Aksa tersenyum sangat manis, dengan pakaian yang rapih dan wangi hasil dari polesan dokter Victor, kini Aksa bisa berdiri dengan yakin di hari kelulusan nya.
Ia berangkat dari rumah sakit dan kini berdiri dengan gugup di aula utama sekolah.
Banyak yang melihat kearahnya, banyak juga yang berbisik terang terangan. Aksa sempat takut dan kembali menunduk.
Tapi kemudian Bara dan Zelo datang. Mereka berdua hampir menyapa berbarengan. Aksa jadi tersenyum senang melihat itu.
Hingga tidak terasa jika acara dari pembukaan sampai penutupan selesai. Aksa bisa melewati ini dengan baik. Aksa bisa menerima hasil jerih payah belajarnya selama ini. Aksa bisa berbangga diri.
Walau ia sendirian disaat orang lain sibuk mengabadikan moment berkesan ini dengan orang tersayang.
Aksa tersenyum. Tidak apa apa, ayah dan ibu pasti menunggu di rumah.
Jadi Aksa segera pulang, Aksa mengabaikan hiburan menyenangkan yang saat ini ditampilkan.
Aksa hanya ingin pulang.
Tapi aneh, rumahnya masih dilingkari garis pembatas dari polisi. Itu sungguh mengganggu sekali. Aksa menarik pembatas kuning itu lalu membuangnya sembarangan.
Aksa kemudian berdiri didepan pintu, ia cukup gugup saat ini. Tapi kemudian ia merasa senang ketika pintu tidak terkunci, artinya ada orang didalam kan.
"Ayah, ibu... Aksa pulang."
Tetapi tidak ada yang menyambut sama sekali.
Aksa berjalan ke kamarnya, ia simpan piagam dan ijazah serta kalung pelepasan miliknya. Aksa kemudian turun menuju kamar ayah.
Aneh, komputer ayah mati. Padahal hampir setiap hari komputer itu menyala dan menampilkan tampilan game seru.
Aksa juga melirik kearah dapur, alat alat minum dan makan bersih sekali. Padahal selalu kotor dan menumpuk.
Aksa duduk di sofa.
Ia melihat ke sekeliling lalu merasa aneh. Rasanya sangat sunyi dan sepi.
"Ibu pasti lagi kerja. Ayah pasti ke luar. Nanti mereka pulang." Aksa pegang dadanya yang mulai terasa sesak lalu beranjak ke area dapur untuk minum.
Ia perhatian semuanya yang ada disini, mereka masih dalam keadaan dan posisi yang sama.
Aksa ambil satu bilah pisau yang ada didalam laci. Ia acungkan setinggi mungkin tepat sejajar dengan dadanya.
Tapi kemudian Aksa menggeleng.
"Tidak tidak... ibu dan ayah nanti pulang kok. Aksa tidak ditinggal." Ucapnya pada diri sendiri dan menenangkan pikirannya. Aksa simpan lagi pisaunya dengan apik. Namun sekilas ia perhatikan kotak obat yang ada diatas laci.
Kotak obat yang masih lengkap dan masih meninggalkan bercak darah.
Saat sedang termenung, tiba tiba bel rumah berbunyi dan Aksa sangat terkejut.
"Ayah! Ibu!" Dia buka dengan semangat, sayangnya senyumannya itu harus luntur ketika yang ada di hadapannya adalah Bara dan Zelo.
Entah kenapa akhir akhir ini mereka selalu nampak kompak dan selalu berduaan.
Aksa mempersilahkan mereka masuk. Tidak disangka ternyata mereka membawa banyak makanan dan minuman lalu menyimpan semuanya di meja makan.
"Ini perayaan kelulusan-! Hahaha." Bara berseru dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIVE
Teen Fiction[TAMAT] Sudah pernah dihancurkan, lalu dibanting oleh rasa kepercayaan yang terkhianati. Aksa sukses tidak lagi percaya dengan bualan manis dan akal bulus semua orang. Masa lalu yang kelam dengan sang Ibu, lalu hubungan racun bersama sang Ayah mampu...