chapter - 3

4.4K 630 45
                                    


Piu piu piu

Suara game terdengar nyaring dari balik ruangan khusus petinggi aliansi itu. Disana, ada Moonsung dan Jisoo yang asyik bermain game, dan-

"Aku menang." Moonsung lagi-lagi menang. Bahkan adiknya Jisoo yang ikut bermain bersama, orang paling payah dalam game pun nendapat juata ke dua. Jisoo yang biasanya menang itu, kalah. Untuk kesekian kalinya.

"Kak, ini sudah yang ke-5..." ucap Hyuksoo, bingung.

"Ah, iya." Jisoo kemudian melepas ponselnya dan menaruh kepalanya di meja dengan gusar, "Harusnya aku menang game ini tapi bocah itu muncul terus dikepalaku."

"Bocah itu?" Tanya Hyuksoo. "Siapa?"

Moonsung juga kemudian menghela nafas dan meletakkan ponselnya dimeja. "Benar juga. Karena kau sebutkan sekarang, aku jadi teringat anak itu."

"Siapa sih...?" Tanya Hyuksoo.

"Peliharaannya Pakgo— ah, bukan... daripada peliharaan, lebih cocok disebut bocah cantik."

"Iya. Dia beneran cantik untuk anak cowok. Padahal lebih cantik dari cewek juga enggak. Tapi mukanya... ga terlupakan."

Hyuksoo kemudian menggaruk kepalanya bingung, "Apa benar secantik itu? Aku belum sempat lihat."

"Bagus." Jisoo tersenyum tipis, "Mending jangan dilihat.  Karena... aku tidak mau berebut sesuatu denganmu, Hyuksoo."

"Tapi aku sudah lihat wajahnya, tuh." Kata Moonsung.

"Sialan. Kau kan sudah ada Bomi. Setia saja padanya."

Moonsung kemudian terkekeh. "Kalau dipikir-pikir, sepertinya aku cuma anggap dia adik."

Jisoo kemudian menendang kaki Moonsung dengan ekspresi datar, "Bajingan ini tidak tahu malu."

"Tapi aku serius," Moonsung menakis tendangan itu dengan lututnya, lalu bergumam. "Setelah melihat bocah itu, aku jadi kepikiran. Sebenarnya aku itu menyukai Bomi atau cuma menganggapnya sebagai gadis cantik saja."

"Jangan alasan, dasar gila," umpat Jisoo.

"Kenapa kalian terus seperti ini karena bocah itu?" Tanya Hyuksoo. "Ji Yunwoo juga kelihatan aneh. Dia melihat keluar jendela padahal ada buku didepannya. Tidak biasa. Bocah cantik itu siapa sampai bisa buat kalian seperti ini?"

"Apa jangan-jangan..." Yunwoo kemudian menambahi dengan nada serius. "Ini rencananya SMA pecundang itu supaya aliansi goyah?"

Moonsung kemudian menyetujui dengan semangat. "Yah. Dia pasti merasa kesal karena terus berada dibawah dan diremehkan, jadi dia membawa bocah semacam itu ke markas."

"Kalau dipikir-pikir, benar juga. Ini pasti siasatnya Pakgo untuk meruntuhkan aliansi."

"Bukan." Gumam Hyuksoo. "Yang jelas, masalah ini bukan ada pada mereka. Tapi kalian semua."

Apa karena selama ini mereka hanya tahu bertarung dan bermain saja, hingga mereka tidak tahu, jika perasaan tertarik itu bisa muncul jika sesuatu yang cantik dan indah muncul? Ketertarikan tidak hanya berasal dari kekerasan, bukan?

***

Hobin benci suara dan baunya rumah sakit. Bagaimanapun, dia menghabiskan hampir seluruh umurnya selama ini diberada ditempat itu, memakan obat yang berganti setiap bulannya, dan menjalani perawatan yang tidak dia sukai.

Bahkan sampai sekarangpun, dirinya masih harus meminum obat untuk menjaga dirinya sendiri yang lemah. Tapi, mau tak mau, sepulang dari sekolah setelah mengerjakan tugasnya Pakgo dan teman-temannya, Hobin mengintip Jjiksae yang terbaring sakit itu.

Taehoon, Why Are You So Rude?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang