chapter 9

2.8K 443 43
                                    




"Taehoon, ini sudah yang kesepuluh kalinya aku menerima laporan seperti ini! Kapan kau akan berhenti memainkan permainan anak-anak itu?" Denting garpu terdengar. Disertai suara meninggi sang ibunda, yang kemudian disahuti dengan sikap acuh putranya.

"Aku kan sudah mengikuti semua mau kalian. Les, pelajaran tambahan, rapat, semuanya aku jalani. Memangnya kenapa jika aku memukul seseorang sedikit?" Jawabnya, santai.

"Kau tidak memukul seseorang saja, dan kau juga tidak memukul mereka sedikit! Aku lelah menghadapi banyak orang yang kemari untuk minta ganti rugi karena putranya dipukuli!" Teriak sang ibu, geram.

"Ibu," Taehoon meletakkan garpunya dengan ekspresi jengah. "Kau tidak akan miskin hanya karena membayari ganti rugi itu."

"Anak nakal... salahkah jika aku sebagai ibumu khawatir karena kenakalanmu itu?" Katanya. Merasa bahwa sang anak tidak lagi mendengarkannya dengan serius, wanita cantik itu menyikut suaminya dan kemudian menatapnya sengit, "Beri tahu putranya itu!"

"Taehoon! Dengarkan ibumu."

"Ayah," Taehoon berucap pelan. "Aku lelah..."

"Oh, oh, yah. Yah, tidurlah," pria paruh baya itu menjawab dengan gelagapan. Saat sang anak berdiri dan kemudian berjalan dengan santai keluar dari ruang makan itu, sementara sang istri sudah memberikan tatapan mautnya.

"Kenapa kau biarkan dia! Marahi saja!"

"Sayang," suaminya menggenggam tangan istrinya dengan lembut. "Tidak ada yang baik dari membuat marah remaja yang sedang jatuh cinta."

"Apa?"

"Kau tidak lihat? Sepertinya Taehoon ada pacar?"

Sang ibunda menatap suaminya dengan tatapan tak percaya, "Anak jahat itu? Pacar??"


***

"Halo,"

Hobin hampir saja terperanjat, saat melihat Taehoon yang muncul didepan gerbang sekolahnya. Dengan senyuman lebar, Dan juga setelan seragam mahalnya yang segera saja menarik banyak perhatian itu.

"Kenapa... kamu..."

"Aku datang untuk menjemputmu. Kemarin katanya kau sakit, kan? Ayo, aku antar pulang," tawarnya.

Hobin menatap Taehoon dengan sedikit bingung. Lalu,

Ia menggeleng, "Aku pulang sendiri saja."

"Kenapa?"

Hobin diam sesaat setelah mendengar kalimat tanya yang aneh itu. Bukankah wajar kalau dia menolak? Taehoon itu seram, dia juga terkenal suka memukuli orang lain dan semuanya takut padanya. Kenapa orang yang seperti itu selalu bersikeras untuk berada didekatnya? Apakah dia akan dipukul disaat waktunya sudah tiba?

"Aku... takut padamu."

"Apa?" Taehoon salah jika berpikir bahwa Hobin sudah mulai nyaman didekatnya, karena Hobin tidak pernah  merasa seperti itu.

"Tolong... jauhi aku. Cukup kan kalau kita hanya bertemu di rapat aliansi?" Tanya Hobin, pelan.

Taehoon terdiam saat melihat Hobin kemudian berjalan lagi pulang kerumahnya. Tanpa menunggu jawaban Taehoon sama sekali.

Perlahan, pria itu kemudian menunduk dan memegang dadanya. Terasa seperti ada yang meremas bagian dalam organnya, dan Taehoon tidak tahu apa itu. "Apa ini? Kenapa nyeri sekali?"

Dia kemudian menepuk-nepuk dadanya dengan ekspresi kesakitan, namun, anehnya, tidak ada darah yang keluar. Rasanya seperti bagian dalam tubuhnya ditekan sangat dalam sampai rasanya menyakitkan. "Apa..."

"Apa aku sakit parah?" Gumam Taehoon, panik. "Hobin pasti tidak akan suka suami yang sakit-sakitan, aku harus menemui dokter Shin!"

Kemudian, lelaki itu kemudian berlari secepat kilat, meninggalkan sekolah itu, dan meninggalkan Hobin yang sedang berjalan kerumahnya. Sendirian.

***

Selama masa kerjanya di rumah keluarga Sung... Dokter Shin tidak pernah sebingung ini. Anak laki-laki keluarga kaya itu, yang dikenal sangat sehat sampai-sampai flu saja tidak berani menyentuhnya, dikabarkan sakit parah? Saat pelayan rumah itu meneleponnya karena mengatakan bahwa tuan muda mereka terus saja memegang dadanya dan berkata itu sakit, dia buru-buru berangkat kesana hanya dengan peralatan dokter dan piyamanya.

Namun apa?

Sung Taehoon....

"Jadi, kapan pertama kali kau merasakan nyerinya?"

"Dari dulu," jawab Taehoon, serius. "Kalau dulu, ketika aku sedang mengingat Hobin, jantungku seperti ditekan. Tapi hanya sedikit. Aku bisa menahannya. Lalu saat aku bertemu dengannya beberapa hari lalu, gejalanya jadi semakin parah! Jantungku juga berdegup kencang seperti baru saja berlari. Dan puncaknya itu hari ini! Dia berkata begitu dan jantungku langsung merasa sakit! Sakit sekali!" Jelas Taehoon.

"... lalu, apa tepatnya yang Hobin katakan sampai kau seperti itu?"

"Dia berkata kalau dia takut padaku dan dia mau aku menjauhinya," jawab Taehoon, lemah.

Dokter itu menghela nafas, lelah. "Baiklah. Tuan muda."

"Lalu? Apa sakitku?"

"Sakitmu... adalah jatuh cinta."

"Cinta?"

Dokter itu mengangguk, "Kau akan terus merasa seperti itu jika kau menuruti kata-katanya untuk menjauhimu."

"Kenapa?"

"Karena kalau itu sampai membuatmu seperti ini, artinya kau sangat tersiksa dengan perkataannya. Jadi, jangan turuti."

Taehoon menghela nafas. "Tapi dia akan menangis jika aku tidak menurutinya. Pak dokter, dia selalu menangis saat bertemu aku. Apa ada cara supaya dia tidak menangis lagi?"

Dokter itu lalu menggeleng, tak habis pikir. "Aku ini dokter penyakit dalam, tapi... karena aku sudah terlanjur kemari dan tuan muda terlihat sangat menderita, akan kuberi kiat-kiat untuk mengatasinya."

"Oho!" Taehoon tersenyum senang. "Apa itu?"

"Pertama.. sebisa mungkin kau harus mematuhi dan menuruti perintahnya."

"Pe-perintah?" Tanya Taehoon, bingung. Seumur hidup, kata 'perintah' tidak pernah digunakan kepadanya. Dia adalah pewaris S Group dan semua orang di sekolah sekolah takut padanya. Tapi.. perintah?

"Benar. Jika anda ingin mendapatkannya, maka anggaplah ucapannya seperti perintah. Itulah rahasia mengapa istri saya sangat menyayangi saya, anda tahu?" Kata dokter itu, dan Taehoon dengan semangat mencatat perkataan dokter itu, lalu, ia berkata lagi. "Namun!"

"Namun...?" Tanya Taehoon.

"Disaat bersamaan, anda harus keras kepala. Jika dia menyuruh anda menjauh, teruslah dekat. Jika dia menyuruh anda tidak datang lagi, maka anda harus datang lagi! Pokoknya, segala cara, lakukan!"

"Begitu ya..." ucap Taehoon, serius.

Dokter itu tersenyum tipis, "Kuncinya adalah sabar, tuan muda."












Taehoon, Why Are You So Rude?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang