(3)

867 61 13
                                    

☠️MISTERI DESA ANGKER☠️

Silvi dan Lena berlari dengan sekencang mungkin. 3 orang pria dibelakangnya masih terus mengejar mereka dengan laju yang sangat cepat. Silvi sangat terkejut melihat kecepatan mereka berlari melebihi manusia normal, ini diluar dugaan. Kedua gadis itu kalah cepat hingga mereka tertangkap.

Grep

"Ahh!! Lepaskan!!" Seru Lena Panik. Air mata sudah membanjiri kedua matanya dari tadi. Cengkraman dari salah satu ketiga pria itu sangat kencang, mungkin tangan Lena akan menyisakan bekas membiru.

Sedangkan Silvi merasakan hal yang sama. Ia meringis kesakitan dan air mata terus saja mengalir. Ia takut. Jelas ketiga pria yang telah membekuk mereka ini adalah seorang canibal. Entah apa yang akan mereka lakukan setelahnya.

"Kumohon lepaskan kami.. maafkan kami telah masuk kedalam wilayah kalian.. jadi tolong lepaskan kami.." Silvi hanya bisa memohon dengan isak tangisnya yang sangat pilu, namun ketiga pria itu tak menghiraukannya. Silvi dan Lena sudah diseret dengan kasar oleh ketiga pria itu. Rasa sakit karena tubuhnya diseret paksa diatas tanah membuat tubuh Silvi maupun Lena berdarah. Kedua gadis itu tak bisa berkutik sama sekali.

Mereka membawa kedua gadis itu masuk kedalam salah satu gubuk tanpa pintu. Ketiga pria itu tengah mengerumuni tubuh Lena dan salah satunya segera melepaskan seluruh pakaian Lena secara paksa. Lena terus memohon dengan tangisnya yang semakin kencang, namun ketiga pria itu malah tertawa terbahak-bahak.

"Kita akan berpesta malam ini!" Seru salah satu dari pria itu

Lalu dengan secepat kilat ketiga pria itu menguliti tubuh Lena dengan sadis dan memakannya dengan rakus. Suara jeritan kesakitan Lena menemani suasana ini. Silvi yang terbaring lemah tak jauh dari keberadaan mereka hanya bisa menonton adegan itu. Tubuhnya sama sekali tak bisa digerakkan akibat diseret secara kasar, bajunya banyak yang sobek dengan darah melumurinya, mungkin tubuhnya banyak luka goresan.

Silvi terus menangis melihat adegan dimana sahabatnya terus memohon, namun ketiga pria itu mengabaikannya, malah fokus asyik memakan kulit Lena.

Salah satu dari pria itu mengeluarkan sebuah pisau lalu menggores perut Lena sehingga daging dalamnya terlihat beserta darah terus mengalir keluar. Ketiga pria itu dengan sadis mengoyak perut Lena dan mengeluarkan usus beserta organ dalam lainnya lalu memakannya dengan santai, seolah-olah itu adalah hal biasa.

Silvi memejamkan mata dengan tangisan terus membahana. Ia tak kuat lagi melihat adegan didepannya. Terdengar suara teriakan Lena begitu melengking menahan penderitaan yang dialaminya dan tak lama suara teriakkannya sudah tak terdengar lagi. Silvi membuka matanya dan menyadari kalau sahabatnya itu sudah meninggal. Sungguh tragis. Seandainya ia bisa mencegah Lena untuk tidak masuk ke tempat ini, mungkin kejadian ini tak akan terjadi. Sekelabat bayangan dirinya bersama Lena terus terngiang. Lena adalah sahabat terbaiknya, hampir setiap hari dirinya selalu bersamanya. Sekarang sosok sahabatnya ini sudah tak ada lagi.

Ketiga pria canibal itu masih asyik memakan daging dari tubuh Lena hingga menyisakan tulang belulang saja. Setelah menyelesaikan acara makan mereka, ketiga pria itu secara kompak menoleh kearah Silvi dengan senyum miringnya membuat gadis itu tahu bahwa sekarang adalah giliran dirinya yang akan menjemput maut. Silvi sudah pasrah, tubuhnya sama sekali tak bisa bergerak, berdiripun susah.

Ketiga pria itu berjalan menghampiri Silvi dengan tatapan lapar seolah-olah Silvi adalah hidangan makanan yang sangat lezat.
"Sekarang gilirinmu gadis cantik" ucap salah satu dari pria itu sembari menjulurkan lidahnya tanda ia sudah tak tahan untuk memakan daging gadis itu.

Silvi hanya pasrah dengan berurai air mata kala mereka hendak melepaskan pakaiannya namun terhenti kala terdengar suara sirine menggema sangat keras. Nampaknya suara sirine itu berasal dari gedung menara yang tinggi itu.

"Saatnya kita berkumpul!" Seru salah satu dari mereka

Mereka segera melangkah keluar dari gubuk kecuali satu pria yang masih berdiri ditempat dengan memandang tubuh Silvi tidak rela.
"Bagaimana dengan dia?" Tanyanya

Kedua pria itu berbalik dan salah satunya berkata.
"Kita lanjutkan nanti saja!"

"Tapi kalau dia kabur bagaimana?" Pria itu terlihat masih tak puas

"Tidak akan. Kau tak lihat keadannya bagaimana, berdiripun dia tak bisa. Kita lanjutkan nanti saja, lagian kita sudah makan singa dan sahabat gadis itu kan. Ayo, kalau terlambat kita bisa dihukum!"

Ketiga pria itu segera meninggalkan gubuk dan tinggalah Silvi seorang diri. Ia bisa bernapas lega dirinya masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hidup. Silvi harus pergi dari tempat terkutuk ini. Dia tak mau mati ditangan canibal itu.

Silvi berusaha berdiri meskipun sekujur tubuhnya merasa sakit. Sebelum pergi ia menatap tubuh Lena yang hanya menyisakan tulang belulang saja. Didalam hati Silvi meminta maaf kepada sahabatnya karena tak bisa menolongnya.

Dengan langkah yang terseok-seok, Silvi bergegas kearah dimana awal dia masuk kesini. Saat sudah sampai tepat dihadapan pintu besi hitam, ia berusaha membuka pintu besar itu namun tidak bisa. Sudah berkali-kali ia mencoba dengan sekuat tenaga namun hasilnya tetap sama. Akhirnya Silvi menyerah. Ia melihat sekelilingnya dan memutuskan untuk masuk saja kedalam hutan disampingnya daripada ia berada didesa itu. Ia tak mau bertemu dengan orang canibal itu.

Suasana hutan sangat gelap meskipun hari masih siang. Mungkin karena banyak ditutupi oleh pohon-pohon tinggi dan lebat sehingga sinar matahari hanya masuk sedikit. Silvi berjalan terus masuk kedalam hutan entah kemana, yang penting dirinya tidak berada didesa itu. Sepanjang jalan banyak hewan-hewan yang Silvi temui namun beruntung ia tak bertemu dengan hewan buas. Tak terbayangkan dengan kondisinya yang seperti ini ia bertemu dengan hewan buas.

Silvi terus berjalan dan tak jauh dari sana ia melihat cahaya. Silvi bergegas melangkah kesana dan menemukan sungai. Ia memutuskan beristirahat disungai itu. Silvi menyiduk air sungai menggunakan kedua tangannya untuk diminum dan membasuh wajahnya. Seketika ia merasakan kesegaran menjalari wajahnya.

Setelah puas dengan air sungai, Silvi berdiri hendak melanjutkan perjalanan namun ia merasa nyeri dibagian keningnya. Saat ia meraba keningnya, sesuatu yang licin bergerak-gerak terasa olehnya. Silvi mencoba melepaskan sesuatu yang tengah melubangi keningnya, rasa nyeri semakin terasa kala ia berusaha melepaskannya. Hingga akhirnya ia berhasil melepaskan benda licin itu, darah langsung mengalir dari keningnya yang berlubang. Saat dilihat ternyata itu adalah seekor lintah. Silvi brigidik jijik dan langsung melempar jauh lintah itu ke sungai. Beruntung ia tak turun ke sungai, tak terbayangkan kalau ia turun ke sungai maka tubuhnya akan banyak dilubangi lintah-lintah yang ada didalam sungai itu.

Silvi melanjutkan perjalanannya lagi, mengabaikan rasa nyeri ditubuhnya dan keningnya. Ia terus berpikir takdirnya begitu menyedihkan terjebak ditempat terkutuk ini. Apakah ini karma karena dirinya sudah berbohong kepada ibunya?

Silvi tersadar dari lamunannya kala ia merasa menginjak sesuatu yang melahap dengan pelan kakinya. Ia menoleh kebawah dan terkejut kala ia menginjak lumpur yang terus melahap kakinya kebawah. Ya, tidak salah lagi ia sudah masuk kedalam rawa-rawa. Silvi berusaha bergerak keluar dari rawa namun na'as, semakin terus bergerak semakin jatuh pula tubuhnya dilahap kebawah. Silvi pasrah, minta tolongpun percuma tak akan ada orang yang menolongnya. Perlahan-lahan tubuhnya sudah dimakan rawa itu hingga kepalanya, hanya menyisakan tangannya saja. Inilah akhir hidup seorang Silvi Petrova.

Tokoh utamanya bukan Silvi...
Tunggu kelanjutannya ya...

☠️ MISTERI DESA ANGKER☠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang