sebelum memasuki cerita, diharapkan di play terlebih dahulu lagu yang ada diatas ini yaaa! <3
|| selamat membaca ||
saat ini, dua remaja lelaki itu dengan sesantai mungkin menikmati indah nya senja di sore hari. Mereka tak mungkin menyia-nyiakan begitu saja sambil menyantap es krim, diiringi suara ombak di pantai dengan seragam SMA nya yang masih dikenakan oleh kedua remaja itu.
hening, tentram, damai. Itu lah yang mereka sedang nikmati sekarang ini. Namun, Jendra memecahkan keheningan tersebut dengan memanggil Tristan.
"tan"
"yaa?"
"yang di rooftop tadi.."
seakan-akan mengetahui apa yang akan dipertanyakan Jendra, Tristan menjawab dengan lantang. "gue ga bercanda soal tadi".
"jadi beneran?"
"hm"
Tristan melihat tanda-tanda wajah Jendra seperti tidak percaya dengan yang di ucapkannya barusan. Kemudian ia mendesah pelan, dan mendumel "harus ya gue pake cara ini?".
"cara apa?" tanya Jendra tak mengerti apa maksudnya.
cup
bibir tipis dan manis itu mencumbu bibir tebal nya sang kekasih tanpa memberitahukan aba-aba. Walau hanya dalam hanya waktu singkat, Tristan berhasil membuat Jendra tidak dapat melupakan kecupan pertama nya itu.
iya, pertama.
Jendra memang kelihatannya seperti cowok nakal, namun aslinya tidak yang seperti dibayangkan orang-orang.
"udah percaya sekarang?"
sejujurnya ia ingin sekali lagi merasakan bibir manis nya Tristan, akan tetapi ia sadar mereka berdua sedang mengenakan seragam yang takutnya orang-orang berseliweran melihat hal tersebut berpikiran yang tidak-tidak.
Walaupun memang kenyataan nya seperti itu.
"manis"
"iya lah, kan abis makan es krim"
"kalo aku ga rokok lagi, tapi penggantinya ini boleh?" ucap Jendra sembari memegang lembut bibir ketua kelas jutek yang sudah menjadi kekasih nya itu.
demi keong terbang, Tristan sekarang ingin meledakkan jantung nya yang tak karuan ini. Ia sudah tak tahan. Sebab pertama, Jendra sudah menggunakan aku kamu dengannya. Kedua, Jendra memegang bibirnya selembut mungkin dengan mata nya yang sayu.
entah kerasukan apa, Tristan mengangguk. Mungkin tubuh Tristan di tempat tetapi nyawa nya entah melayang kemana.
panas nya matahari kala itu bahkan kalah dengan kedua pipinya Tristan yang ia tahan daritadi. Cukup sudah, ia tak mau bertatapan dengan Jendra.
"kenapa sih?" tanya Jendra yang bingung melihat gerak gerik aneh nya Tristan.
"pake nanya kenapa, ini semua gara-gara lo!" andai saja Tristan bisa berbicara lantang seperti itu di hadapan nya. Namun, ia rasa sudah tak sanggup lagi melontarkan kata-kata.
"pipi kamu—"
"lucu kayak tomat" katanya lagi yang sadar bahwa dunia nya itu sedang menahan rasa malu."ngomong-ngomong aku boleh tanya sesuatu?"
"heeum" Jendra ingin mencubit pipi Tristan detik itu juga saat ia menggembungkan pipi nya.
yang satu menahan rasa malu, yang satu menahan rasa gemas.
"kenapa mutusin buat terima aku?"
Tristan yang diam sejenak, mencerna kalimat. Bukan kalimat pertanyaan dari Jendra, melainkan kalimat yang akan dilontarkannya ke Jendra.
"gue— aku gapunya alasan sebenernya buat terima kamu gitu aja. Aku mutusin buat terima kamu sejujurnya juga udah aku pikirin dari lama"
"pikirin dari lama?"
"iya, mikirin kamu itu sayang nya sekedar bercandaan atau ngga"
Jendra mengerutkan dahinya dan menunggu kalimat selanjutnya.
"aku tau mungkin kamu punya alasan juga yang aku belum tau. Tapi aku sadar kamu itu ngajarin aku caranya sayang, caranya mencintai—"
Tristan menghentikan kalimat terakhirnya dengan wajah yang tidak bisa dijelaskan.
"sorry aku ga terlalu terbiasa ngomong kayak gini. Tapi intinya, you taught me a lot of love"
Jendra tersenyum lebar mendengar lontaran Tristan barusan. "so am i, ijinin aku buat kenal diri kamu lebih jauh ya?"
"why not?"
sedetik, dua detik. Keduanya perlahan-lahan kembali saling bercumbu, namun yang kali ini lebih dalam dan mencoba memahami perasaan satu sama lain tanpa lewat kata dan tanpa peduli orang-orang di sekitarnya.
biarkan sore itu, senja menjadi saksi diantara mereka berdua saja.
T B C
votement <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Medicine; Jaeyong
Fanfic|| bagi nya, 'ia' merupakan sosok nya yang ternyata selama ini dicarinya. And people call it medicine. • HARSH WORDS • BXB • FLUFFY