9. For What?

107 6 0
                                    

"Jeno!!" Panggilan seorang wanita, sukses membuat obrolan antara Jeno dan Renjun terhenti.

Mereka berdua langsung memusatkan pandangannya, menatap wanita yang memanggil dirinya. "Kim Garam?!" Ujar Jeno dengan netra yang membelalak. Dia tidak menyangka kalau Kim Garam ada di sini! Apakah dia mengikuti Jeno sampai sini? Kalau iya? Fiks! Wanita yang ada di hadapannya ini sudah gila.

"Mau apa kau?!" Ketus Jeno, yang sudah siap mengajak Renjun untuk pergi dari hadapannya. Namun Garam malah memblokir jalannya.

Sedangkan Renjun hanya diam. Menatap wanita yang ada di hadapannya ini dengan tatapan yang datar. Dia sangat yakin kalau wanita yang ada di hadapannya ini adalah mantan kekasih Jeno.

Bagaimana Renjun bisa tau? Tentu saja dari reaksi Jeno yang terkejut begitu melihat wanita ini. Serta dari cara pandang wanita yang ada di hadapannya ini yang menatap suaminya dengan binar mata yang sangat bahagia, begitu melihat Jeno ada di sini, dan melihat tingkah wanita yang ada di hadapannya ini kepada Jeno.

Melihat Garam yang ingin memeluk dirinya, Jeno langsung mendorong Garam, dan berlindung di balik tubuh Renjun. Garam yang menyadari ada seorang wanita yang sedang bersama Jeno, ia dapat langsung menyimpulkan kalau wanita yang ada di depan Jeno saat ini adalah istri dari seorang Lee Jeno, mantan kekasihnya.

"Istrinya Lee Jeno? Wanita yang di nikahkan Jeno yang di landasi dengan adanya perjodohan?" Tanya Garam, menatap Renjun dengan tatapan tidak suka.

Renjun tersenyum, begitu melihat tatapan tidak enak yang wanita ini berikan. "Ah iya... kenalin, Huang Renjun. Istrinya dari pria yang ada di belakang-ku, Lee Jeno." Ujar Renjun.

"Kau Kim Garam ya? Mantannya Lee Jeno? Jeno sempat bercerita kepada diriku, kalau dia mempunyai seorang mantan. Mantan yang ia jadikan kekasih, untuk di jadikan tameng, sewaktu orang tua Jeno menanyakan perihal sudah punya kekasih atau belum. Tapi sayangnya orang tua Jeno tidak mengatakan hal itu. Melainkan menjodohkan kami berdua. Sayang sekali nasib-mu Kim Garam. Aku minta maaf karena perlakuan Jeno ke kamu ya? Kamu pasti sakit banget di putusin secara tiba-tiba sama Jeno." Sambung Renjun, menanggapi ucapan Garam tadi.

Garam pikir bahwa dia akan diam saja ketika dia berkata seperti itu? Dia salah besar! Seorang Huang Renjun tidak akan diam saja, ketika ada seseorang yang merusak ketenangannya.

"Ada urusan apa kau menemui SUAMI-ku? Bukankah urusan kalian berdua sudah selesai? Suami-ku mengatakan sendiri kepada diriku kalau hubungan kalian sudah selesai, dan tidak ada lagi yang perlu di balas." Tambah Renjun, yang langsung menatap Garam dengan tatapan pura-pura tidak tau.

Garam menggeram begitu mendengar semua yang di ucapkan Renjun. Garam langsung berfikir bahwa wanita yang ada di hadapannya ini bukan lawan yang mudah, dalam misinya untuk mendapatkan Jeno.

"Sayang.... apakah urusan-mu dengan Mantan kekasih-mu sudah selesai?" Tanya Renjun, menatap Jeno dengan tatapan pura-pura bingung. Serta suara yang ia buat manja, sengaja agar wanita yang saat ini ia punggungi, cemburu.

Jeno langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa-apa lagi antara aku dengan dia. Semua sudah aku selesaikan tadi, sebelum jam makan siang tiba. Kau dengar sendiri bukan kalau dia tiba-tiba ke perusahaan-ku? Dan aku sudah tekankan sendiri kalau kami sudah tidak apa-apa." Jelas Jeno sekali lagi, takut Renjun salah paham. Ia takut istrinya mengira bahwa dia sengaja memberi tau lokasi mereka kepada mantan kekasihnya, agar mantannya datang menemui mereka.

Jeno berani bersumpah, kalau dia tidak melakukan hal itu! Ia juga tidak tau kalau mantannya itu ada di sini. Entah darimana asalnya, tiba-tiba dia udah ada di sini.

"Lantas, kenapa mantan-mu ada di sini? Apakah kau yang mengundangnya untuk datang kemari, sebagai salam perpisahan yang terakhir kalinya?" Tanya Renjun, yang masih sama dalam mempertahankan mimik wajahnya.

Lagi-lagi Jeno menggelengkan kepalanya panik. "Tidak! Aku tidak mengundangnya. Aku juga terkejut kenapa dia bisa ada di sini, padahal aku tidak mengundangnya. Aku berani sumpah, kalau aku tidak mengundangnya." Jelas Jeno.

"Nah, berati masalahnya ada di kamu. Mengapa kamu datang menemui suami-ku? Apakah kau ingin makan siang bersama, untuk menghabiskan waktu yang terakhir kalinya?" Tanya Renjun, yang kembali menatap Garam.

Senyum Garam terbit, begitu mendengar ucapan yang keluar dari mulut Renjun. "Apakah kau mengizinkannya? Mengizinkan aku dan Jeno menghabiskan waktu makan siang bersama, untuk yang terakhi kalinya, sebagai salam perpisahan?" Pinta Garam.

Dan lagi-lagi senyum Renjun terbit ketika mendengar permintaan Garam. "Kalau Jeno mau? Aku akan mengizinkannya. Tapi kalau Jeno tidak mau, aku tidak bisa untuk memaksanya. Bukankah tugas seorang istri menuruti ucapan suaminya?" Ujar Renjun.

Renjun langsung membalikkan tubuhnya, menatap Jeno sebelum berkata. "Jadi bagaimana suamiku? Apakah kau mau makan bersama dengan mantan kekasih-mu untuk yang terakhir kalinya?" Tanya Renjun, yang langsung di balas gelengan kepala, tanpa pikir panjang.

"Aku tidak mau makan bersama dengannya. Aku sudah mengatakannya kepada-mu bukan, kalau aku tidak mau lagi berhubungan dengannya, walaupun itu untuk yang terakhir kalinya. Saat ini, aku hanya berfokus untuk membangun hubungan dengan-mu." Ujar Jeno.

Senyuman Renjun semakin lebar begitu mendengar penuturan Jeno. Ia langsung membalikkan tubuhnya menjadi menatap Garam kembali. Ia langsung merubah mimik wajahnya, seperti orang menyesal. "Maafkan aku. Sepertinya suamiku tidak mau melakukan hal yang kau inginkan untuk yang terakhir kalinya. Jadi, berhenti-lah dalam mengejar suami-ku. Kau ini hanya masa lalu yang yang sudah tidak berhak berada di masa depannya. Jadi, biarkan aku yang menggantikan posisi-mu, untuk menjadi masa depannya Lee Jeno." Ujar Renjun.

"Kalau begitu kami permisi. Semoga kamu segera mendapatkan pria yang lebih baik dari suami-ku, agar kau bisa melupakan suami-ku." Sambung Renjun, yang langsung menarik Jeno keluar dari restaurant yang saat ini ia tempati.

Sedangkan Jeno hanya bisa mengikuti kemana Renjun membawanya. Dengan perasaan yang sangat berhati-hati, dia mulai bertanya kepada Renjun. "Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Jeno, yang sukses membuat langkah Renjun berhenti.

Renjun langsung menatap Jeno dengan kedua alis yang saling bertautan. "Apa maksud kamu?" Tanya Renjun yang membuat Jeno meringis.

"Tentang kedatangan mantanku yang tidak di undang. Apakah kau baik-baik saja? Kalau kau marah atau kesal? Sebaiknya katakan kepadaku, atau lampiaskan semua kekesalan dan kemarahan-mu kepada diriku, asalkan jangan mendiami-ku." Ujar Jeno, yang sukses membuat Renjun tertawa.

"Aku tidak apa-apa Lee Jeno. Untuk apa aku marah hanya karena kedatangan mantan kekasih-mu? Justru aku berterima kasih kepadanya yang tiba-tiba datang. Aku jadi bisa tau seseorang yang harus aku waspadai."

TO BE A LOVER - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang