01. Pesona Reinder

20.7K 196 7
                                    

Permisi, dedek Rei mau lewat...

•••

Dentingan pertemuan antara bidang piring yang terbuat dari white clay dengan sepasang alat makan yaitu garpu dan sendok itu terdengar di meja makan yang kini sudah tampak dihuni Sean, Aletta serta Michelle yang kini sudah menjadi gadis cantik berusia 11 tahun berambut panjang sebatas punggung.

Dari arah tangga, sosok cowok tampan dengan tinggi mencapai 180 cm itu menuruni tiap anak tangga satu persatu dengan tas punggung yang tersampir disebelah bahunya saja.

"Kamu kok santai banget sih, Bang. Hari pertama Ospek kan? Waktu Mama dulu datengnya pagi-pagi banget. Takut nanti kena omel kakak-kakak BEM-nya." Aletta pada putranya itu. Sedang yang diajak bicara tidak memusingkannya sama sekali.

"Sama-sama nyampe ini." jawabnya cuek. Aletta hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kaya kamu banget Mas." ujar wanita itu membuat Sean yang kini sudah menginjak usia kepala 4 menoleh.

"Giliran jeleknya aja aku. Okey. Aku mah apa atuh? Suami sayang istri. Jadi terserah ibu Aletta maunya gimana juga. Mas Sean mah legowo." Bapak Sean dengan tingkahnya yang tak pernah berubah.

Sudah hari-hari melihat polah seperti apa ayahnya itu, Reinder tidak lagi mengikuti obrolan orangtuanya. Suka-suka mereka. Yang terpenting saat ini adalah, ia ingin sarapan dengan telur dadar dan kecap. Tapi masalahnya, telurnya kok tidak ada ya?

"Ma, telurnya mana?" tanya Reinder. Takutnya makanan favoritnya itu luput dari pandangannya. Kadang kan suka begitu. Istilahnya gajah depan mata tak terlihat, semut di seberang lautan malah tampak terlihat.

"Mama belum belanja bulanan Bang. Kebetulan tadi telurnya tinggal dua. Jadi Mama campur di nasi goreng semua. Makan nasi goreng aja ya? Kan disitu juga ada telur." penjelasan Mamanya itu seketika membuat cowok dengan rahang tegas itu lesu.

Padahal hari ini merupakan hari termalasnya karena harus beradaptasi lagi dengan lingkungan baru, orang-orang baru, obrolan basa-basi yang pasti memberondong. Minimal Reinder harus mendapat sedikit energi tambahan dari telur dadar yang dibaluri kecap. Ah sialan. Dia padahal sudah mengkhayalkan kenikmatan dari makanan satu itu. Tapi sekarang, telan ludah saja sudah.

"Rei langsung berangkat." serunya sambil bangkit, sudah tak berminat untuk melanjutkan sarapan.

"Lho, Bang. Makan dulu. Nanti pasti kegiatannya lama. Belum tau di kasih istirahat jam berapa. Gak boleh gitu. Pokoknya harus sarapan." tegas Aletta tidak mau dibantah. Ibu dari 3 anak itu bangkit dan mengisi piring Reinder dengan nasi goreng buatannya. "Duduk. Makan dulu." disuruh begitu, Reinder mau tak mau patuh. Ia tidak bisa melawan wanita nomor satu dalam hidupnya itu.

•••

Mobil sport tipe BMW Vantablack itu belok memasuki area kampus dan berhenti di tempat parkir yang sudah disediakan. Kehadiran kendaraan sport tersebut cukup menyita banyak perhatian karena warnanya yang serba gelap membuat penasaran siapa gerangan sosok yang hadir membawa mobil mewah yang baru pertama mereka lihat itu. Terkhususnya mahasiswa lama yang ada kepentingan di kampus hari ini.

Sesaat pintu samping mobil terbuka, keluarlah sosok cowok dengan kemeja putih dan bawahan hitam. Reinder menyampirkan tas hitam miliknya di satu bahu. Kemudian cowok itu menutup kembali pintu kemudi.

Bagai terhipnotis, semua pasang mata kaum wanita disana membola secara dramatis dengan mulut terbuka saking terpesonanya ketika pengendera mobil mahal itu ternyata tak kalah menawan dengan apa yang ia bawa.

Alis tebal yang tergaris sempurna, hidung mancung yang membikin jiwa memperbaiki keturunan semakin menggebu, juga yang paling tak kalah gila adalah bibir kecilnya dengan bentukan yang amat-amat menggoda.

Enervate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang