8. Hancur lebur.

9K 805 43
                                    

P A R A P E J U A N G

- H AN C U R L E B U R -

Warning⚠️⚠️ kata-kata kasar, dan kekerasan!tidak boleh ditiru!

"BRENGSEK, LO!"

Juna harus kembali menahan nyeri tatkala punggungnya terbentur ujung meja yang lancip cukup keras. Galen mendorongya seperti seekor binatang tak berguna. Menyeretnya dari halaman rumah sampai kamar Juna.

"BANGUN!"

Belum usai dengan rasa sakit, kini Juna harus menahan napas saat kerah bajunya ditarik kasar oleh Galen. Dia menatap mata kakak keduanya dengan sendu, menyiratkan ketakutan terhadap apa yang Galen lakukan.

"MAU LO APA?"

Teriakan penuh amarah itu menggema didalam ruangan, memasuki rungu Juna begitu menyakitkan.

"JAWAB!"

Jika bisa, Juna akan menjawab dengan lantang bahwa dia hanya ingin semuanya kembali kesemula. Dia hanya ingin rumah mereka benar-benar bisa menjadi tempat pulang yang nyaman seperti dulu.

Sayangnya, bagi Juna itu semua hanya angan yang fana. Karena yang sudah hancur lebur, tidak bisa dikembalikan seperti semula. Iya, sekiranya itu yang Juna tahu.

"S-sakit b-bang..."

Rintihan yang Juna keluarkan justru membuat Galen semakin menggila dengan tatapan yang seakan siap membunuhnya.

"BIAN LEBIH SAKIT DARIPADA LO!"

"SETELAH LO BUNUH BUNDA, LO JUGA MAU BUNUH BIAN?"

Juna menggeleng pelan. Demi Tuhan, dia tidak ingin Bian pergi. Cukup bunda, jangan Bian.

"TERUS LO KEMANA AJA SIALAN?" Napas Galen memburu hingga dapat didengar oleh Juna. Rahangnya mengeras, berteriak keras pada Juna yang ketakutan.

Galen sakit hati melihat Bian, yang begitu dia jaga kini terbaring di ranjang rumah sakit dengan lebam sana sini. Galen benci pada manusia yang membuat Bian terluka. Dan Galen benci pada Juna.

"M-maaf bang... maaf...."

Juna tahu jika Galen tidak akan mudah memaafkannya. Juna sadar terlalu banyak kata maaf yang dia ucapkan. Janji Juna, ini yang terakhir.

"MAAF? GUE GAK BUTUH MAAF SAMPAH LO!" Sentak Galen kesekian kalinya.

"LO INGKAR! LO INGKAR JANJI SAMA BUNDA!"

"Dan lo tau apa akibatnya kalau lo ingkar janji?" Suara Galen menurun namun penuh penekanan setiap katanya.

Juna tak bisa apa-apa selain mengangguk patah-patah. Dalam setiap tarikan napas yang terasa menyakitkan, Juna selalu berharap Bian baik-baik saja.

Bian, sebegitu pentingnya bagi Juna.

Bian, berlian yang harus dia jaga.

Bian, alasan Juna masih tetap dibumi.

Brakkk

"A-ahhk"

Setelah diangkat tinggi-tinggi oleh Galen, tubuh Juna kembali dilemparkan begitu keras seperti binatang. Rasa nyeri merambat dari pinggang sampai punggung atasnya. Napasnya terasa semakin tercekat, sesak, sakit, dan takut menjadi satu.

Setelahnya, Galen membuka ikat pinggangnya yang terbuat dari kulit lalu memutar paksa tubuh Juna. Dengan perasaan tak karuan, dia akan melukis sesuatu dipunggung adiknya sendiri.

Hari itu, Juna berharap semoga tuhan masih berbaik hati memberinya napas.

****

Para Pejuang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang