13. Ganti Baju Berdua (18+)

10.7K 77 5
                                    

Seperti yang sudah dijadwalkan, Rabu ini ekskul bela diri yang berfokus pada karate itu terlihat sedang melakukan latihan dengan gerakan-gerakan yang mereka lakukan secara serentak dan sama. Sedari awal latihan dimulai, Elora terus-terusan mengulum senyumnya menahan diri dari rasa gemas akan tingkah Reinder. Nampak jelas cowok itu tengah menghindarinya.

Lantas saja Elora dengan wewenangnya sebagai wakil ketua dan sekaligus senior disana, dengan kedua tangan bertemu dibelakang tubuhnya, Elora melangkah sebagai tugasnya dalam memperhatikan semua anggota yang sedang berlatih. Hingga sampai dimana Elora tiba di barisan paling belakang, dimana Reinder berada, ia berhenti lama.

"Tegang banget sih." bisik Elora tersenyum geli. Reinder terus dengan tatapannya yang mengarah ke depan. "Dicuekin lagi. Padahal semalem udah aku bantuin juga." Reinder masih diam tanpa menyahuti. "Sayang, aku gak pake bra lho." mendengar itu Reinder langsung menoleh. Secara spontan sepasang iris abu-abu menatap ke arah dada Elora. "Kelihatan jelas gak?" Reinder refleks memegang lengan atas Elora saat gadis itu menggerakkan badan membuktikan ucapannya barusan.

"Banyak orang Elora." desisnya melarang.

"Ya udah ke belakang dulu yuk!" Elora menarik tangan Reinder yang tentu saja dihindari oleh cowok itu.

"Kalian ngapain?" Ari datang menginterupsi keduanya. Reinder diam melirik segan. Sedang Elora memalingkan mukanya dengan napas yang terhela jengah. Kentara sekali gadis itu tidak mengharapkan kehadiran sosok didepannya ini.

Ari menatap Elora dan juniornya itu bergantian.

"Dari awal gue udah bilang, gue gak suka kalo ada yang cuma modal iseng atau karena hal gak jelas buat masuk ke sini. Kalo emang itu niat Lo, silahkan ngundurin diri. Gue gak butuh anggota yang gak punya tujuan. Bukannya latihan yang bener, ini malah godain senior." diakhir kalimatnya Ari menyindir Reinder.

"Lo apaan sih, Ri? Siapa juga yang ngegombal. Lagian gue kok yang ngajak Reinder ngobrol sebentar. Makanya dia berhenti gak ngikut yang lain. Gak usah berlebihan deh." Elora angkat suara saking sudah tidak tahan dengan perangai Ari yang selalu menganggap serius apapun yang ada.

"Gue gak berlebihan Elora. Gue ngomong sesuai sama apa yang gue lihat."

"Gak. Lo itu berlebihan. Apa-apa undurin diri. Apa-apa gak suka. Kalo lo gini terus, bisa-bisa ekskul bela diri gak bakal ada peminatnya tau gak. Ketuanya gak jelas." dengan berani Elora mengucapkan itu didepan sang ketuanya langsung.

Kemudian Elora melenggang pergi membiarkan Ari yang mengatupkan rahangnya dengan kepalan tangan marah. Kedua matanya menjeling ke arah Reinder dengan sorot menyalahkan. Seolah ada segudang benci yang ia siratkan pada bola matanya itu. Lalu cowok itu pergi mengejar Elora yang keluar dari arena lapangan.

"Kak Ari gitu banget ya sama Kak Elora." Reinder menoleh saat sebuah suara itu terdengar. Ternyata pertengkaran antara Ari dan Elora tadi menjadi konsumsi anggota yang lain. Terutama para wanita yang membicarakan kedua orang tersebut.

"Kelihatan banget dia suka sama Kak Elora. Tapi kayaknya kak Elora nya engga deh."

"Iya. Kasian kak Ari, cintanya bertepuk sebelah tangan."

"Tapi Kak Ari nya terlalu posesif sih kata gue. Kalian sadar gak sih, setiap kali ada cowok yang ngedeketin Kak Elora, pasti Kak Ari langsung maju buat nyingkirin orangnya."

"Setuju banget. Jangankan ngedeketin, ada cowok yang ngelirik kak Elora aja dia udah kaya singa tau gak? Rawr!" kelompokan wanita tukang gosip itu tertawa.

Reinder menolehkan kepalanya dimana terlihat Elora dan Ari sepertinya sedang saling debat lagi. Awalnya Reinder tidak ingin ikut campur. Tapi saat ia menangkap tangan Elora ditarik paksa untuk ke suatu tempat, Reinder berbalik dan menghampiri kedua orang itu.

Enervate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang