ᴇᴍᴘᴀᴛ ʙᴇʟᴀꜱ

55 9 1
                                    







|| selamat membaca ||




sepulang sekolah, Tristan berencana mencari Theo untuk mengajak pulang bareng sekaligus membicarakan tentang pergi nya ke Bandung itu di esok hari. Jujur, ini terlalu mendadak bagi Tristan bahkan belum tentu juga kedua orangtuanya.

Di koridor ia matanya langsung tertuju pada Jendra yang sedang setia menunggu nya sejak daritadi, hampir lututnya lemas saking lama nya. Ya salah nya juga kenapa tidak langsung saja menghampirinya, tapi yasudahlah terlanjur.

dengan langkah yang tergesa-gesa, Tristan dengan sedikit teriak melontarkan, "loh kok kamu kenapa disini? gak langsung pulang? kan tadi aku bilang gausah tungguin"

"gapapa sayang, emang sengaja mau bareng"

"padahal tadi aku mau barengan sama theo"

"lah theo aja tadi balik sama johan hahahaha"

"bocah bocahhh ga inget temen"

selama di perjalanan Tristan hanya bengong, terus-terusan galau, galau, dan galau. Ia berpikir harus ada alasan yang kuat untuk meyakinkan kedua orangtuanya. Ia cukup diam kali ini dan tidak banyak omong bahkan sesekali Jendra mengajaknya ngobrol, ia hanya manggut-manggut saja.

Tristan yang sedaritadi termenung akhirnya tersadarkan juga dengan tempat yang sebelumnya belum ia lihat, dia turun dari motor besar nya Jendra sembari meneliti sekitarnya.

"Sepi banget" batinnya.

"jen? kok ga ke rumah aku sih? ini dimana deh"

"bawel, ikut aja udah"

"gamau ah gelap gini tar diapa-apain"

"yaelah lu udah pernah ciuman ama gua aja sok"

"sialan"

"udah ayo, perlu digendong?"

"jangan macem macem! mana sepi lagi"

"iya bawellll"

"elu bawel, udah bawel jelek"

"jelek jelek gini juga demen kan lu"

"cih pede gila"

Jendra mendengus kasar, saking gregetannya dengan pacar judesnya itu akhirnya ia menggendong nya sekuat tenaga tanpa peduli Tristan teriak minta tolong seperti sedang digodain om-om.

"TURUNIN GUE!!!"

demi keong racun, Tristan itu berat apalagi dia gerak-gerak terus ngebuat Jendra jadi terengah-engah di tengah jalan, ditambah jalanannya yang cukup masuk ke dalam dalam.

"udah dah jalan sendiri"

"emang mau jalan sendiri! lo nya aja yang tiba" gendong gue setan"

Jendra berhasil membuat sang pacar ngedumel dumel sendiri, entah kenapa bibir pink nya itu menjadi ikut maju seperti anak usia 2 tahun. Jendra jujur lebih senang melihat Tristan yang ngomel-ngomel dibandingkan diam seperti tadi.

"jen, sebenernya kamu bawa aku nih kemana sih aku capek mana jauh banget lagi"

"ikutin aja buset dah nanya mulu orang"

Medicine; JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang