Happy reading
###
"Sejak kapan? " Suara rendah itu terus mengintrogasi sejak kami pulang dari kafe. Kak Chan terus membuntutiku dengan menodong pertanyaan yang sama. Hatiku semakin kebat kebit tak menentu. Apakah laki laki jangkung itu sudah menyadari siapa perempuan yang dimaksud Sean? Adiknya.
"Jawab, Moza!" Aku menuju dapur. Mengambil air dingin dari lemari es. Jika aku jujur, maka entah bagaimana tanggapan Kak Chan nantinya. Aku tidak ingin ada lagi perseteruan antar saudara di rumah ini.
"Sejak kapan Sean menyukaimu?" Tepat sekali. Ia pria yang dengan cepat memahami situasi sepertinya. Kusembunyikan wajahku ke dalam kulkas. Menahan debaran dalam hati yang kian bertalu hebat.
"I-itu? Hm... entahlah. "
"Katakan saja."
"Ti-tidak. Tidak perlu. Sean hanya bercanda,kok."
"Apa kamu kira aku sebodoh itu? " Tangan lelaki itu segera saja menarikku keluar. Wajahku membeku. Aku memasang ekspresi lesu di depan Kak Chan. Sepertinya sia sia juga aku menjelaskan.
"Moza."
"Aku hanya khawatir jika kalian… bertengkar lagi." Aku menunduk pasrah. Bukankah sangat menyebalkan jika nyatanya diriku sendiri biang masalahnya.
"Tidak akan."
"Benarkah? "
"Iya. Sejak kapan Sean menyukaimu? " Aku ragu menjawab. Namun tatapan penuh intimidasi itu terus saja menyulitkanku.
"Aku juga tidak tahu pasti, Kak. Dia hanya mengungkapkan setelah acara dari Dubai waktu itu. "
"Setelah Sean tahu tentang...kita? "
"Mm...iya. Tapi sepertinya tidak serius. Tenang saja, Kak. Ya ya. " Aku mencoba memberinya sedikit pengertian. Ia hanya tersenyum simpul kemudian. Senyum yang benar benar membuatku semakin perpikir rancu.
"Aku lebih tahu bagaimana adik bungsuku itu. " Ia meninggalkan senyum kecutnya. Lalu melangkah pergi begitu saja menuju lantai dua. Firasatku benar benar mengatakan bahwa akan ada perang dingin kedua setelah ini.
"Kak Chan mau kemana? Tolong, jangan bertengkar dengannya. " Kini aku yang terus terusan mengikuti kemana langkah itu pergi.
"Apakah kamu baru saja mengkhawatirkan Sean? "
"T-tidak, maksudku…. lupakan saja masalah ini."
"Aku hanya akan memberinya sedikit pelajaran. " Pelajaran? Yang seperti apa? Dengan sifatnya yang emosian, aku tidak yakin jika mereka akan baik baik saja membicarakan masalah ini.
"Biar aku saja yang menyelesaikan."
"Oh, kamu ingin private time dengan Sean? " Ia menatapku sebentar. Aku tak mengerti mengapa ia terus menebar senyum yang menyeramkan itu.
"Bukan seperti itu… ayolah, Kak. Jangan anggap ini serius. Aku juga tidak mencintai Sean. "
"Benar, karena Moza hanya mencintaimu. Tenang saja. " Kami seketika berhenti berdebat setelah mendengar suara seseorang yang baru saja dibicarakan.
Dari mana Sean datang? Kenapa harus pada waktu yang seperti ini? Aku benar benar merasa menjadi penghancur hubungan manis dua saudara ini.
Mataku menatap mereka secara bergantian. Aura mencekam tengah meliputi mereka berdua meski masing masing saling melempar senyum paksa.
Oh, Tuhan. Kenapa serumit ini memiliki banyak saudara laki laki. Jika aku bisa merubah semuanya maka, aku lebih memilih menjadi orang biasa dan anak semata wayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOZARELLA (TAMAT✅)
Fanfictionberawal dari ibunya yang menikah dengan duda kaya, Mozarella harus menghadapi dan hidup bersandingan dengan 9 orang kakak tiri yang berspesies laki-laki dengan tampan yang tak bisa dinalar. salah satu diantara kakak tirinya ternyata adalah cinta per...