Bagian Delapan :: Menghirup Udara Pantai

326 76 22
                                    

Aksa sangat gugup. Sudah beberapa kali ia cek penampilannya di cermin sekolah ini. Apakah aneh? Apa terlalu berlebihan? Apa rambutnya sudah rapih?

Aksa bahkan merasa sedikit risih saat beberapa orang mencuri pandang kearahnya sejak masuk ke area sekolah.

"Pemberitahuan kepada siswa dan siswi yang akan mengikuti kegiatan karya wisata, silahkan mendekat ke arah sumber suara..."

Aksa pikir sudah waktunya berangkat. Ia lihat ada empat bis besar berjajar dan siap membawa mereka menuju pantai.

Aksa sangat gugup sampai perutnya merasakan keram begini.

Satu per satu nama nama murid disebut oleh guru pembimbing, sesuai panggilannya itu mereka masuk kedalam bis dan menyimpan barang bawaannya dengan hati hati.

"Aksa Amora, XII IPA 3."

"Albara Yuarda, XII IPA 3."

Namanya dan juga nama Bara disebut secara berdekatan. Artinya mereka duduk bersamaan. Aksa segera masuk lalu disusul Bara yang nampak senang sekali. Bara duduk di sisi dekat jendela, sedangkan Aksa duduk di tengah. Masih ada satu kursi yang tersisa di sisi kanannya.

"Hahaha-! Kaki mu bahkan menggantung begitu."

Aksa yang sedang gugup pun semakin merasa tidak enak saat Bara kembali lagi mengejek soal tubuhnya.

Ketahuilah bahwa Aksa tidak sekecil yang selalu Bara ejek. Hanya saja entah kenapa jika berdekatan dengan Bara, Aksa selalu merasa demikian.

Aksa semakin sadar jika dirinya tidak boleh sering sering dekat dengan Bara supaya tidak disalah pahami terus.

Saat ingin membalas perkataan Bara, tiba tiba Aksa dikejutkan oleh lemparan sebuah tas yang mengenai perut dan pahanya.

Itu Zelo, menatap tidak suka kearahnya lalu berdecih dan duduk dengan kasar disamping kanannya.

Bara bersiul ketika melihat Zelo.

"Nampaknya si tuan muda nakal ini kehilangan kawan kawan nya."

Aksa hanya menatap saja sambil menyimpan tas milik Zelo pada tempatnya. Rasanya berat jadi ia tak bisa menahannya lebih lama. Kemudian Aksa duduk kembali dengan tenang, walau sisi kanan dan kirinya saat ini sedang bertengkar.

Aksa hanya ingin menikmati perjalanan. Karena jujur saja ia tidak pernah pergi ke tempat yang begitu jauh menggunakan bis.

"Kamu gak akan muntah kan?" Bara berbisik lalu menatap remeh kearah Aksa.

"Aku udah minum obat."

"Ppftt... kayak anak kecil aja harus minum obat dulu." Bara kembali lagi mengejek, tapi setelah itu dia memberikan satu kaleng minuman soda.

"Kalau mau muntah, bilang aja ya."

Aksa hanya diam melihat, dimata nya Bara itu cukup tampan kok... tapi ketampanan itu ketutup sama kebawelannya. Aksa jadi ingin tertawa saat ini.

Ia menoleh kearah Zelo, anak itu sedang memejamkan mata sambil mendengarkan musik dari earphone nya. Dilihat lihat Zelo juga tampan, hanya saja ketutup dengan sikap nakal nya.

Aksa memegangi kedua pipinya lalu mengingat perkataan Gabbie, seorang pelanggan di tempat kerjanya waktu itu. Dia bilang Aksa tampan dan manis. Apa benar begitu ya?

Jika benar, hanya untuk hari ini saja Aksa akan percaya diri untuk berjalan dengan wajah yang tidak menunduk lagi ke bawah.

Aksa ingin tersenyum, setidaknya senyumnya bisa diberikan kepada indahnya pantai yang seolah memanggilnya untuk bisa bebas.















ALIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang