6. After Merried

158 11 1
                                    

"Eung~~~" Renjun menggeliat, dengan netra yang perlahan terbuka, begitu sinar matahari menganggu tidurnya.

Netranya langsung menatap sekitar, begitu dia membuka netranya secara terbuka. Alisnya langsung bertaut satu sama lain, ketika dirinya tidak menemukan seseorang yang kini sudah berganti status menjadi suaminya.

"Apa ia dia udah berangkat kerja, setelah sehari pernikahannya? Setelah melakukan hal itu bersama-ku?" Gumam Renjun, memikirkan dimana keberadaan suaminya saat ini.

Setelah berdiam diri selama kurang lebih 10 menit di atas ranjangnya, Renjun memutuskan untuk beranjak. Merapikan ranjangnya yang sangat berantakkan akibat kegiatan yang telah mereka lakukan sepanjang malam.

Namun baru saja Renjun berdiri, sakit serta perih dan nyeri langsung ia rasakan di bagian bawahnya. Ringisan pun keluar dari mulut Renjun, begitu dia memaksakan diri untuk tetap berjalan, dengan tangan yang sibuk merapihkan kekacauan yang telah mereka buat tadi malam.

Ia langsung mengambil kimono yang ada di dalam wadrobenya. Setelahnya ia langsung keluar, dan langsung memunguti pakaian yang berserakan di atas lantai. Menaruh pakaian itu ke dalam keranjang pakaian kotor. Ia juga mengambil sprai yang ada di atas ranjang, yang sudah terkontaminasi dengan banyaknya cairan dan juga bercak darah. Mengganti sprai itu dengan sprai baru yang ada di lemari khusus untuk sprai, sarung bantal, sarung guling, dan juga selimut.

Setelahnya semuanya rapih dan enak di pandang, barulah Renjun memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Begitu selesai, lapar langsung menghantui perut Renjun. Maka dari itu ia langsung memilih keluar, setelah selesai melakukan pekerjaannya.

"Loh Jeno?" Ujar Renjun, begitu tiba di dapur, dirinya melihat Jeno yang sedang telaten memasak sesuatu di sana.

Mendengar suara Renjun, membuat kegiatan Jeno berhenti sejenak. Ia langsung mengalihkan pandangannya, dan tatapannya bertemu dengan manik mata Renjun yang saat ini juga menatapnya.

Tanpa tunggu lama, Jeno langsung menghampiri Renjun. Menggendong Renjun ala bridal style, lalu menaruh Renjun di atas kursi pantry.

Renjun terkejut. Dia hampir memekik karena ulah Jeno saat ini, yang tiba-tiba menggendongnya. "All of sudden?" Tanya Renjun, yang sudah tidak bisa menahan rasa bingungnya.

"Aku tau bagian bawah-mu masih sakit karena ulah-ku tadi malam." Jelas Jeno, yang sukses membuat wajah Renjun merah padam.

Renjun menyesal meminta penjelasan Jeno. Tau gitu lebih baik dia diam saja. "Lagi masak apa Jen?" Tanya Renjun, mengalihkan pembicaraan mereka. Renjun terlalu malu untuk membicarakan hal tadi.

"Tidak susah. Hanya nasi goreng untuk sarapan kita berdua." Jawab Jeno yang saat ini sedang telaten menggerakan sodetnya.

"Nasi goreng tuh susah Jen. Terakhir kali aku masak, minyaknya malah kebanyakkan." Jelas Renjun, yang mengingat akan dirinyabyang kala itu memasak nasi goreng, tapi malah minyaknya kebanyakan.

"Awalnya juga aku kayak gitu. Gabisa masak apa-apa. Kamu gak usah khawatir atau merasa minder karena gak bisa masak. Masak itu basic skill yang bisa di lakukan oleh wanita dan pria. Jadi gak mengharuskan wanita harus bisa masak. Toh aku juga jarang masak, dan yang aku bisa tidak banyak." Jelas Jeno, supaya Renjun tidak minder dan berkecil hati.

Dan ya, Renjun sangat beruntung memiliki suami yang seperti Jeno, dengan pikiran yang sangat terbuka dan tidak kolot, serta tidak menganut sistem patriaki.

"Oh iya Jen, kemarin mantan kamu dateng?" Tanya Renjun, yang teringat kalau Jeno punya kekasih, yang sudah berganti status menjadi mantan.

"Kayaknya sih enggak deh. Kemarin aku gak melihatnya pas salaman." Jawab Jeno, dengan tangan yang sedang telaten mengiri Timun serta tomat ke atas dua piring yang sudah terisi nasi goreng.

Terdengar helaan nafas kecewa, begitu mendengar jawaban Jeno. "Yah... padahal aku ingin melihat wajah kekasih-mu. Pasti cantik ya?" Tanya Renjun penasaran.

"Semua wanita itu cantik Njun. Tapi buat apa cantik, kalau aku-nya berlabuh kepada kamu. Secantik-cantiknya wanita cantik di luar sana? Tetaplah yang paling cantik istri-ku saat ini." Ujar Jeno, yang langsung membawa kedua piring yang telah selesai ia platting, untuk di taruh ke atas meja makan.

Sebenarnya Renjun itu tipikal eanita yang anti romantis. Tapi entah kenapa perkataan Jeno sukses membuat wajahnya tambah merah.

Melihat suaminya yang sedang membawa piring berisi nasi goreng. Ia langsung beranjak mengambil saos, air minum, dan 2 gelas untuk dirinya dan juga suaminya.

"Wuahhh pasti enak nih." Seru Renjun, begitu mencium aroma yang menyeruak keluar dari nsdi goreng buatan Jeno, dengan tangan yang langsung menaruh bawaannya ke atas meja, lalu duduk di hadapan Jeno.

"Ish! Kau tidak usah repot-repot bawa ini. Kau cukup duduk diam di pantry, biar aku yang menggendong-mu kembali!" Ocehan yang keluar dari mulut Jeno, begitu melihat Renjun yang memaksa untuk berjalan.

"Gapapa. Lagipula aku udah baik-baik aja kok." Jelas Renjun, dengan memerkan senyumannya.

Sebelum suaminya protes lagi, ia langsung bertanya kepada suaminya. "Apakah aku boleh memakannya sekarang?" Tanya Renjun, yang sudah tidak bisa menahan rasa laparnya.

"Tentu saja." Balas Jeno.

"Kamu makan terlebih dahulu. Kamu kan yang sudah membuat ini, dan juga kamu suami-nya." Pinta Renjun, dan Jeno pun mulai memakan masakannya sendiri, di ikut Renjun setelahnya.

"Enak!" Seruan yang keluar dari mulut Renjun, di sertai binar mata takjub, begitu menyelesaikan satu suapannya.

Jeno terkekeh melihat tatapan polos yang sedang istrinya keluarkan saat ini. "Kalau begitu habiskan. Jangan sampai ada sisa." Ujar Jeno, yang langsung di balas oleh Renjun.

"Ay ay captain!" Seru Renjun, dengan tangan yang berpose hormat, lalu melanjutkan acara makannya lagi.

"Libur kerja sampai kapan?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Jeno, mengusir keheningan yang terjadi di antara mereka.

"2 minggu. Kalau kamu?" Tanya Renjun.

"1 minggu." Jawab Jeno.

"Gak cape emangnya?" Tanya Renjun kembali. Ia memang sengaja mengambil libur 2 minggu, untuk membalas rasa lelahnya selama beberapa minggu belakangan ini, guna mempersiapkan pernikahan impiannya.

"Tidak. Lagipula masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." Ujar Jeno, dan hanya di balas anggukkan kepala oleh Renjun. Setelahnya, terjadilah keheningan di antara mereka lagi.

"Habis ini mau pergi ke mana?" Tanya Jeno, siapa tau Renjun mempunyai destinasi yang ingin ia kunjungi.

Renjun berfikir sejenak, sebelum akhirnya menjawab. "Aku jiga tidak tau." Jawab Renjun karena tidak tau akan tempat-tempat pergi atau tempat wisata yang ada di Indonesia, yang belum ia kunjungi.

"Bagian bawah kamu benar-benar sudah baikkan?" Tanya Jeno, memastikan Renjun baik-baik saja, sebelum dirinya mengajak Renjun keluar.

"Beneran Lee Jeno.... apakah aku harus membukanya di hadapan-mu?!" Tantang Renjun, yang sudah sangat lelah menjawab pertanyaan ini berulang kali.

"Cobalah." Tantang balik Jeno, yang langsung di balas decakkan kasar oleh Renjun, dan juga dia yang terkekeh karena melihat wajah kesal Renjun.

"Setelah ini kita akan pergi ke suatu tempat." Ujar Jeno, mengalihkan obrolan mereka.

"Kemana?" Tanya Renjun penasaran.

"Ada deh. Tapi aku yakin kau akan menyukainya."

TO BE A LOVER - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang