Kebiasaan banget lupa update semalem😭 untungnya part ini lumayan panjang.
Happy Reading 😊
•••
Didalam sebuah kamar berukuran besar itu nampak sesosok wanita tengah menangis tersedu-sedu. Sudah hampir satu jam lamanya Elora yang masih dengan pakaian yang sama ketika pergi kuliah itu tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.
Elora merupakan tipe perempuan yang tergolong sangat sensitif hatinya. Elora gampang sekali menjadi perasa bila melihat sesuatu yang menyedihkan apalagi bila ada yang melukai perasaannya. Persoalan Reinder dan Anin, Elora sangat merasakan patah hati hingga rasanya hatinya hancur sehancur-hancurnya. Elora meluruhkan lagi air mata sesaat foto-foto Reinder dalam balutan pengantin pria begitu berseri dengan beskap putih bersanding dengan Anin melintas lagi dibenaknya bagai kaset DVD yang diputar secara berulang dan terus menerus.
Elora menyerbit hidungnya dengan tisu untuk mengeluarkan ingus akibat kelamaan menangis. Bunyi dering ponsel di sampingnya hanya dia lirik.
Reinder is calling...
Elora memalingkan muka tidak peduli. Ia tidak mengerti pada Reinder. Mengapa cowok itu masih mencoba menghubunginya seperti ini? Selain itu juga, Elora merasa kecewa dengan apa yang laki-laki itu perbuat saat ini. Jika memang sudah memiliki hati yang lain, perempuan yang dia idamkan, mengapa masih juga memohon serta mengejar-ngejar Elora? Sungguh, Elora tidak paham. Ia tak sangka laki-laki yang ia anggap paling sempurna punya perangai seperti ini.
Ting!
Setelah panggilan suara tadi berhenti dengan tidak membuahkan hasil, Elora tidak menjawabnya. Dentingan tanda pesan masuk pun menyusul tak lama kemudian.
Reinder : Elora
Reinder : Sayang, please jangan diemin gue kaya gini.
Reinder : kita ngobrol dulu ya? Mau dimana? Di rumah Lo apa kita ketemuan di luar?
Elora yang hanya membaca pesan-pesan yang dikirimkan Reinder itu dari pop-up yang muncul dilayar depan ponselnya semakin sendu.
"Giliran udah gini aja Sayang-sayangan. Kemarin kemana aja?" ujarnya berbicara sendiri.
Dering ponsel miliknya kembali berbunyi mengalun memenuhi kamarnya yang sunyi. Elora berdecak sebal mematikan smartphone nya itu lalu meletakkannya begitu saja secara telungkup di atas nakas samping tempat tidur. Menarik selimut hingga dada, Elora memejamkan matanya untuk menjemput alam mimpi. Untuk saat ini dirinya butuh sedikit ketenangan. Dan dunia nyata sedang tidak menawarkan itu padanya. Jadi Elora akan pergi ke dunia semu khayal yang bisa membawanya pergi dari bayang-bayang pernikahan pujaan hatinya dengan wanita lain.
Mami... Dada Elora sakit banget kayak ditusuk-tusuk. Reinder jahat, Mi. Adu-nya merengek dalam hati.
Sedang diseberang sana Reinder yang panggilan terus tidak mendapat jawaban bahkan yang terakhir ini ditolak, berdecak kasar kemudian mengembuskan napas panjang.
Reinder menyugar rambut legamnya sebagai pelampiasan keputusasaannya. Ini semua disebabkan karena Elora tidak kunjung membalas semua pesannya. Memberinya kabar seperti biasa pun tidak. Reinder tidak mengerti mengapa sikap Elora yang seperti ini bisa sangat mempengaruhinya. Reinder merasakan ada rongga yang kosong dalam dirinya ketika tak mendapat perhatian dari gadis itu. Reinder tidak nyaman dengan yang terjadi sekarang. Ia ingin Elora.
•••
"Elora! Sayang! Elora stop, please." Reinder mencegat pergelangan tangan gadis itu. Mereka saat ini sedang berada di koridor kampus. Elora yang tidak mau bertemu Reinder atau berbincang dengan laki-laki itu terus menghindar. Bahkan sudah hampir 1 Minggu perempuan itu tidak menampakkan wajahnya pada Reinder. Baru hari ini lah Reinder memiliki kesempatan mengejar Elora. "Elora, jangan gini sayang. I Miss you. Kenapa menjauh terus?" Reinder tampak sedih mengungkapkan perasaannya yang dijauhi Elora. Makin sedih lagi saat gadis itu malah mengalihkan mukanya kesamping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enervate
Romansa(21+) Update rutin Setiap hari Minggu. ••• Cinta itu anugerah. Anugerah manis bila kamu diberi kesempatan untuk merasakannya. Namun bagi Elora, cinta-nya pada Reinder selalu dibumbui kepahitan akan kenyataan. Jika perkara menarik perhatian Reinder...