0.3

9 6 0
                                    

Suasana begitu tegang di dalam kamar asrama Hiro, mereka duduk di karpet dengan meja persegi kecil di tengah-tengahnya. Jam menunjukkan pukul 21:35 yang artinya sudah cukup malam dan tidak seharusnya mereka masih terbangun di jam itu. Tapi suasana tegang itu bukan karena hari sudah malam, itu karena pencarian siswi yang hilang dihentikan

"Ini nggak wajar. Bahkan hilangnya baru kemarin dan mereka menghentikannya begitu saja"

Suara Hiro terdengar kembali setelah keheningan yang cukup panjang

"Kasus ini sepertinya hanya mengandalkan kita" Hoshi menghela napas berat "Tapi tanda luka yang ada pada kita juga harus di cari tahu. Jadi menurutku bagaimana jika kita membagi dua tim. Untuk menyelidiki kasus itu dan mencari tau tentang tanda luka, tapi tim yang mencari tau tentang tanda luka juga harus sedikit menyelidiki kasus itu. Haru dan Hiro menyelidiki, aku dan Hisao---"

"Tidak! Kamu bersama ku" ucap Hiro memotong ucapan Hoshi "Aku bosan dengan Haru" lanjutnya membuat Hisao menertawakan Haru yang tampak kecewa dengan ucapan Hiro, sedangkan Hoshi hanya mengangguk mengiyakan. Tentu bukan karena Hiro bosan dengan Haru, tapi dia ingin mengawasi Hoshi yang menurutnya sangat manipulatif

"Yosh! Ini dimulai besok, kan? Jadi kita bisa pulang sekarang, ini juga sudah malam" Hisao berdiri dari duduknya diikuti Hoshi "Pulang ya, Hiro" ucap Hisao yang dibalas anggukan, lalu dia keluar dari kamar Hiro melewati jendela yang sudah di siapkan tali oleh Hiro

Dan kini hanya menyisakan Haru dan Hiro. Hiro pun tidak tahu mengapa lelaki itu masih belum beranjak dari tempatnya

"Kamu hanya ingin mengawasi Hoshi, kan? Dan secara nggak langsung menyuruhku mengawasi Hisao" ucap Haru pada Hiro yang duduk di hadapannya yang hanya terhalang meja di tengah-tengah mereka "Hiro aku rasa kamu terlalu mencurigai mereka, dan itu tidak akan baik bagi kerja sama kita"

Ctak!

Pisau lipat terbuka dengan cepat dan mengenai kulit leher Haru.

Hiro menodongkan pisau itu pada leher Haru, sedangkan Haru hanya berekspresi datar. Dia sudah biasa dengan pergerakan tiba-tiba Hiro yang berbahaya. Intinya dia yakin bahwa Hiro tidak akan membunuhnya dan itu cukup membuatnya tidak takut akan pergerakan berbahaya gadis itu berserta serangannya

"Kamu lupa? Aku juga tidak percaya padamu. Aku tidak menyuruhmu untuk mengawasi Hisao, dan aku tidak mengawasi Hoshi. Aku hanya bosan dengan mu, itu saja."

"Apa yang harus aku lakukan supaya kamu percaya padaku?" Tanya Haru, tangan kanannya bergerak pelan menggenggam tangan Hiro untuk menjauhkan pisau lipat itu dari lehernya, dan tentu dengan cepat Hiro menjauhkan pisau itu untuk menepis tangan Haru yang menggenggamnya "Aku akan lakukan apapun"

"Tidak perlu, jalani saja. Tapi aku ingin bertanya" Hiro menatap Haru jauh lebih serius kali ini "Apa mata pelajaran kesukaan mu?"

"Hah? Mmmm...okey, pelajaran kesukaanku bahasa Inggris, dan matematika"

"Great! It's good for us"

"Maksudmu?"

"Mungkin kita tidak akan saling mengobrol didalam kelas, tapi diluar tentu kita mengobrol, bukan? Untuk menghindari kesalahpahaman, jika ada yang bertanya apa hubungan kita. Aku akan menjawab partner belajar" Hiro tersenyum lebar. Senyum yang tidak pernah dia tunjukan sebelumnya "Oh iya satu lagi, kamu pernah ciuman?"

"Belum pernah kurasa"

"Kita mungkin harus berciuman pada waktu tertentu yang mendesak. Jadi kamu harus bersiap, dan jangan memasang ekspresi kaku"

***

Haru menatap seorang gadis berambut panjang sebahu yang menyerahkan sebuah surat dan coklat di atasnya. Haru mungkin akan menerimanya jika surat itu adalah surat pertama, tapi ini sudah surat ke enam yang gadis itu berikan padanya hari ini.

Dan itu tentu sangat mengganggu Haru, karena itu saat ini---di taman belakang sekolah---Haru mengunggu Hiro datang sebagai pacar pura-puranya.

"Maaf sayang aku lama" Itu suara Hiro. Dia langsung memeluk Haru di depan gadis itu "Jadi ini yang dari tadi memberi kamu surat?"

"TUNGGU! HARU KAMU PACARAN SAMA DIA?!!"

"Ya"

"TAPI DIA BAHKAN NGGAK CANTIK SAMA SEKALI. DIA JUGA GAK IMUT!!!" teriak gadis itu lagi "Aku nggak percaya ya kalo kamu pacaran sama dia. Buktiin!"

Haru melebarkan matanya saat mendengar gadis itu meminta bukti bahwa dia dan Hiro berpacaran. Karena dia kini mengingat pertanyaan aneh Hiro kemarin malam. Dan kini Hiro menyentuh kedua pipinya, mengelus lembut pipi itu, dan mulai mendekatkan wajah mereka. Tapi Haru tidak siap dengan ini, sama sekali tidak siap.

Cup!

Ya, sebuah kecupan mendarat di pipinya. Hanya di pipi.

"AAAAAA!!! HARU DI CIUM CEWEK JADI-JADIAN!!!"

Gadis itu berteriak dan pergi begitu saja, membuat Hiro segera menjauhkan diri dari Haru

"Sudah kubilang ini akan terjadi" Ucap Hiro yang membahas tentang percakapan mereka semalam "I told you! Tapi kamu masih memasang ekspresi kaku seperti itu, untung gadis itu bodoh hingga bisa percaya hanya dengan ciuman di pipi. Aku tau kamu nggak mau. Tapi jangan menunjukkannya"

Hiro tampak marah kali ini, dan membuat Haru sedikit tidak enak. Dia bukan tidak mau. Dia hanya gugup.

"Aku bukan nggak mau, tapi---"

"Apa?" Tanya Hiro yang memotong ucapan Haru, tubuhnya kembali mendekat pada Haru. Dia mendorong tubuh Haru hingga membentur dinding, lalu mencengkram kerah seragamnya "Saat aku yang meminta bantuan hal semacam ini padamu. Aku harap kamu tidak menunjukan ekspresi seperti itu lagi. Karena disaat seperti itu mungkin bukan orang bodoh yang kita hadapi"

"Iya, Hiro. Aku---"

Lagi-lagi ucapan Haru terpotong. Bukan karena Hiro yang berbicara, tapi karena Hiro menarik kerah bajunya dan menyatukan kedua bibir mereka dengan cepat dan tentunya tiba-tiba. Bahkan Haru merasakan Hiro melumat bibir bawahnya, dan bodohnya Haru masih terpaku dengan pergerakan tiba-tiba itu hingga dia tidak melakukan apapun

"Seperti itu, kau harus melakukannya seperti itu" Ucap Hiro setelah melepas ciumannya, kini dia mengusap kasar bibirnya. Dan pergi begitu saja, meninggalkan Haru yang masih terdiam dengan wajah datar. Mungkin masih terkejut dengan serangan Hiro yang lebih mematikan dari pukulan dan tendangan

"My first kiss"

Haru menyentuh bibirnya sendiri sembari melirik punggung Hiro yang semakin menjauh

H6 Team Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang