"Apa maumu? Sudah kukatakan... jangan temui aku." Hobin berucap takut-takut, sementara Taehoon, tersenyum miring sembari menjawab.
"Kau memerintah aku? Ketua aliansi?"
"Bukan!" Hobin menjawab spontan. "Hanya saja... tidak ada alasan juga kau menemuiku, kan."
Taehoon kemudian menundukkan punggungnya, hingga wajah Hobin tepat menatap kearah wajahnya. "Hei, lihat kemana?"
"Eh..." Hobin, yang ditegur karena tidak berani menatap Taehoon, kini akhirnya memberanikan diri menatap lelaki itu.
Ukh. Fakta bahwa Taehoon itu tampan tidak terelakkan, tapi dia... juga seram!
"Sial..." Taehoon mengumpat. Matanya menatap wajah manis Hobin dan kemudian memegang wajahnya dengan mata serius. "Aku mau... memakanmu."
Hobin terbelalak seketika. "K-kau mau apa?! Kita didepan sekolah!"
Taehoon tersenyum tipis. "Apa masalahnya?"
"Itu... ramai... uhhh lepas!"
Taehoon, dengan wajah serius lalu memegang pinggang Hobin dan menggendongnya didepan wajahnya. "Kalau gitu aku akan mencari tempat sepi."
"Bukan begitu maksudku. Ah! Tolong! Lepas!"
Hobin memukul-mukul punggung lebar itu. Dirinya panik begitu Taehoon berlari, meninggalkan pekarangan sekolah bersama Hobin dipelukannya.
Bukankah ini lebih gawat daripada dicium didepan sekolah? Sial!
***
Sial.
Sial.
Ini jauh lebih gawat daripada dibawa ketempat sepi. Karena, Taehoon membawanya kekamarnya! Kerumahnya!
"Apa kau gila? Kenapa kau membawaku kerumahmu?!" Tanya Hobin. Sekarang bahkan dia tidak takut akan dipukuli. Karena situasi ini lebih seperti dia akan... diperkosa?
Hih!
"Bukannya kau benci jika aku menciummu didepan banyak orang?" Tanya Taehoon, bingung.
"Tentu saja! Tapi aku lebih benci jika dicium disini. Tidak. Masalahnya bukan tempatnya. Tapi aku tidak mau dicium!" Seru Hobin.
Taehoon tampak berpikir sebentar, lalu berceletuk. "Kenapa tidak mau dicium? Apa kau takut bahwa nafasku bau? Tenang saja. Mereka selalu merawat gigiku dengan perawatan yang mahal... jadi, sudah bisa dipastikan bahwa nafasku adalah yang terbaik diantara semua pria." Jelas Taehoon.
"Bukan... ahh... pokoknya aku tidak mau saja!" Tegas Hobin. Itu jelas sekali. Ia tidak mengerti mengapa Taehoon begitu terobsesi dengan hal aneh. Yang jelas, dia harus pergi dengan cepat dari rumah bak istana ini.
"Huft. Serius tidak mau coba? Mereka baru saja memberiku pasta gigi yang masih dalam tahap percobaan. Jika seseorang menciumku sekarang, kau bisa merasakan apel seperti langsung dari mulutku... begitu, dan juga rasanya sejuk karena komponennya dibuat tahan lama untuk menyegarkan mulut, pokoknya, ini pasta gigi yang mahal. Mereka ingin aku mengetesnya..."
Ah. Taehoon tersadar ketika dia menjelaskan tentang pasta giginya terlalu banyak. Tapi, dia memang sedang menguji pasta gigi itu, banyak yang mengatakan bahwa pasangan mereka sangat menyukainya jadi, dia sempat berpikir bahwa Hobin akan suka juga. Apa dia salah?
"Lupakan... kenapa aku bawa bawa pekerjaanku?" Gumam Taehoon.
"Ah," Hobin berdeham. "Itu... apa benar-benar ada pasta gigi seperti itu?"
Mendengar pertanyaan polos dari Hobin, Taehoon segera saja tersenyum dan mengangguk. "Iya. Aku tidak bisa merasakannya, tapi kalau pasta gigi ini bertemu dengan saliva yang berbeda, akan menimbulkan rasa apel yang segar. Bukankah itu keren?!"
Hobin mengangguk heboh, setuju dengan Taehoon. "Boleh aku coba?!"
"Ya!" Taehoon dengan senang hati duduk didepan Hobin yang memasang ekspresi semangat. "Coba saja."
Walaupun niatnya Taehoon adalah, memamerkan pasta giginya yang dia rancang sendiri itu kepada Hobin, begitu Hobin memegang bahunya. Dia terdiam. Bibir kecil itu segera saja menemui bibirnya, dan saat itu juga koneksi otaknya berhenti bekerja.
Yang membuat Taehoon terdiam adalah, karena Hobin... mengigit kecil bibirnya. Tidak sakit, malah... rasanya menggelikan dan Taehoon sangat menyukainya. Dia membuka bibirnya sedikit, dan lidah Hobin segera saja masuk dan menyentuh lidahnya.
Sial. Sial. Sial.
Dia tahu bahwa Hobin se-excited itu karena menemukan rasa apel yang manis dari lidahnya. Tapi, begitu lidah mungil itu menjelajahi mulutnya.. Taehoon memggenggam kedua tangannya dengan erat di paha. Dia harus menahannya. Apapun yang ingin dia lakukan sekarang. Harus.
"Umhh, Taehoon... manis." Hobin menggeram, lidahnya merasakan saliva Taehoon memenuhi bibirnya. Rasanya manis, begitu dia menyentuh gigi rapinya yang menawan, Hobin menyukainya. Apalagi saat Taehoon menciumnya dengan lembut, membiarkan Hobin mengeksplorasi bibirnya sesuka hatinya.
"Taehoon..."
"Kau... suka?"
Hobin berhenti sejenak. Dia melepaskan bibirnya dari bibir itu dan melihat bibir Taehoon yang memerah dan basah karena dia gigiti. Tapi itu.. benar, rasa bibirnya Taehoon sangat manis, bagaikan apel. Juga sejuk hingga dirinya ketagihan. Tapi begitu melihat mata setajam elang itu menatapnya dengan intens, Hobin berhenti bergerak.
Ia sadar bahwa tangannya berada di bahu Taehoon. Dan kemudian, Taehoon dengan santainya mengusap bibirnya yang basah dengan saliva Hobin, begitu seksi dan menggoda, namun membuat Hobin malu.
"A-aku minta maaf," katanya, gugup. "Aku..."
Saat Hobin berniat menjauhkan dirinya dari Taehoon, pria itu memegang tangannya dan memiringkan wajah tampan itu sedikit. Ia tersenyum dan berkata dengan tatapan intens itu. "Kau suka yang manis-manis?"
"Uh..."
"Aku punya... hal lain yang rasanya manis," kata Taehoon. "Mau coba?"
Belum sempat Hobin menjawab, pria itu kemudian menyentuh tengkuknya Hobin dan kemudian melanjutkan ciuman mereka, "Akan kuberikan setelah ini."
Lalu, kali ini Taehoon mencium Hobin dengan lebih beringas. Mengungkungnya diantara kedua tangannya, dan menciumi lelaki manis itu sesuka hatinya. Lagipula, dia sudah menahannya karena sedari tadi Hobin sangat ingin merasakan rasa manis dari mulutnya.
Sekarang giliran Taehoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taehoon, Why Are You So Rude?
FanfictionHobin kembang desanya htf, se geng sama bidadari2 SMA yang terkenal di newtuber. Tapi masalahnya, Hobin gak mau sama premann?!?!?!