10. Meeting

211 7 1
                                    

Sudah beberapa minggu Renjun bekerja, setelah menghabiskan waktu liburnya pasca menikah.

Hubungan dia sama Jeno berjalan dengan baik, layaknya pasangan suami-istri. Mungkin karena umur pernikahan mereka yang masih muda. Jadinya tidak ada konflik yang terlalu berat, yang menimpa keluarganya.

Dan juga, karena pernikahan mereka di landasi karena perjodohan. Jadinya mereka masih dalam tahap pengenalan diri satu sama lain. Ya walaupun sebenarnya hubungan mereka sudah berjalan cukup lama.

Bagaimana masalah Garam? Ntah-lah. Renjun tidak tau mengenai Garam, semenjak terakhir mereka bertemu. Mungkin Garam sudah tersadar kalau apa yang dia lakuin itu gak baik.

Tapi gatau juga ya. Soalnya kan Renjun gak kenal Garam. Jadi dia gak tau seberapa ambisiusnya Garam, dalam mendapatkan apa yang dia inginkan.

Renjun hanya bisa berdoa saja. Supaya konflik yang menimpa keluarganya nanti, tidak seberat apa yang ia alami dulu bersama dengan keluarganya.

Ia sudah cukup trauma dengan yang namanya pernikahan. Jadi, Renjun hanya bisa meminta kepada Tuhan. Supaya Tuhan tidak menambah rasa traumanya lagi.

*drt drt* suara deringan ponsel, sukses membuat lamunan Renjun buyar. Ia langsung mengambil ponsel yang ada di atas mejanya. Terlihat nama Lee Jeno, terpampang jelas di layar ponselnya. Tanpa tunggu lama, ia langsung mengangkat panggilan dari Jeno.

"Hallo Jen, ada apa?" Tanya Renjun to the point.

"Kamu mau aku jemput, atau ketemuan aja di sana?" Tanya Jeno, yang tau kalau saat ini Renjun sedang membawa mobilnya sendiri ke kantor.

Pasalnya, tadi pagi Jeno ada meeting mendadak. Jadi waktunya tidak akan sempat, kalau harus mengantar Renjun terlebih dahulu. Ah, sebenarnya awalnya Jeno maksa untuk mengantar Renjun terlebih dahulu. Tapi Renjun menolaknya, karena tidak ingin merepotkan Jeno, dan tidak ingin membuat Jeno telat dalam menghadiri rapat pentingnya.

Renjun itu tipikal manusia yang profesional, perfeksionis, dan selalu mementingkan pekerjaan di atas segalanya. Jadi, dia tidak mau Jeno mengesampingkan kerjaannya hanya untuk Renjun.

"Ketemuan aja di sana langsung Jen. Kalau aku duluan yang sampai, aku akan langsung memesankan makanan. Jadi aku minta tolong, kamu kayak gitu juga ya Jen? Aku udah lapar soalnya hehehe." Ujar Renjun.

"Ay ay captain! Tapi kamu beneran gak mau di jemput?" Tanya Jeno sekali lagi.

"Beneran sayang.... Yaudah aku otw sekarang ya Jen." Ujar Renjun.

"Iya sayang... hati-hati ya!" Balas Jeno.

"Heum... kamu juga hati-hati." Balas Renjun, yang langsung menutup teleponnya secara sepihak.

Setelah menutup sambunga  teleponnya, Renjun langsung bersiap. Mengambil jas khusus wanita miliknya, ponsel, dan kunci mobil kesayangannya.

Niatnya ingin jalan keluar, terhenti sejenak karena adanya ketuka pintu dari luar. Membuat Renjun memberhentikan jalannya. "Masuk." Titah Renjun yang langsung merapihkan pakaiannya saat ini.

"Kenapa Chan?" Tanya Renjun, selaku sahabat sekaligus sekertaris Renjun.

"Nanti siang ada pertemuan sama kepala perusahaan Kj." Jawab Haechan.

"Loh mendadak banget?" Tanya Renjun, yang sukses membuat Haechan mengeluarkan segala protes serta ocehannya yang sedari tadi ia tahan.

"Lah itu dia anjing! Gue udah bilang kalau pertemuan gak bisa mendadak kayak gini. Tapi dari pihak sananya kekeh buat ketemu. Katanya mau bahas soal kerja sama kita. Katanya sih ada sedikit masalah. Tapi gue udah cross chek gak ada masalah sama sekali. Gak jelas emang tot! Memperlambat waktu pulang gue aja." Ujar Haechan, yang mengeluarkan segala keluh kesahnya tanpa jeda.

Renjun yang melihat itu meringis. Ia langsung menyuruh Haechan untuk tenang, dan mengontrol pernafasannya. "Udah lebih better?" Tanya Renjun, yang langsung di balas anggukkan kepalanya oleh Haechan.

"Nanti biar gue aja yang temuin mereka. Lo pulang aja, gapapa." Ujar Renjun.

"Tapi Njun...."

"Lo mau fitting baju nikahan ya anjing! Gausah pake tapi-tapian!" Jelas Renjun, yang memotong ocehan Haechan.

Senyum di wajah Haechan terpantri. Dia langsung memeluk sahabatnya. "Makasih ceunah." Ujar Haechan.

"Hemm. Kalo gitu gue cabut duluan ya. Habis makan siang, gue langsung ke sana." Jelas Renjun.

"Sama laki lo?" Tanya Haechan.

"Iya lah! Lo kira sama siapa anjing!" Balas Renjun yang langsung pergi dari ruangannya.

***

Seperti yang telah di katakan Renjun tadi. Bahwa dia akan pergi ke perusahaan Kj, setelah dia makan siang bersama dengan Jeno.

Renjun harap kalau hari ini rapatnya tidak berlangsung lama. Karena apa? Karena malam ini dia mau makan bareng keluarga besar. Di mana keluarganya dan keluarga Jeno datang untuk makan bersama.

Dan saat ini dia tengah menunggu di ruang rapat perusahaan Kj. menunggu kedatangan presiden direktur perusahaan Kj.

"Ekhem." Dehaman seseorang yang baru saja tiba di dalam ruang rapat, sukses membuat fokus Renjun buyar.

Fokus awalnya menatap dan memainkan ponsel-nya pun teralihkan, begitu mendengar suara dehaman seorang wanita. Renjun langsung memasukkan.ponselnya ke dalam saku blezermya. Dan langsung mengalihkan tatapannya, menjadi menatap wanita yang ada di hadapannya.

"Selamat siang Huang Renjun. Long time no see." Ujar seorang wanita dengan senyumannya, yang sukses membuat Renjun mematung sejenak.

Setelah sadar dari keterkejutannya, Renjun langsung membalas senyuman dan sapaan wanita yang ada di hadapannya. "Long time no see juga Kim Garam." Balas Renjun.

Yup, wanita yang ada di hadapan Renjun saat ini adalah Kim Garam. Iya! Kim Garam mantannya suaminya, Lee Jeno!

Renjun benar benar terkejut dan speechless. Dia gak nyangka kalau presiden direktur yang selama ini Renjun tidak pernah bertemu, karena alasan tengah mengurus perusahaannya di luar negeri, ternyata Kim Garam.

"Jadi, apa permasalahannya Nona Kim?" Tanya Renjun, yang to the point. Membuka acara meeting kali ini, dengan membahas inti dari pertemuan ini.

"Kau tau bahwa perusahaan kita sudah menjalin kerjasama yang cukup lama bukan?" Tanya Garam, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Renjun.

Renjun memang sengaja membalasnya dengan anggukan kepala. Karena apa? Karena dia ingin mendengar semua ucapan yang kekuar dari mulut Garam terlebih dahulu. Ia ingin tau maksud dari ini semua.

Renjun ini tipikal yang on point. Tapi lawan bicaranya saat ini, sangat suka berbasa-basi. Jadi yang saat ini Renjun lakukan adalah bersabar. Ia harus sabar demi keprofesionalannya dalam bekerja.

"Kerjasama yang kita jalin selama ini berjalan dengan baik tanpa adanya permasalahan apapun bukan? Baik dari pihak-ku maupun pihak-mu." Sambung Garam.

"Dan pastinya kita berdua sangat puas akan hasil kerjasama yang kita jalin selama ini." Tambah Garam.

Kesabaran Renjun sudah habis! Jadi, mau tidak mau dia membuka suaranya. "Maafkan saya kalau menyelak ucapan anda, Nona Kim . Tapi, apakah anda bisa langsung ke intinya saja?" Pinta Renjun, yang berusaha bersikap profesional.

Garam tersenyum begitu mendengar ucapan tidak sabar yang keluar dari mulut Renjun. "Demi keberlangsungan kerjasama yang telah kita jalin selama ini, tanpa adanya masalah apapun. Aku ingin kamu menceraikan Jeno."

TO BE A LOVER - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang