Humey tidak terlalu mendengarkan perkataan Diba karena matanya teralih dan fokus pada sebuah kertas di atas meja. Sebuah kertas undangan tertulis nama Diba dan Zaki serta foto seorang laki-laki mengenakan pakaian dinas tentara didampingi oleh ibu persit, yaitu Diba.Humey tersenyum getir menatap Diba dengan mata yang berkaca-kaca. "Dib, ini serius?"
"Eh, jangan nangis." Diba juga heran mengapa tiba-tiba sahabatnya itu menangis.
"Diba aku tanya, ini seriusan?"
"Iya Humey, ini serius. Aku dijodohkan Abi sama seorang tentara yang bertugas di sumatera."
Humey semakin melongo mendengar itu. "Sumatera? Itu artinya kamu bakal ikut suamimu ke sumatera? Terus kuliahmu?"
Diba menunduk dan mengangguk. "Ya, aku akan ikut suamiku ke sumatera dan untuk kuliah, aku terpaksa berhenti, Mey."
Pikiran Humey semakin kacau. Itu artinya ia tidak memiliki siapa-siapa lagi di sini. Humey satu-satunya sahabat baiknya bahkan juga ikut meninggalkannya sendiri. Air mata Humey semakin deras. Tidak ada lagi tempatnya bercerita.
Diba beranjak ke kursi Humey dan memeluk perempuan itu untuk menanyakan keadaannya yang tiba-tiba aneh begini. "Kenapa nangis sih Mey? Kan kita bisa komunikasi dari handphone."
Humey membalas pelukan Diba bahkan memegangnya erat. Perempuan itu menggeleng. "Aku cuma terharu dan sedih aja, Dib. Aku terharu karena sahabatku bakal jadi ibu persit, tapi aku sedih juga kamu bakal ninggalin aku. Kenapa dapat jodohnya jauh banget sih, emang di kota ini ga ada tentara ya?"
Diba tertawa kecil mendengar penuturan Humey. "Di sini banyak kok tentara, tapi tentara yang bakal jadi jodohku cuma ada di sumatera." Diba melepaskan pelukannya.
"Katanya mau cerita. Ayo dong cerita. Udah lama gak dengar cerita kamu," tagih Diba mengingat tujuan perjanjian tadi.
Humey lantas mengusap air matanya. Rasanya tidak mungkin ia menceritakan kesedihannya di tengah sahabatnya yang sedang berbahagia. Ia tidak mau Diba juga ikut sedih karena Diba orangnya seorang yang mudah empati.
"Gak ada yang mau diceritakan. Aku ngajak ketemuan kamu karena aku kangen aja. Udah lama gak ketemu," alibi Humey.
Diba menatap mata Humey. "Serius? Are you okey?"
Humey mengangguk. "I'm okey. Aku bahagia, Diba. Jangan khawatir."
Diba tersenyum percaya bahwa Humey sudah bahagia bersama Zauqi. Ia memberikan undangan pada perempuan di depannya. "Nih untuk kamu, jangan lupa datang yaa. Kalau kamu gak sibuk, sehari sebelum resepsi kamu udah di rumahku ya. Seharusnya sih ini harus karena kamu sahabatku. Tapi karena kamu harus ngurus suami dan udah punya pekerjaan jadi aku mengerti," ucap Diba dengan bercanda.
"Tenang aja, bahkan malam ini pun kalau bisa aku udah di rumah kamu."
"Ya jangan dong. Ntar aku diamuk sama Pak Zauqi."
Sebenarnya Humey sudah tidak tahan berada di situasi seperti ini. Ia pura-pura melihat handphone seolah mendapat kabar penting. "Kayanya aku harus pulang deh, Dib."
"Yah cepat banget. Ini makanannya belum pada di makan loh."
Humey menyengir. "Di suruh Mas Zauqi. Makanannya kamu habisin aja. Ntar aku kok yang bayar, baru gajian soalnya."
"Aku sendiri gak habis, Mey.
Humey beranjak dan menyandang tasnya. "Bungkus aja kalau gak habis. Oh iya, semoga lancar ya sampai hari h. Aku pulang, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Saat sudah berada di luar cafe sembari menunggu grab yang dipesan, Humey menyandarkan tubuhnya ke sebuah dinding. Memejamkan mata dan menghela napasnya dalam mecoba untuk belajar ikhlas atas takdir yang ia miliki. Tidak peduli dengan orang sekitar yang menatapnya aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Makmummu
FanficPERNIKAHAN AKIBAT FITNAH Humeyra Putri Sabila, gadis bar-bar yang menjadi korban akibat ulah usil teman-temannya. Gadis itu mendadak menjadi makmum Dosennya sendiri, bahkan pada saat itu Muhammad Zauqi Alkhairi sedang melakukan ta'aruf pada seorang...