10. Mimpi yang terasa nyata.

9.2K 714 27
                                    

P A R A  P E J U A N G

– M I M P I  Y A N G  T E R A S A  N Y A T A –

Adrian mengedarkan pandangannya mengitari sebuah rumah yang sudah lama dia tinggalkan. Diruang keluarga ada anak-anaknya yang sedang berkumpul penuh canda dan tawa. Namun, semuanya berubah saat Ratna datang dengan baju putih yang bersih. Wajahnya bercahaya dan auranya berbeda.

"Ratna," panggil Adrian membuat semua atensi teralihkan padanya.

Ratna terkekeh kemudian berjalan pelan menghampiri sang suami. "Mas, dari mana aja?" Nadanya lembut, Ratna sekali.

"Dari luar. Kamu mau kemana?"

"Ayah, Bunda mau pergi katanya." Bukan Ratna yang menjawabnya, melainkan Juna yang kini sudah menangis.

"Pergi kemana?" Adrian sekali lagi bertanya.

"Pergi jauh, Mas. Aku sekalian mau nitip anak-anak sama kamu." Ratna menjawabnya dengan senyum yang meneduhkan.

"Ayah, Juna juga mau nyusul Bunda nanti."

Adrian menatap Juna yang sedang bebenah sendirian masih dengan isak tangis. Dia merasa ada yang aneh, kenapa istrinya dan anak ke enamnya nampak bercahaya dan memakai baju putih?

"Juna, jangan ikut ya?"

"Kenapa? Bunda aja gak larang Juna."

"Nanti Bian sama siapa kalau Juna pergi?"

"Kan ada yang lain. Yang lain sayang sama Bian kan?"

Adrian tetap menggeleng begitupun anak-anaknya yang lain.

"Juna mau ikut Bunda aja. Disana bagus tempatnya." Keukeuh Juna. Seakan benar-benar tak ingin berpisah dari Ratna. Sementara yang dari tadi diperbincangkan hanya terdiam.

"Bunda udah meninggal,Juna." Suara Galen membuat Adrian menoleh cepat kearahnya dengan tatapan tajam.

"Galen, jaga omongan kamu!" Gertaknya tak terima namun Galen hanya diam seolah tak peduli.

"Mas," Panggil Ratna.

"Juna biarin ikut sama aku sebentar, ya? Nanti dia pulang lagi kok."

Adrian menggeleng tegas, kembali menatap Juna yang memperlihatkan tatapan memohonnya.

"Yah Ayah ya? Sebentar aja."

Kini Juna sudah menggenggam erat tangan Ratna seakan tak ingin lepas. Adrian menatap dua orang yang kini berada didepannya. Bersinar dan wangi terlihat sangat cocok dengan baju putih bersih yang Mereka gunakan. Tinggal diberi sayap;

Mereka sempurna seperti malaikat.

"Ayah," panggil Juna pelan. Mata sayunya bertubrukan dengan mata teduh milik sang Ayah.

"Juna capek, Yah. Juna pengen istirahat sebentar."

"Sakit, Yah." Juna berucap pelan membuat Adrian mengerutkan keningnya. "Apanya yang sakit, hem?" Tanyanya lembut seraya mengusap surai sang anak yang legam.

"Semuanya," cicit Juna. Dia berbalik menatap keenam saudaranya. "Ayah harus pulang."

Suaranya bergetar, menyuarakan permohonan yang semakin membuat Adrian bingung.

"Selama Juna sama Bunda pergi, Ayah harus pulang buat temenin mereka." Adrian baru sadar. Tatapan Juna begitu kosong dan penuh luka.

"Juna gak boleh ikut Bunda!" Perintah Adrian seakan hanya angin lalu bagi Juna.

Para Pejuang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang