Bagian Sebelas :: Bernafaslah

253 48 3
                                    

Semua baik baik saja.

Ya, pasti begitu. Karena saat ini langit sangat cerah diluar sana.

Aksa perhatikan dengan baik dari balik jendela rumah sakit ini.

Tapi diluar sangat berisik. Aksa melirik Bara dan polisi yang sedang beradu argumen, entah apa.




"Kami perlu melakukan investigasi mendalam. Ada banyak kejanggalan di rumah itu, dia satu satunya saksi!"

"Dia korban! Dia belum stabil." Bara berteriak marah pada pamannya ini.

"Bara, tenanglah." Seorang dokter yang menangani Aksa menengahi mereka.

"Bara benar, dia masih belum stabil."

"Ini sudah dua hari semenjak dia ditemukan! Kita tidak punya waktu banyak untuk berleha leha."

Karena itu, maka mereka pun mendapatkan ijin untuk menginterogasi Aksa. Walau hanya untuk 30 menit saja.

Polisi itu masuk dan duduk disamping Aksa, sedangkan Bara dan dokter bernama Victor menunggu dan memperhatikan di sudut ruangan. Dokter Victor juga ingin memastikan sesuatu.

"Halo Aksa. Saya deputi Ryan. Tidak perlu takut, saya ada di pihak anda." Ryan mulai berbicara, mencuri perhatian Aksa yang saat ini menatap penuh kearahnya.

"Bagaimana kabar mu hari ini hm?"

"Tidak tau... Semua terasa aneh."

"Ini, ku dengar jika banyak makan buah maka akan cepat sembuh." Ryan memberikan keranjang buah untuk Aksa.

Anak itu tidak menjawab, dia hanya memperhatikan saja.

"Jadi, malam kemarin... apa yang kamu lihat?"

"Tidak ada."

"Benarkah? Waktu itu kamu sedang apa?"

"Sedang... pulang."

"Pulang? Dari mana?"

"Pantai."

"Benarkah? Wah... Saya juga suka pantai. Lalu orang tua mu sedang apa?"

Aksa terdiam, dia menatap perban pada kedua tangannya lalu menjawab pelan.

"Ibu sedang minum. Ayah sedang tidur. Lalu... Ayah memukul ibu... ah tidak! Ayah memeluk ibu." Aksa ingat malam itu. Jelas sekali sekarang, tapi entah kenapa yang keluar dari mulutnya ini tidak sesuai dengan yang ia pikirkan.

"Ayah berteriak dan ibu tertawa. Lalu botol itu pecah dan ibu tidur. Ibu hanya lelah! Lalu ayah memukulku?" Aksa terhenti kemudian memegangi lehernya. Lalu ia menggeleng keras.

"Tidak! Ayah memeluk ku juga. Lalu... darah ayah ke sini." Tunjuk Aksa pada bagian perut nya.

"Lalu kami menonton televisi, aku buatkan minuman untuk mereka. Lalu kami tidur bersama."

Aksa berhenti. Dia meremas kepalanya sendiri kemudian menunduk dalam. Aksa menangis saat ini.

"Ibu... Ayah, dimana?" Aksa menarik lengan baju Ryan.

"Mereka baik baik saja. Mereka sedang masa pemulihan di ruangan lain." Victor menjawab dan mengambil alih.

"Sudah hentikan. Ini tidak benar, ada yang tidak beres dengan anak ini." Victor berbisik pada Ryan lalu menyelimuti Aksa.

Victor membawa Ryan ke luar dan berbincang serius. Sedangkan Bara ia tinggalkan untuk menenangkan Aksa.

Seperti biasa, Bara akan memberikan pelukan hangat yang tiada habisnya. Aksa sampai bisa tenang kembali dan tertidur pulas.

ALIVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang