Bagian Sepuluh :: Nasib Buruk

257 56 7
                                    

Kegiatan yang singkat berakhir dengan singkat pula. Kegiatan di pantai sudah selesai hari ini juga, mereka akan pulang sore ini.

Semuanya kembali bersiap dan segera berkemas menyimpan barang barang ke bis.

Aksa sudah melakukan itu beberapa puluh menit yang lalu. Untuk terakhir kalinya ia ingin ke area pantai lagi. Menghirup udaranya sedalam mungkin dan tersenyum lega.

"Nanti... suatu saat ini aku pasti ke sini lagi. Sama ayah, sama ibu." Aksa berbisik pada ombak yang berdebur, mereka mendekat seperti ingin menerjang Aksa untuk bergabung bersama ke laut.

Aksa berjongkok ketika melihat sesuatu yang berkilau terkena cahaya matahari. Karena penasaran, Aksa pun menggali pasir tempat sesuatu yang berkilau tadi kemudian mencucinya dengan air laut.

Ternyata yang ia lihat adalah sebuah batu berwarna hijau menyala yang sangat cantik. Mungkin jika dipoles kilauannya akan lebih indah dari ini. Selain itu, dia juga menangkap cangkang kerang yang cantik dan besar.

Aksa tersenyum dan merasa senang.

"Terima kasih, ini hadiah yang sangat cantik." Ia berbisik lagi. Setelah itu Aksa benar benar pergi ke area bis dan menunggu diabsen seperti yang lainnya.

"Gimana pengalaman pertama ke pantai ini?" Bara bertanya, dipikir pikir itu adalah pertanyaan pertama yang ia lontarkan setelah mereka berdua saling mendiami satu sama lain setelah percakapan di penginapan waktu kemarin.

Aksa jadi merasa benar benar lega. Karena sepertinya Bara tidak akan bersikap canggung lagi.

"Menyenangkan. Ada banyak hal yang aku rasa." Aksa menjawab sambil memperhatikan batu berwarna hijau dan cangkang kerang yang ia temukan itu.

Aksa ingin memberikan ini pada orang rumah. Aksa ingin memberi tahu jika disini, di pantai ini... Aksa merasa tenang dan senang.

Semoga saja dua orang yang saat ini sedang Aksa pikirkan pun akan merasakan hal yang sama.

Aksa ingin berbagi hal yang sama di pantai nanti. Seperti kemarin, Aksa ingin memperlihatkan pada Ayah dan ibu jika dibalik terumbu karang itu selalu bersembunyi bulu babi dan ikan ikan kecil.

Aksa ingin memberi kesempatan pada Ayah ibu tentang rasa geli dari pasir yang menyentuh kakinya.

Ia ingin mencari kumbang laut bersama mereka berdua.

Aksa ingin menikmati matahari terbenam seperti ditelan laut, melihat jingga kemerahan di langit dan saling tertawa bersama menikmati itu.

Aksa mau semua itu terjadi.... Entah kenapa, hasratnya itu sangat besar dan sangat ia damba.

Jadi, setelah sampai di sekolah dan melangkah menuju rumah, disepanjang jalan Aksa terus tersenyum senang dan semangat.

Ia tatap rumah yang tidak berubah itu, Aksa ketuk pintunya, kemudian masuk dan memberi salam.

Masih dengan senyuman yang sama... namun suasana hatinya langsung berubah tak karuan.

Senyuman Aksa hilang.

Ketika melihat sang ibu sedang dipukul habis habisan oleh ayah yang mabuk dan sedang memegang botol miras.

"Hahah! Ini akibat yang harus kamu dapat dasar wanita rendahan! Seenaknya mulut mu bicara hah!"

"Akh! Memangnya salah!? Bukankah mulutku ini ada benar nya? Selain bajingan, ternyata kau pun tidak kalah rendahannya sepertiku. Bermain bersama wanita lain sambil tertawa senang menikmati uang yang aku kumpulkan! DASAR SAMPAH!"

"Dari mana otak kecil mu itu menyimpulkan hal bodoh begitu hah! Aku tidak selingkuh!"

"Buat apa menyangkal, Hidup kita sudah berantakan ya kan? Mengaku saja."

ALIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang