ya. Mas Zauqi juga udah dari tadi nemeni Mbak Khalisa dan ini udah malam," gumamnya.

Perempuan itu beranjak dari sofa, kemudian mengambil laptop di atas nakas. Laptop berwarna silver itu diletakkan di atas kasur dan menghidupkannya. Humey sebenarnya sudah suntuk tidak ada hp. Jika semua dilakukan pakai laptop akan menghabiskan waktu. Jujur Humey sangat mau memiliki hp lagi, tapi tidak mungkin ia meminta pada Zauqi. Takut dianggap beban.

Mas Zauqi

Mas gak pulang? Katanya mau ajari aku tentang materi yang ga paham

Belajarlah melihat situasi Humey

read

Perempuan itu menutup laptopnya. Ia lupa prioritas utama Zauqi adalah Khalisa. Mau tidak mau ia membuka kembali buku-buku tebalnya.

Namun, gadis itu tiba-tiba termenung. Pikirannya tertuju pada Arga. Humey berpikir, sepertinya dirinya harus meminta info pekerjaan pada Arga untuk kebutuhan hidupnya, terutama hp yang menurutnya penting. Setelah berpisah pada Zauqi nanti pun, Humey harus punya bekal. Tidak mungkin ia meminta nafkah pada laki-laki itu.

*****

Zauqi memijat pelipisnya. Khalisa sedang tidak mau berbicara padanya. Padahal Zauqi tidak melakukan kesalahan. Seusai makan tadi, gadis itu tertidur hingga kini.

Zauqi terus menatap wajah indah Khalisa hingga tiba-tiba gadis itu membuka matanya.

"Udah bangun ternyata," kata Zauqi tapi dihiraukan oleh Khalisa.

"Kamu kenapa gak makan sampai sakit begini hm?" tanya Zauqi lembut.

Namun, dijawab ketus oleh Khalisa. "Jadwal kerjaku padat."

"Khalisa gak boleh ngomong cuek gitu ke Zauqi," sungut Uma Khalisa yang tiba-tiba masuk ruangan bersama Abah.

Khalisa menghela napasnya dalam dan mengucapkan istighfar beberapa kali. "Maafkan Khalisa ya, Mas. Akhir-akhir ini memamg emosi aku tidak stabil."

"Iya, aku mengerti. Lain kali kesehatannya dijaga. Jangan hanya bisa menjaga kesehatan orang lain, tapi kesehatanmu kamu abaikan."

"Oh iya, Uma sama Abah mau pulang. Besok Abah harus ngajar santri. Kamu di sini dijaga Sasa gak apa-apa 'kan?" izin Uma.

"Uma sama Abah pulang aja biar Khalisa aku yang menjaga. Zauqi akan menjaga Khalisa sampai Khalisa benar-benar sembuh," tukas Zauqi bersemangat.

"Ingat loh Zauqi kamu bukan mahram putri saya," peringat Abah.

"Kan di sini juga ada Sasa, Bah."

"Walaupun ada Sasa kamu harus tahu batasan."

"Siap Abah, Zauqi gak bakal macam-macam."

"Kamu pulang aja, Mas. Sakit aku juga gak parah kok," titah Khalisa.

Zauqi tersenyum tipis. "Tidak Khalisa, kamu harus ada di pengawasan aku. Aku juga ingin meyakinkan ke orang tua kamu kalau aku serius dengan kamu."

Mendadak Jadi MakmummuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang