8. Oke

108 6 0
                                    

"Habis ini mau ke kantor lagi?" Tanya Renjun di sela makannya, dengan netra yang menatap Jeno yang saat ini tengah menatapnya juga.

"Iya. Habis ini aku harus menghadiri rapat antar direksi. Ada apa? Kau ingin pergi ke suatu tempat? Aku bisa batalkan kalau kau ingin." Seru Jeno, yang sudah bersiap mengambil ponselnya, untuk menghubungi sekertarisnya.

Renjun menggelengkan kepalanya panik. "Eh enggak! Gak gitu!" Seru Renjun dengan wajah paniknya, yang sukses membuat Jeno terkekeh.

"Kau lucu sekali." Ujar Jeno, dengan tangan yang sudah terulur, untuk mengusak surai rambut Renjun gemas.

Sedangkan Renjun berdecak. "Pulang tepat waktu atau lembur?" Tanya Renjun sekali lagi, mengalihkan obrolan Jeno yang berisikan gombalan belaka.

"Tepat waktu. Kenapa emang?" Tanya Jeno.

"Berati makan malam di rumah ya? Kau mau makan apa?" Tanya Renjun.

"Kau akan memasak?" Bukannya menjawab, Jeno malah tanya balik, dan langsunh di balas gelengan kepala oleh Renjun.

"Tentu saja tidak. Kau ingin keracunan karena makanan-ku?" Renjun bertanya kembali.

"Terus konteks kamu tanya kayak gitu untuk apa?" Tanya Jeno, dengan menatap Renjun heran.

"Aku ingin menyiapkan makan malam untuk kita berdua, tapi tetap pesan makanan luar." Jawab Renjun.

"Jadi kau ingin makan apa? Biar nanti aku pesankan makanan yang kau inginkan." Ujar Renjun, membalikan topik pembicaraan mereka.

Belum sempat Jeno menjawab pertanyaan Renjun, Renjun sudah lebih dulu mengintrupsinya. "Bagaimana kalau nanti malam makanan barat? Steak, lasagna, pasta dan yang lainnya?" Tanya Renjun, menawarkan rekomendasi kepada Jeno.

"Kau menginginkannya?" Tanya kembali Jeno.

"Jawab dulu pertanyaan-ku, baru kau boleh bertanya." Jelas Renjun, di sertai decakan kesal.

Jeno terkekeh di buatnya, begitu melihat raut wajah Renjun yang terlihat kesal. Rasanya, ia ingin terus meledek Renjun, agar dia bisa melihat wajah istrinya yang sedang kesal itu. "Kalau kau mau makan itu, aku juga ingin. Apapun pilihan-mu, aku akan memakannya." Jelas Jeno yang sukses membuat Renjun mendelik geli.

"Chessy sekali..." ujar Renjun.

"Berati nanti malam aku akan pesankan untuk makan malam kita berdua. Jangan pulang terlalu lama, aku takut makanannya jadi dingin dan takut beda rasa ketika di panaskan nanti." Peringat Renjun.

"Ay ay capten!" Seru Jeno, dan terjadilah keheningan di antara mereka berdua.

Tapi itu semua tidak bertahan lama, karena Renjun memulai membuka topik pembicaraan lagi. "Bagaimana pekerjaan-mu tadi? Apakah semuanya berjalan baik-baik saja?" Tanya Renjun, yang memang sangat tidak menyukai keadaan cangung.

Jeno yang mendengar pertanyaan Renjun pun langsung teringat tentang kejadian Garam tadi. "Semua baik-baik saja. Tapi  begitu jam makan siang tiba, ada satu masalah yang tiba-tiba datang." Seru Jeno, yang sukses membuat lawan bicaranya penasaran

"Dan apa satu masalah itu? Apakah besar?" Tanya Renjun penasaran.

Tanpa ragu untuk Jeno menganggukkan kepalanya, membenarkan terkaan Renjun. "Masalah itu bisa jadi masalah besar, apabila aku tidak memberi tau dirimu." Jawab Jeno.

"Dan cepatlah beri tau aku." Ujar Renjun penasaran. Ia tidak suka di buat penasaran seperti ini.

"Tadi sebelum jam makan siang tiba. Tiba-tiba mantanku menemui aku, di perusahaan-ku. Lebih tepatnya di dalam ruangan-ku." Jelas Jeno, yang sukses membuat Renjun bungkam.

"Mantan-mu?" Tanya Renjun sekali lagi, untuk memastikan bahwa pendengarannya saat ini tidak salah.

Dan lagi-lagi Jeno menganggukkan kepalanya tanpa ragu, menatap Renjun penuh dengan keyakinan. "Iya mantan aku, yang waktu itu aku pernah ceritakan ke kamu." Jelas Jeno.

"Untuk apa dia datang ke sana?" Tanya Renjun penasaran, dan langsung di balas kedihan dahi oleh Jeno.

"Dia hanya basa-basi karena tidak mau putus hubungan dengan-ku. Tapi kau tidak usah khawatir! Aku sudah menegaskan kepada dia kalau hubungan kita telah berakhir, karena aku sudah mempunyai sang istri. Aku juga sudah memberi tau sekertaris-ku untuk memanggil satpam perusahaan, untuk membawa dia keluar dari kantor-ku, dan memastikan serta melarang dirinya untuk datang ke perusahaan-ku." Jelas Jeno.

"Jadi, kalau misalkan dia datang untuk menemui diri-mu? Sebaiknya kau acuhkan saja." Sambung Jeno.

"Untuk apa dia mendatangi diriku?" Tanya Renjun yang bingung, kenapa mantan Jeno mendatangi dirinya.

"Watak dan kepribadian dia itu tidak mau kalah, serta harus mendapatkan apa yang dia mau. Dia tidak mau kalau hubungan kita berakhir, dan aku yakin kalau dia mempunyai berbagai cara untuk menghancurkan rumah tangga kita yang baru saja kita mulai, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Salah satunya adalah kembali kepada diriku." Jelas Jeno.

"Kau tenang saja. Aku bukan tipikal wanita yang hanya mendengarkan omongan dari salah sagtu pihak. Jadi, kalau dia bicara macam-macam kepadaku tentang dirimu atau yang lainnya, aku tidak akan mencerna apa yang dia ucapkan, sebelum aku mengkonfirmasinya kepada dirimu, apakah ucapannya itu benar atau tidak. Serta bukti yang dia tunjukkan akurat atau tidak." Jelas Renjun.

"Aku tau dan sangat berterima kasih kalau kau berpikiran seperti itu. Tapi aku mohon kepada dirimu, sebaiknya kau tidak menemui wanita semacam Kim Garam. Karena apa? Dia mempunyai banyak cara, untuk meyakinkan target yang sedang ia incar, untuk mencapai tujuan yang ia mau." Pinta Jeno, menatap sang istri dengan penuh permohona, agar sang istri tidak bertemu dengan Kim Garam.

"Aku mengerti. Aku tidak akan menemui dia. Tapi bagaimana kalau dia sengaja menghampiri aku di ruang umum, terbuka, dan tentunya banyak orang?" Tanya Renjun memastikan.

Tidak mungkin bukan kalau dia bertemu di tempat seperti ini, jika mendengar semua yang di ucapkan Jeno tadi? Ia yakin kalau mantan kekasih suaminya ini akan menemui dia di ruangan terbuka secara langsung, walaupun dia tidak menanggapi ajakannya untuk bertemu.

"Maka kau harus segera pergi dari hadapannya. Jangan membuat dia bicara panjang lebar. Kau harus pergi, ketika dia mengucapkan satu kata." Ujar Jeno.

Renjun terdiam, memasukkan semua yang di ucapkan Jeno. "Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan pernah bicara kepada mantan kamu itu. Aku akan melakukan semua yang kau ucapkan." Jelas Renjun.

Jika di lihat dari statusnya sekarang, dia ini adalah istri dari seorang suami yang bernama Lee Jeno. Jadi, sebagai seorang istri, dia harus mengikuti apa yang suaminya perintahkan, selagi perintah itu tidak aneh-aneh bukan? Jadi ya.... Renjun menuruti semua ucapan dan permintaan Jeno, karena Jeno adalah suaminya saat ini.

Jeno menghela nafas lega, begitu mendengar jawaban dari Renjun. "Terima kasih karena mau mendengarkan aku. Setelah ini, kau ingin kemana? Aku akan mengantarkan kamu, sebelum aku kembali ke kantor." Tanya Jeno.

"Eum... kau tidak usah mengantarkan aku. Aku bisa pulang ke rumah sendiri." Tolak Renjun yang tidak enak, karena takut merepotkan Jeno.

"Aku tidak merasa di repotkan tuh. Ayo!"

TO BE A LOVER - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang