ㅡ Sang Radyta ; Luca Kaneshiro

574 93 13
                                    

"Aku merasa tujuanku bersekolah bukanlah untuk menuntut ilmu, melainkan untuk menjadi budak pak Oliver." Kamu bermonolog sendiri. Pasalnya, Pak Oliver memanggilmu ke ruangannya, membuatmu yang seharusnya pulang sedari 1 jam yang lalu, harus menetap.

Kamu membuka pintu kelas yang belum dikunci, dan menemukan seorang pria bersurai pirang panjang, sedang tertidur di bangkunya. Kamu mengenal sosok itu.

Sosok yang menjadi matahari kelas dan selalu menyinari seisi sekolah dengan kepribadiannya, bahkan menjangkau dirimu yang hanya bisa menatapnya dari jauh. Dia Luca Kaneshiro, seseorang yang sudah kamu kagumi sejak menduduki bangku kelas 10 SMA.

Sesuatu mendorongmu untuk mendekati Luca yang tengah terlelap, kamu duduk tepat di hadapannya lalu fokus mengamati karya tuhan tersebut.

Tanpa sadar, kamu mulai bermonolog lagi tentang seberapa suka dirimu kepada Luca, apa yang membuatmu jatuh hati padanya, dan apa yang membuatmu tetap menaruh hati padanya hingga saat ini.

Sebuah keberanian mendorongmu untuk menyibak beberapa rambut Luca yang menutupi wajahnya. "Ternyata kau cantik juga, Luca."

Tersadar, kamu buru-buru menarik tanganmu karena sudah tidak sopan menyentuh Luca sembarangan. "Apa yang aku lakukan? bodoh sekali."

"Lanjutkan saja."

Kamu membeku saat mendengar suara milik Luca, namun pria itu malah menarik tanganmu untuk mengusap kepalanya. "I like the feels when you pat my head."

"Anu, Luca? Apa aku membangunkanmu?" tanyamu dengan gugup. Luca balas menggeleng, membuatmu dipenuhi banyak pertanyaan.

"Aku tidak tidur, sejak awal."

Kamu merasa seperti tersedot ke dalam lubang hitam setelah mendengar pernyataan tersebut, bukankah berarti Luca telah mendengar semua hal yang kamu katakan? Termasuk saat kamu bercerita bahwa kamu telah menyukainya sejak kelas 10?

Luca yang semula menyembunyikan kepala diantara kedua tangannya kini menatap ke arahmu, menyadari kamu berhenti mengusap kepalanya. Ia kini menahan kepalanya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya menggenggam tangan kananmu lalu memainkannya.

"Tidak heran mengapa kau selalu menjauhiku, padahal aku selalu penasaran denganmu. Kau selalu lari saat aku menghampirimu, aku sampai mengira kalau kau takut kepadaku," ia tertawa konyol setelah mengatakan itu, "padahal aku duluan menyukaimu, tapi sekarang aku sudah tahu alasannya. Aku tidak perlu khawatir lagi soal perasaanku." Luca lantas tersenyum kearahmu, senyuman yang akhirnya bisa engkau lihat dari dekat.

"Dan hei, apakah kau tahu, bahwa kau jauh lebih cantik dariku?"

Special Thanks to Pipo or Awan my honey for sharing this prompt to me. Because Pipo, I able to do Luca's oneshot (although I feel this is so cringe af).

(n.) asmaraloka - luxiemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang