👑Part 2👑

46 10 1
                                    

Happy reading.

###
Pada saatnya hari itu akan tiba. Hari dimana Kak Chan dinyatakan lulus lalu melanjutkan ke jenjang berikutnya. Sempat kudengar dari Kak Bian, bahwa Kak Chan mengajukan perizinan ke papa untuk tinggal di luar atau kos selama masa kuliah. Namun ditolak begitu saja oleh papa Siwon. Aku merasa upayanya pindah hanya sebagai alibi untuk menghindar dariku.

"Selamat Chan dan Bian. Nilai kalian sangat memuaskan bagi papa. " Malam ini kami berkumpul di ruang keluarga. Kak Ken, kakak ke empat yang terkenal jarang pulang ke rumah, kini turut hadir. Tentu saja, dua kakak yang berada di luar negeri tak bisa datang. Mereka hanya menyampaikan selamat melalui video call.

"Bian, kamu yakin mau ambil jurusan tata rias? " Setelah sekian lama tak pernah lagi merasakan kehangatan bersama keluarga. Malam ini aku merasa bukan sebagai saudara tiri yang selalu ternistakan seperti di sinetron.

Sebagian dari mereka lebih cepat akrab. Namun hanya satu yang masih membuatku canggung di rumah ini. Ya, dia adalah Kak Chan yang kini menatapku tanpa ekspresi. Mendadak aku salah tingkah dibuatnya. Lalu kusibukkan diri bersama Kak Ken yang tengah menata balok jenga. Ia mempersilakanku dengan ramah.

"Pasti Kai yang bilang."

"Hei, fitnah itu lebih kejam daripada pedang," ucap Kai seraya melempar boneka sapi milikku dan mendarat tepat di wajah Kak Bian yang putih bersih bak bayi baru lahir. Benar, kita sedang duduk lesehan di bawah menikmati halusnya karpet bulu domba asli dari Switzerland.

"Pembunuhan. Pintar sekali anaknya Pak Siwon ini. " Sean menimpuk kepala Kai dengan kamus bahasa perancis milik Kak Dio. Mereka kemudian mengakhiri keributan setelah mami datang membawa senampan buah buahan segar. Aku berniat mengambil timun suri meski sedikit kesusahan.

"Mau yang mana? " Kak Dio menawarkan. Hatinya terlalu baik dibanding dengan saudara yang lain.

"Timun suri." Kak Dio menyanggupi. Ia segera menyuapkan ke mulutku tanpa bisa kutolak. Aku tertawa karena kaget dengan aksinya. Sementara itu tanpa sengaja aku melihat Kak Chan yang semakin datar menatapku. Kudengar ia berdecih pelan melihat Kak Dio yang sibuk memberiku buah selanjutnya.

"Chan!" Papa berucap sedikit keras.

"Sibuk melamun apa kamu? Seribu kali papa panggil nggak nyahut. "

"Jangan hiperbolis deh, Pa. "

"Jadi gimana? Kamu tetap milih jurusan musik? "

"Iya, Pa. "

"Oke selama mau tetap tinggal di rumah. Kamu bebas pilih jurusan. Bian juga. " Mereka berdua mengangguk paham. Untuk masalah akademis, papa sangat memperhatikan anak anaknya. Tak lupa juga dengan diriku. Laki laki yang telah berhasil mempersunting mami itu membagi kasih sayangnya sama rata. Termasuk terhadapku, satu satunya anak gadis di rumah ini.

"Nggak party nggak happy, Pa. " Kak Bian memberi kode. Pesta mewah sebagai acara kelulusan memang sudah turun temurun di keluarga ini. Sekaligus  memberi sebagian harta untuk berdonasi ke panti asuhan, yayasan sekolah dan yang menurut papa membutuhkan, sebagai bentuk rasa syukur papa.

"Itu tugasnya Sandy kakak kalian. Papa mau menghadiri acara pernikahan dengan mami. "

"Bang Sandy belum pulang, Pa. " Kak Dio menanggapi.

"Sebentar lagi. " Papa menyuruh kami untuk segera bersiap. Untuk masalah pesta memang Kak Sandy yang mengurusnya. Itu jika tidak bentrok dengan jadwalnya meeting dengan klien di Dubai. Apalagi harus pulang pergi. Tidur di indonesia, bangunnya di Dubai. Atau bisa saja di hongkong. Kak Sandy memang pebisnis sukses berkat didikan papa.

"Ingat, ya. No clubbing, no smoking. " Papa memperingati. Meski anak anaknya cukup bandel dan badung terutama Sean dan Kai. Mereka tidak ada yang berani menyentuh benda itu.

MOZARELLA (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang