chapter - 5

4.2K 620 127
                                    





Saat melihat wajah manis yang sama dengan wajah yang pernah dia lihat dulu, mustahil Taehoon tidak tergerak.

Meski sudah 10 tahun mereka berpisah, Hobin masih saja memiliki wajah khas yang sama. Malahan, yang berubah darinya sepertinya hanya tinggi badannya dan perawakannya saja. Selebihnya, mata bulat yang manis itu, hidung kecil yang imut dan juga wajah yang disebut orang orang "baby face" itu.

Bagaimana bisa Taehoon melupakannya?

Cinta pertamanya sejak dia masih kecil dulu, di penakut yang meski ditolak berkali-kali tetap saja menghampirinya. Anak kecil yang gemetaran saat turun tangga yang besar, namun tanpa ragu mengorbankan dirinya demi Taehoon. Bagaimana bisa dia melupakan anak itu?

Terlebih, Hobin tumbuh menjadi anak yang sangat cantik, dan tubuhnya kecil seperti wanita.

Tapi yang lebih penting, tubuh itu berani melawan sekarang. Tidak ada yang berubah dari Hobin,

Kecuali Taehoon. Hanya Taehoon lah yang berubah seperti ini.

Taehoon kemudian menyadari bahwa Hobin sudah pingsan. Menggeram, dirinya kemudian menggendong lelaki kecil itu, dan tanpa ragu meletakkannya diatas meja rapat para petinggi aliansi tanpa ragu.

Meski sempat heran, tidak ada yang menegur sikap yang seharusnya tidak boleh itu.

Kecuali,

Pakgo yang kemudian mendatangi Taehoon dengan rasa amarah yang membumbung dikepalanya, "Lepaskan anak itu. Dia milikku. Meskipun kau ketuanya, kau tidak bisa mencampuri urusan sekolah lain, kan?"

Taehoon kemudian melirik Pakgo dengan tatapan tajam, beberapa orang pasti merasa terintimidasi dengan tatapan itu meski sebenarnya itu bukan ditujukan untuk mereka. Tapi, Taehoon ini kan orang gila. Yang bisa saja menghajar siapapun meski orang itu hanya numpang lewat didepannya.

"Milikku?" Taehoon kemudian menghadap Pakgo dengan emosi yang membara didadanya. "Sejak kapan dia jadi milikmu?"

Sejenak, Pakgo merasakan kakinya gemetar karena rasa takut. Mungkin karena beberapa minggu ini dia jadi congkak karena para petinggi tidak memberikannya pelajaran, makanya dia bertingkah berani seperti itu. Aslinya, kemampuan bertarung Pakgo bahkan tidak bisa dibandingkan dengan anak buahnya Taehoon. Tapi, kemudian dia memberanikan diri. Toh, Hobin itu murid dari sekolahnya yang artinya, Hobin itu miliknya. Taehoon tidak berhak mencampuri urusan sekolahnya.

"Karena dia bersekolah di daerah kekuasaanku, jadi bahkan kau tidak berhak menyentuhnya. Mari selesaikan baik-baik dan serahkan—"

Baru saja Pakgo memulai bualannya, Taehoon sudah mengangkat kursi entah milik siapa itu— dan menghantamkannya kepada Pakgo.

Pakgo yang terpental kebelakang karena terkena kursi itu kemudian menggeliat, kesakitan karena rasanya wajahnya hancur terkena kursi itu, tapi ternyata semuanya tidak sampai disitu.

Taehoon sudah berdiri didepannya dengan kaki yang berada diatas perutnya, "Aku tantang kau berkata seperti itu lagi."

Taehoon mendesis geram, dan melancarkan satu tendangan di perutnya sampai Pakgo muntah darah. Semua orang bergidik ngeri, apalagi saat melihat Taehoon yang seperti dikuasai iblis itu kemudian berjongkok dan menjambak rambut Hobin,

"Beraninya kau menggunakan dia sebagai budakmu. Apa kau ingin mati?"

Buagh! Duak!

Taehoon meninjunya dengan geram, "Punggungnya Hobin kotor. Siapa yang menginjaknya? Kau?"

"Uhuk! Uhuk!" Pakgo terbatuk sambil memuntahkan darah, rasanya sangat sakit sampai dia tidak bisa bergerak. "Sebenarnya... kenapa aku melindungi anak buangan seperti itu..."

"Kau yang injak, ya?" Taehoon mengangkat tinjunya lagi dengan mata berapi-api.

"Am... uhuk! Ampun..."

"Tidak berguna bertanya padamu." Taehoon kemudian melepas rambut Pakgo dari genggamannya dan beralih kepada anak-anak aliansi.

"Tunjukkan padaku siapa saja yang menginjak punggungnya Hobin."

Yunwoo, dengan senyum liciknya yang berbahaya kemudian mendekat kepada Taehoon dan menunjuk semua anak anak dari sekolahnya Pakgo. "Mereka semua masuk sambil menginjak punggungnya."

Segera saja Taehoon kemudian berbalik kearah mereka dengan amarah yang naik ke tingkat yang tidak bisa ditahan lagi, "Bersiaplah. Kalian semua, sebaiknya menyiapkan kruk pembantu jalan mulai sekarang karena aku akan mematahkan satu kaki kalian."

"Apa?!"

Hari itu, pertemuan aliansi menjadi kasus pembantaian paling hangat diantara para anggota aliansi.

***



Yang pertama kali dilihat Hobin saat dirinya bangun adalah suara berisik dan teriakan seseorang. Dirinya berusaha membuka matanya,

Kemudian dia dapat melihat disana ada pria tinggi yang sedang menghajar anggota aliansi yang biasanya selalu duduk di meja mereka itu.

Yang lebih kaget lagi, Hobin sekarang berada ditempat tidur empuk yang entah kenapa bisa ada diruangan ini!

"Kalian dasar manusia tolol. Pakgo bertingkah seperti itu dan selama ini kalian diam saja?" Umpat Taehoon, geram.

"Maafkan kami, Ketua." Ucap Hyuksoo, merasa menyesal karena selama ini diam saja melihat Hobin yang disiksa begitu, beserta kecongkakan Pakgo yang semakin merajalela.

"Berisik, kau. Sinikan kepalamu."

Begitu Hyuksoo mendekatkan kepalanya pada Taehoon, segera saja Taehoon menendangnya sampai membuat pria besar yang malang itu terhempas kebelakang. Semua orang hanya diam, merasa gugup karena sebelumnya Taehoon tak pernah semarah ini, tapi.

"Ahhh!!!"

Mereka semua terkejut ketika Hobin yang melihat adegan kekerasan itu berteriak dan kemudian berdiri dari kasurnya dengan ekspresi yang super panik.

"Hobin??" Taehoon melihatnya dengan ekspresi lega,

Tapi Hobin kemudian memegang tasnya erat erat dan menatap pintu keluar dengan mata yang bergetar. "Jangan mendekat padaku!"

Taehoon membeku ditempatnya. Lalu kemudian bertanya dengan hati hati. "Baiklah. Aku tidak akan mendekat. Kamu tidak apa-apa kan?"

"Jangan sok baik padaku. Aku hanya ingin pulang!!" Jawab Hobin, dengan suara yang terdengar ketakutan.

"Hobin... kau... tidak mengenaliku?" Tanya Taehoon, dari nada suaranya, dia jelas saja terluka. Padahal dia pikir tadinya Hobin mengenali dirinya karena sempat menyebut namanya, tapi kenapa sekarang dia bertingkah seolah olah Taehoon itu Pakgo?

Hobin kemudian mengenggam tasnya dengan erat kemudian berteriak, "Kau orang yang sangat kasar! Aku tidak suka!!!"

DUAR!!! Bagai tersambar petir, Taehoon kembali membatu begitu mendengar ucapan Hobin yang diliputi rasa takut itu. Beberapa saat kemudian, setelah Taehoon shock dengan kata-katanya, Hobin segera saja berlari keluar dari ruangan itu tanpa memedulikan apapun.

Dan Taehoon masih saja terdiam karena shock bahwa Hobin tidak menyukainya karena adegan dia menendang Hyuksoo tadi. Bagaimana ini? Dia sudah mendapat kesan pertama yang buruk dipertemuan pertamanya dengan Hobin. Alhasil, cowok cantik itu kabur darinya seolah olah tidak ingin bertemu lagi.

Taehoon merasa ada yang hancur dari dalam dirinya saat itu juga.

***



Setelah berlari agak jauh dari gedung aliansi, barulah Hobin kemudian merasa tenang. Dia tidak tahu apa yang terjadi disana, tapi seluruh petinggi aliansi bertekuk lutut dihadapan pria yang sangat mirip dengan taehoon, teman masa kecilnya itu.

Dia sangat terkejut ketika mendengar suara tendangan yang keluar dari pria itu, bahkan tendangan terkuat Pakgo tidak akan ada apa apanya dengan itu. Hobin... takut kalau selanjutnya dialah yang akan kena tendangan itu.

Dia pasti akan langsung mendapat luka serius jika pria tadi menendangnya. Syukurlah Hobin tadi sempat melarikan diri saat pemimpin aliansinya lengah.

Kalau tidak...

"Uhhh. Pemimpin aliansi itu. Dia orang yang paling berbahaya daripada Pakgo. Aku gak boleh dekat-dekat dengannya." Putus Hobin, kemudian.

Taehoon, Why Are You So Rude?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang