Hai guys!!! Upload malam ya..
Happy Reading
...Kesibukkan menjadi mahasiswa mulai dirasakan oleh Reinder. Tugas beruntun diberikan dosen tiap mata kuliah, mengerjakan ini dan itu, belum lagi kalau kerja kelompok di rumah teman atau cafe dan sejenisnya. Reinder paling malas sebenarnya.
Seperti sekarang ini. Reinder dengan terpaksa datang ke sebuah cafe dengan mengusung tema workspace yang sedang ia masuki.
Melihat sosok-sosok yang tak asing, sekiranya ia kenal wajah-wajah itu karena setiap hari bertemu dan berinteraksi ketika presentasi di kelas.
Kedatangan Reinder disambut baik oleh mereka semua. Cowok itu mengambil duduk di space yang kosong, dimana disampingnya sudah diduduki oleh gadis berhijab hitam. Saat gadis berparas ayu itu menoleh, keduanya secara spontan saling memberi senyum.
Mulai mengerjakan makalah, mereka membagi tugas. Reinder kebagian membedah dua jurnal untuk mencari materi bagiannya. Omong-omong, gadis berkerudung hitam disebelahnya itu ternyata bernama Anindita. Dipanggil Anin. Dan karena kebetulan ia yang duduk paling dekat dengan Reinder, selama mengerjakan tugas, cowok itu banyak berdiskusi dengan Anin.
Sekitar 3 jam lamanya, akhirnya pekerjaan mereka telah rampung. Membereskan barang masing-masing yang dibawa, kemudian bersama-sama keluar dari cafe tersebut.
Saat semuanya satu persatu pergi dengan kendaraan yang dibawa, Reinder dibuat terhenti mengacu pada Anin yang diam berdiri sambil mengutak-atik ponsel di genggamannya. Menoleh ke arah jalanan, kemudian Reinder menghampiri gadis itu.
"Nunggu jemputan?" suara berat laki-laki itu kontan saja membuat Anin menoleh ke asal suara. Gadis bermata hitam jernih itu tersenyum.
"Lagi cari gr*b sih."
"Belum dapet?" Anin menyentuh lehernya sebelum menjawab.
"Gak tau nih. Dari tadi belum ada yang accept." ujar gadis itu lalu menatap ke layar ponselnya lagi, masih terus mencoba.
"Mau bareng aja?" tawar Reinder sontak membikin Anin menatap kearahnya lagi.
"Em? Gak perlu Rei. Emang suka lama gini kok. Tapi nanti juga nemu driver nya. "
"Rumah Lo emang dimana?"
"Di daerah ***."
"Searah kok sama gue. Ikut aja gak papa. Daripada Lo nunggu gini? Belum pasti juga dapet engganya. Bahaya cewek malem-malem pulang sendiri." Reinder berujar lagi. Kasihan juga melihat perempuan itu bila harus pulang malam dengan kendaraan umum. Terlalu rentan dan berbahaya menurut Reinder.
Sedang di tempatnya Anin masih gamang antara menolak dan menerima tawaran cowok didepannya ini. Masalahnya iapun ragu akan mendapatkan driver. Entah mengapa server nya tiba-tiba lama merespon. Belum lagi jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Tak dipungkiri iapun sebenarnya merasa sedikit takut.
"Eum, ngerepotin kamu gak Rei? Maksud aku, gak enak akunya." Anin mengungkapkan rasa sungkannya. Gadis itu menunduk kikuk.
"Engga. Dienakin aja sih." cetus cowok itu yang tidak tahu saja efek ke Anin yang mendengarnya seperti apa. Pipi gadis itu sampai bersemu kemerahan dibuatnya.
Reinder masuk kedalam mobilnya, yang kemudian Anin pun mengikut masuk dari pintu sebelah kemudi.
"Nanti arahin aja jalannya." ucap Reinder yang diangguki oleh Anin.
Sekitar 15 menit, akhirnya Anin menyatakan bahwa rumahnya sudah dekat. Berhenti di depan rumah minimal dua tingkat bercat putih paduan coklat kayu, Anin menoleh ke sebelah kanan untuk mengucapkan terima kasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enervate
Romance(21+) Update rutin Setiap hari Minggu. ••• Cinta itu anugerah. Anugerah manis bila kamu diberi kesempatan untuk merasakannya. Namun bagi Elora, cinta-nya pada Reinder selalu dibumbui kepahitan akan kenyataan. Jika perkara menarik perhatian Reinder...