Sesuai janji, Reinder pergi menjemput Elora di rumahnya. Menyalimi ibu gadis itu, kemudian keduanya masuk lagi ke dalam mobil dengan Elora yang mengode melalui matanya agar Reinder membukakan pintu untuknya. Reinder tidak bicara apa-apa. Cowok itu bergerak saja melakukan permintaan Elora tanpa menolak.
Memutar kap mobil BMW Vantablack miliknya itu, Reinder duduk di balik kemudi dan melajukan kendaraan itu melata di jalanan ramai kota Jakarta. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang mengeluarkan suara. Reinder yang fokus ke depan jalanan, sedang Elora hanya sesekali melirikkan mata atau menoleh pada Reinder sambil bibir yang menyungging senyum.
"Panas ya?" Elora mengibas-ibaskan tangannya ke wajah serta ke bagian lehernya yang cukup terbuka karena gadis itu memakai atasan tipe sabrina yang mengekspos bagian lehernya yang jenjang nan putih itu.
"AC nya dinaikin aja." Reinder mempersilahkan.
"Naikin apa? Naikin kamu?" Elora pura-pura tidak dengar. Reinder sampai menoleh cepat, kemudian kembali ke depan lagi karena ada motor yang menyalip dari belakang.
"AC nya Elora." ulangnya membenarkan. Elora terkekeh kecil karenanya. Suka sekali dengan kesabaran Reinder acap kali meladeni dirinya.
"Oh. Aku pikirin naikin kamu. Tapi kalo kamu mau, di mobil juga asik kayaknya." Reinder membasahi bibirnya, membelokkan mobil ke kiri jalan masuk ke kawasan perumahan. "Kok diem? Mau gak?" Elora masih melanjutkan godaannya.
"Ini di jalan El, bahaya."
"Ya udah di rumah nanti ya?" Reinder tidak mengindahkan ucapan wanita itu. Cowok itu bersikap pura-pura tidak dengar.
Sampai kemudian mereka tiba di rumah, Reinder turun dan membukakan pintu untuk Elora. Elora menggandeng lengan cowok itu yang meskipun sudah diturunkan oleh Reinder, ia kembali merangkulnya lagi. Alhasil Reinder membiarkan saja.
Mendorong daun pintu berwarna coklat tua itu, kedatangan Elora langsung disambut riang oleh Michelle.
"Kak Elora!" rangkulan Elora pada Reinder terlepas begitu saja. Cewek itu membalas pelukan gadis yang tingginya sebatas dadanya itu.
"Halo cantiknya kakak. Gimana kabar kamu? Makin cantik aja kakak lihat." Puji Elora membuat Michelle tersenyum.
"Michelle baik. Kakak juga tambah cantik. Akhirnya kakak dateng juga ke rumah El." Michelle memeluk perut Elora sekali lagi melampiaskan kerinduannya. Padahal baru bertemu satu kali, tapi entah mengapa rasanya Michelle nyaman sekali bila bersama dengan pacar kakaknya itu.
"Iya sayang. Maaf ya baru bisa nepatin janji sekarang. Kemarin itu Kak Elora bener-bener gak bisa."
"Iya Kak, gak papa. Yang terpenting, sekarang kakak udah ada di sini. Kakak bawa kan peralatan buat make up nya?" Elora dengan sedikit menunduk mempertemukan tatap dengan gadis itu mengangguk.
"Bawa dong. Ada di mobil tapi. Kakak ambil bentar ya?"
"Eits Kak," sebelum Elora pergi, tangannya dicegat oleh Michelle. "Biar Bang Rei aja yang ambil. Kakak langsung ikut aja ke kamar aku. Yuk!" Michelle menarik Elora untuk mengikutinya.
Dalam tarikan itu Elora menoleh pada Reinder.
"Gak papa kamu yang ngambil?" Reinder mengangguk pelan sebagai sirat setuju. Elora tersenyum sebelum ia dibawa pergi oleh Michelle menaiki anak tangga menuju kamar gadis itu.
Reinder pun kembali keluar untuk mengambil tas make up berwarna pink yang cukup besar yang dibawa Elora dari rumahnya. Setelahnya ia masuk lagi ke dalam rumah dan naik ke lantai dua dimana adiknya dan Elora berada sekarang.
Cklek.
Reinder membuka pintu kamar Michelle dan masuk ke dalam.
"Sini Bang Rei tasnya!" Michelle antusias dan menerima dengan senang hati uluran dari kakak laki-lakinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enervate
Romansa(21+) Update rutin Setiap hari Minggu. ••• Cinta itu anugerah. Anugerah manis bila kamu diberi kesempatan untuk merasakannya. Namun bagi Elora, cinta-nya pada Reinder selalu dibumbui kepahitan akan kenyataan. Jika perkara menarik perhatian Reinder...