31 | Gugat Cerai

4.4K 120 7
                                    


Zauqi memanas mendengar itu. Sontak ia berdiri. "Humey kamu bimbingan sama saya. Saya yang akan mengurus ke admin."

Mendengar itu mata Humey membulat tak percaya. Sungguh ia tidak mau dosen pembimbingnya suaminya sendiri. Selain itu, mendengar review dari kakak tingkat, bimbingan dengan Zauqi ribet, banyak aturan, dan bimbingan harus sesuai waktu. Jika terlambat beberapa menit saja, Zauqi membatalkan jadwal bimbingannya. Jika Humey bimbingan dengan Zauqi bisa-bisa ia tidak wisuda.

"Terimakasih atas tawarannya, Pak. Tapi maaf, saya bimbingannya sama Pak Rey saja," jawab Humey dengan senyuman manipulatif.

"Ini bukan tawaran, ini pernyataan yang harus kamu setujui."

Memanas sudah perasaan Humey, namun ia tetap tenang dan menjawab dengan tutur kata yang lembut. "Maaf pak saya tidak setuju. Menurut saya kita harus mengikuti aturan yang sudah dibuat admin. Jangan dibuat ribet."

"Bagi saya tidak ribet." Zauqi menyusun berkas-berkas yang ada ditangannya lalu berdiri hendak ke ruangan admin untuk melaporkan masalah tersebut.

"Ya gak bisa gitu lah, Pak. Kok seenaknya bapak aja!" ucap Humey dengan suara meninggi dan mengikuti Zauqi berjalan.

Sementara Arga ingin mengejar Humey, namun di kode oleh Rey untuk tidak mengejar pasangan suami istri tersebut.

Zauqi memutar badannya dan menatap wajah Humey dalam. "Kamu istri saya. Saya berhak atas kamu."

Humey menatap Zauqi penuh emosi. "Ini di kampus. Ingat, urusan kampus sama rumah beda. Harusnya bapak profesional menghadapi ini."

Zauqi memegang kedua lengan Humey untuk meyakinkan. "Saya tidak mau istri bimbingan berduaan sama laki-laki yang bukan mahram, bahkan dengan sahabat saya sendiri. Kamu janjian dengan Arga tadi pagi terus kamu ke sininya juga berduaan sama Arga saja saya tidak terima Humey. Tolong mengerti saya. Saya tidak ikhlas." Untungnya di koridor kampus saat ini sedang sepi karena sedang ada kelas.

Humey menghempaskan badannya agar Zauqi tidak lagi mencekal kedua lengannya. "Terserah kamu aja, Mas. Atur semau kamu. Kamu itu egois, mau dua perempuan sekali gus. Selalu membanggakan perempuan lain di depanku, tapi selalu mengaturku bak seperti istri sebenarnya seolah-olah pernikahan ini benar-benar ada."

Humey menarik napasnya dalam dengan mata memejam. "Oke. Aku udah cape. Jadi atur aja, aku akan ikut semua mau kamu. Assalamualaikum." Humey pergi begitu saja meninggalkan Zauqi yang diam berdiri menatap punggung istrinya yang semakin menjauh.

Tak selang beberapa lama, Arga dan Rey keluar ruangan. Zauqi tahu Arga akan menyusul Humey, ia pun lantas melarangnya. "Jangan kejar istri saya. Dia bisa balik ke kantor sendirian tanpa kamu." Namun Arga menghiraukan perkataan itu.

Rey menepuk-nepuk pundak Zauqi. "Gue tahu perasaan lo. Saran dari gue, percepat jawaban dari Khalisa. Kalau dia masih kekeh untuk mengundur waktu lagi, mending lo yang batalin. Udah lama banget loh proposal ta'aruf lo sama dia. Menurut gue pilih yang pasti-pasti aja, kasihan juga Humey terus-terusan makan hati."

Zauqi mengacak rambutnya frustrasi. "Kalau aku pilih Humey, emang Humey cinta sama aku? Kamu lihat 'kan dia bahkan selalu dekat dengan mantan pacarnya itu."

"Gue rasa Humey gak begitu orangnya. Bagu gue membuat Humey punya perasaan itu gampang. Tapi balik lagi ke lo, gue cuma sekedar ngasih saran. Semangat bray!" Setelah mengatakan itu, Rey pergi meninggalkan Zauqi.

Zauqi kembali terdiam dengan pikiran kacaunya. Ia mulai menelusuri saran-saran dari sahabatnya itu. Kalau dipikir-pikir Rey ada benarnya juga. Tidak selamanya ia terus berada di posisi ini. Tidak selamanya ia harus bersembunyi kalau sudah memiliki istri. Setelah berpikir jauh, hari ini Zauqi akan menemui Khalisa.

Mendadak Jadi MakmummuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang