ᴛɪɢᴀ ʙᴇʟᴀꜱ

50 10 1
                                    









|| selamat membaca ||







ujian di akhir semester minggu ini pada akhirnya telah usai juga, ada kelegaan dari sebagian murid yang selesai menyelesaikannya, ada tidak kelegaan juga dari sebagian murid yang menunggu hasil nilai dari ujian tersebut.

Salah satu nya Tristan.

untuk hubungan nya dengan Jendra selama pekan ujian berlangsung bisa dibilang cukup berjarak namun masih berkomunikasi dengan baik. Alasannya yang pasti ingin lebih fokus aja terlebih lagi akhir-akhir ini nilai Tristan lumayan turun.

"eh tris, gue mau kasih tau lo sesuatu tapi jangan kaget ya" ucap Theo membuyarkan lamunan Tristan yang sebenarnya sedang memikirkan pacar clingy nya itu, cuma emang agak gengsi dikit.

"apa?

"gue sebenernya lagi deket-"

"johan kan?"

"EH? KOK LO TAU?!! TAU DARIMANA?!"

"ssstt! diem ga? suara lo cempreng banget setan"

"lo tau darimana?!" bisik Theo penasaran.

"orang dalem"

"ck, serius!"

"pacar gue lah"

"pacar— HAH?! PACAR?!"

Tristan kali ini membungkam mulut Theo yang sedaritadi rasanya ingin membuat Tristan pergi ke dokter THT, apalagi tak sengaja terang-terangan bilang 'pacar'.

"duh sorry keceplosan, lagian lo sih bikin gue shock aja pagi-pagi"

"lo aja emang yang kadang terlalu lebay" kata Tristan mengeja.

"gak gak, lo harus cerita ke gue! siapa sih?"

"paling bentar lagi lewat"

seketika Jendra dan segerombolan temen-temennya lewat di depan kelas Tristan, Jendra juga sempet menengok ke arah kelas Tristan. Tadinya ia berniat menghampiri nya, namun sayangnya Jendra dan anak yang lainnya akan mengadakan latihan basket di lapangan.

"buset, awas tu mata copot. Liatin siapa sih? Jendra? cieee" goda Theo.

Tristan tidak menjawab apapun, hanya melihat ke arah mata Theo saja.

"kenapa dah? liatin gue gitu banget?"

Theo mencerna otak nya dulu kali ini.

"bentar bentar, jangan bilang lo beneran pacaran—"

"iya"

"JENDRA?"

"gausah kenceng-kenceng bisa ga nyebutnya? kalo ada yang denger gimana?!"

"anjrit tris, demi apasi? cerita banget sumpah"

"gue ceritain asal mulut lo diem!"

"iya iya ayo"

"nih gue ceritain dari awal"

dan mulailah Tristan mendongengkan kawan nya itu, padahal kelasnya sekarang sedang pelajaran math yang hampir dibenci sebagian murid dikelas nya. Peduli amat lah.







Akhirnya pelajaran berakhir juga di siang ini, ia sudah muak sejujurnya. Ingin cepat-cepat balik ke rumah nya, maksudnya Jendra.

"eh jamet, bareng ga?" sedetik kemudian ia menepuk dahi nya pelan dan mencondongkan badannya lebih deket ke Tristan.

"oh iya gue lupa, kan udah ada ayang beb ya sekarang"

"DIEM GAK?!"

"HAHAHA"

Tristan berniat menghajar Theo saat itu juga, namun ia keburu menghilang entah kemana. Waktu Tristan ingin merapihkan tempat duduknya yang berantakan itu, ia mendengar suara decitan pintu terbuka.

Ternyata itu Jendra.

entah angin darimana, ia berlari dan memeluk tubuhnya yang agak besar darinya seerat mungkin seakan Jendra nya pergi. Beruntung kelas sudah sepi karena tadi Tristan dan Theo keluar paling terakhir setelah menggibah.

Kali ini kaki Tristan sedikit berjinjit untuk menghirup leher dari aroma ciri khas pacarnya itu yang harum padahal jelas-jelas tak memakai parfum.

Now, Jendra's scent has become addictive for Tristan.

Jendra sudah tidak terkejut lagi saat Tristan bersikap clingy dengannya, berbeda lagi jika banyak orang, ia tak mau dilihat. Katanya, yang boleh tau cuma antara mereka berdua saja dan teman temannya, orang lain tak perlu tahu.

BRAK

"TRIS AYO KARAOKE--eh?" sungguh, Theo tidak tahu jika sahabatnya tengah berpelukan dengan pacarnya.

"ADOH BISA TAU TEMPAT DIKIT GA?!"

"eh diem ya bocah jomblo gausah banyak ngomong moncong lo"

"kurang ajar, gue mau jalan abis ini sama Johan. Lo gausah meremehkan gue ya, bentar lagi jadian tunggu aja"

"..."

ekspresi mereka berdua hanya datar saja, seakan-akan tidak peduli.

"liat muka gue deh"

"nape muka lo?"

"liat aja sini, deketan"

Theo maju beberapa langkah mendekati wajah Tristan, jujur ia sudah mempunyai prasangka buruk.

"kenapa sih muka lo? jelek? iya tau emang jelek"

"ngga gue cuma kasih tau, emang muka gue terlihat peduli?

"ANJ-- INI ORANG KALO JADI TUMBAL PESUGIHAN JUGA IBLIS MENOLAK KERAS"

Jendra sedaritadi yang melihat tingkah laku kedua nya hanya menggelengkan kepalanya pelan sembari tertawa. Emang 11/12, makanya cocok walaupun pasti gamau mereka akui.

"ohh iya ngomong ngomong, tuh Johan ngajakin ke bandung besok, mau ga? gue ngajakin anak-anak lain juga sih. Itung-itung reward kelar ujian yekan"

"kamu mau?" tanya Jendra.

"GAS!!! AYO IKUT" Tristan dengan semangatnya menarik-narik lengan Jendra.

"hm tar dipikir pikir dulu deh"

"ih kenapa?! ayo lah ikut aja"

"duluan ya The, kita kabarin secepetnya nanti" Jendra langsung menggandeng tangan yang lebih kecil darinya itu.

"JANGAN TARIK TARIK NGAPA"

"gak"

Theo yang melihat kepergian mereka bergumam pelan "kasian Jendra, gue tau lo nyesel pacaran ama sahabat gue yang isi kepala nya plong"












T B C
votement <3

Medicine; JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang