12. Presensi Nyata Ayah.

8.4K 759 8
                                    

P A R A  P E J U A N G

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

P A R A  P E J U A N G

– P R E S E N S I  N Y A T A  A Y A H –

Adrian menatap miris pada Juna yang terbaring dengan damai. Hembusan napas anak itu terlihat jelas didalam masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya.

Dokter bilang keadaan Juna mengalami kemajuan cukup baik dan diperkirakan akan sadar secepatnya. Secepatnya harapan mereka itu sekarang

"Juna gak mau bangun, hem?" Ayah mana yang tak sakit hati melihat anaknya terbaring lemah tanpa membuka mata? Jika pun ada, itu bukan Adrian.

"Marah sama Bang Galen karena udah pukul Juna?" Adrian terkekeh pelan, mengusap surai anaknya yang lembut.

"Marah kamu buat Ayah takut." Adrian menghela napas lelah, semua pertanyaannya hanya dijawab oleh suara mesin EKG yang menampilkan garis teratur. Juna marah hingga tidak menjawab pertanyaan Ayah?

"Ayah pulang dulu, ya. Kamu harus cepet bangun dan biarin Ayah peluk kamu sepuasnya." Sebelum pergi, Adrian sempat mengecup kening Juna sedikit lebih lama. Jujur, dia rindu mata indah Juna yang mirip seperti Bunda.

Tanpa Adrian tahu, tepat setelah dia keluar dari ruangan, Juna meneteskan air mata.

*****

Adrian memasuki rumah dengan perasaan kacau balau, bukan hanya perasaan melainkan penampilannya juga kacau. Tepat didepan pintu masuk, Adrian hanya diam merenung. Menatap rumah yang selama ini dia tinggalkan, meninggalkan para pejuang didalamnya.

Menarik napas pelan guna mengurangi sesak yang membelenggu paru-parunya.

Saat pintu itu dibuka, nambak Bian yang diam dengan pandangan kosong disofa ruang tamu. Bahkan anak terakhirnya tak mengalihkan pandangan pada Adrian.

"Bian."

Panggilan itu membuat Bian menoleh pelan, tatapan  si bungsu terpaku pada Adrian memancarkan rasa tidak percaya sekaligus bahagia.

"Ayah!"

Adrian menangkap tubuh besar Bian kedalam pelukannya. Memeluk anak itu erat seperti enggan melepaskan.

"Ayah, ini bener Ayah?" Bian nampaknya masih tak percaya. Namun saat Adrian menghujaninya dengan ciuman, Bian kini percaya bahwa sosok pria yang berada tepat didepannya adalah Adrian. Sosok Ayah yang selama ini dia rindukan.

"Ayah kemana aja??"

Pertanyaan itu, rasanya setiap putra Adrian akan menanyakan-nya. Adrian hanya tersenyum lembut.

"Ayah gak kemana-mana, kok. Buktinya Ayah ada disini," jawabnya disertai kekehan namun dibalas Bian dengan isakan yang semakin lama semakin kencang.

"Ayah jahat!" Tegas Bian yang masih berada dalam dekapan.

Para Pejuang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang