👑Part 3👑

34 7 0
                                    


Happy reading

###

"Pergi!" Hentakan itu bahkan terdengar dari pengeras suara sebelum aku berhasil menginjak ambang pintu kamarnya. Oh, pantas saja. Ruang musik ini mempunyai kamera cctv di depan pintu masuk.

Sudah dua hari sejak kejadian acara malam itu. Aku dan Kak Chan saling diam. Tidak ada interaksi sama sekali selain tatapan datar tanpa ekspresi darinya. Beruntung kedua orang tua kami tak mengetahui hal ini. Karena ini adalah kesalahanku, maka aku harus berani bertanggung jawab. Menyiapkan mental sebelum berhadapan dengan makhluk berisi bongkahan es itu.

Aku mencoba mengirim pesan untuk Kak Chan. Berniat untuk meminta maaf dan menyelesaikan masalah secara dewasa. Bukannya membalas, ia langsung menelponku.

"Pergi sebelum aku membanting pintunya."

"Aku hanya ingin meminta maaf."

"Tak perlu. "

"Apa itu artinya Kak Chan sudah memaafkanku? "

"Belum."Aku menyandarkan diri di depan pintu dengan malas. Sekilas kulihat Kak Dio yang baru saja pulang dari kampus. Ia seolah bertanya padaku melalui kode matanya. Segera kujawab dengan lambaian tangan, namun ia tak kunjung pergi. Tatapannya begitu khawatir jika aku berurusan dengan Kak Chan. Hingga saat ini, belum ada yang tahu jika kami berdua pernah saling memiliki rasa yang sama.

"Apa yang harus kulakukan untuk membayar kesalahanku? " Hubunganku dengan Kak Chan memang tak baik baik saja semenjak aku menjadi bagian dari keluarganya. Aku hanya tak ingin memperkeruh keadaan. Kuharap kita bisa kembali akur dan menghangat meski hanya sebatas kakak dan adik.

Sembari menunggu jawabannya. Kak Dio datang menghampiri. Kurasa Kak Chan melihat kami berdua di depan pintu melalui monitor cctvnya.Kak Dio menyentuh pundakku dengan pelan kemudian.

"Ada masalah? " Tanyanya kemudian. Aku tak lekas menjawab karena suara Kak Chan terdengar lagi di ponselku.

"Memangnya apa yang bisa kamu lakukan untukku? "

"Mm...akan kulakukan apapun demi menebus kesalahanku." Jawabku dengan wajah pucat seketika. Aku bahkan tak yakin dengan jawabanku sendiri. Kak Dio semakin mengeratkan genggamannya di pundakku.

"Oke. Masuklah! " Mendengar ucapannya barusan seolah tengah menghirup udara segar. Aku sempat mengabaikan Kak Dio yang sedang memperhatikanku. Kukatakan padanya bahwa aku baik baik saja.

"Cepatlah! " Suara itu terdengar nyaring hingga aku spontan menjauhkan ponsel dari telingaku.

"Ba-baik." Jawabku terbata. Seribu kali aku meyakinkan pada Kak Dio bahwa kami hanya sedang menyelesaikan masalah malam itu. Semua saudara peduli terhadapku. Mengingat tabiat Kak Chan yang seperti itu, mereka menyuruhku untuk meminta maaf dan semua akan selesai.

Aku segera masuk ke music room dan meninggalkan Kak Dio yang menatapku begitu dalam. Apakah itu tatapan seorang kakak untuk adiknya? Ah, sudahlah. Aku tak ingin repot memikirkannya.

Sosok angkuh juga sedingin everest itu tengah duduk santai di sebuah kursi putar. Kakinya tanpa ragu ia jatuhkan ke atas meja. Hair up yang sedikit kecoklatan itu tampak berkilau dan segar. Oh ya, jangan lupakan turtleneck yang hampir saja menutupi bibirnya yang ranum. Ayolah, Moza. Dia memang cinta pertamamu. Tapi sekarang keadaan sudah berbeda.

Jantungku bertalu cukup cepat tepat saat Kak Chan melirikku.

"Duduk! " Aku tak melihat tempat duduk kecuali yang tengah dipakai oleh Kak Chan. Ini kali pertamanya aku memasuki ruangan musik sekaligus studio mini miliknya. Semua jenis alat musik tersedia di ruangan ini. Nuansa silver dan lampu berlian yang menggantung di atas membuatku sedikit terperangah.

MOZARELLA (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang