5. Sakit

294 21 11
                                    

Berita pengunduran diri Mellyna sudah tersebar ke seluruh perusahaan, tak terkecuali Lina istri sang Direktur yang mendengan Mellyna akan mengundurkan diri, apa wanita itu menyerah??

Suasana makan malam di rumah Farhat terlihat menyenangkan, di tambah baby Rayyan yang mulai belajar bicara, ikut makan malam di sana.

Malam inipun Madan juga ikut makan malam dirumah keponaknnya.

"Paman... Aku dengan mbak Mellyna akan mengundurkan diri, apa benar itu???" Tanya Lina di sela makan malamnya.

"Ya seperti yang kamu ucapkan" jawab Madan tak peduli.

"Alasannya apa paman?" Tanya Lina lagi.

"Entahlah aku tidak membacanya, langsung aku Approv saja dan ku suruh mengantarkan ke HRD." Jawab madan masih sibuk memakan makan malamnya.

"Mbak Mel, banyak yang menggunjingnya kak..." Adu Lina kepada suaminya.

"Oh... Sepertinya aku sudah selesai makan malamnya, dan aku ada urusan di luar. Aku permisi dulu". Madan pergi meninggalkan pasangan suami istri yang masih menikmati makan malamnya.

"Melly itu sebenarnya orangnya baik, sudah sudah banyak menderita." Farhat menceritakan penderitaan Mellyna yang di perkosa sahabatnya saat sekolah dulu, dan dia korban pembullyan, dan mungkin sifat kerasnya karena dia menutupi kelemahannya.

Lina menutup mulutnya karena kaget mendengar kisah Mellyna, katanya hanya Farhat dan Mellyna yang tau masalalu pahit itu.

***

"Mbak... Kenapa mbak Mel keluar dari Seikh Apparel??" Tanya Lina esok harinya, Lina mengajak Melly bertemu di caffe saat pulang kerja.

"Ya mbak ingin istirahat saja Na, ingin ganti suasana." Mellyna tak ingin membuat Lina yang sudah memberinya kesempatan merasa kecewa dengannya.

"Mbak menyerah???" Lina seolah tau isi hati Mellyna.

"Tidak... Aku memang ingin ganti suasana, ingin mencari kehidupan baru dan tentunya membuka lembaran baru Na." Sebenarnya masih ada satu lagi alasan dia sudah terlalu sakit hati sama Madan dan tentunya menyerah dengan kesempatan yang di berikan Lina.

"Mbak mau kembali ke Singapura??"

"Tidak, sepertinya aku lebih suka di Indonesia Na, tapi belum tau mau kemana, aku tidak punya banyak kenalan di sini Na."

"Mbak kumohon tetaplah disini, ada aku dan kak Farhat yang sudah menganggap mbak Mel keluarga." mellyna tersenyum getir dan menjawab dengan gelengan.

"Mbak pokoknya dimanapun mbak berada jangan pernah lupa memiliki adik bernama Lina ya di Jakarta." Lina memeluk Mellyna dan ikhlas dengan keputusan yang di ambil Mellyna.

***

Tiga minggu sudah berlalu. Madan sering memberi tugas tak masuk akal pada Mellyna, contohnya meminta Mellyna ikut dengannya untuk ke perusahaan kain mencari matrial garment padahal sudah ada bagiannya sendiri.

Mellyna sering kelelahan karena jam kerjanya akhirnya sering molor karena dinas luar, harusnya Sera yang mendampingi Madan, namun Sera malah tidak pernah di suruh mendampingi Madan untuk dinas luar atau meeting penting.

Sudah jam lima sore hari juga gerimis, namun Mellyna di minta Madan untuk ke gudang mengecek sisa matrial dan jarak gedung utama dan gudang cukup jauh melewati beberapa gedung.

Padahal hari ini Mellyna kurang enak badan, seharian tak ada makanan yang bisa masuk ke dalam perutnya karena akhir-akhir ini Mellyna sering merasa mual, dan memuntahkan makanan yang masuk di perutnya.

Kepalanya sudah semakin pening. Namun Madan tidak peduli berjalan cepat di depan Mellyna, dan Mellyna sudah berusaha berjalan mengikuti langkah Madan. Jarak antar gedung cukup jauh, membuat perut kosong Mellyna kram.

"Aaahhhh.... pak...Maddddaaan.... Tollllooong....." Mellyna luruh kelantai basah karena gerimis dan meremas perutnya , wajahnya terlihat pucat.

"Mel, kamu gak usah manja.!!" Madan Melihat Mellyna yang menunduk sambil memeluk perutnya.

Madan mendekat untuk memastikan Mellyna sakit beneran atau hanya acting, namun saat membantunya berdiri, Madan menilihat dara merembes dari dari celana Mellyna, kemudia Mellyna lemas dan pingsan, untung Madan dengan sigap memeluk Mellyna.

Untung pas kejadian itu mereka di luar ruangan yang dekat dengan parkiran mobil inventaris perusahaan, disitu pula para sopir perusahaan berada.

"Don, tolong bawa kami kerumah sakit segera.!!!" Doni sang sopir yang melihat Madan menggendong Melly langsung membukakan pintu mobil. Meski ada klinik di perusahaan, namun melihat darah yang merembes di celana Mellyna, Madan tidak berfikir dua kali untuk membawa Mellyna ke RS.

"Dokter tolong dia tadi pingsan dan ada darah yang merembes dari celannya." Madan membopong Mellyna ke IGD RS.

"Iya pak tolong bapak keluar dulu biar kami periksa."

Madan bergegas keluar dari ruang IGD dan menunggu di luar.

**"
Madan

Apa aku terlalu kasar padanya? Jujur aku gemetar melihatnya selemah tadi, harusnya aku bahagia melihat dia kesakitan.

Hampir satu jam Melly ada di dalam ruangan. Dan dokter keluar menemuiku.

"Bapak suami bu Mellyna??" Tanya dokter tadi.

"Bukan dok, saya atasannya di perusahaan, tadi dia pingsan dan kebetulan bersama saya." Aku tak mau di anggap suami wanita jahat itu.

"Emmm... Begini pak, bu Mellyna posisinya saat ini sedang hamil, dan kondisinya bayinya sangat lemah." Aku bagai di sambar petir saat dokter mengatakan kalau Mellyna hamil. Kenapa dia begitu bodoh tidak meminum obat pencegah kehamilan setelah malam itu. Aku tidak ingin punya anak dari wanita jahat seperti dia.

"Trus bagai mana dengan karyawati saya dok? Dia sudah siuman???" Tanya ku pada dokter tadi.

"Sudah sebentar lagi akan kami pindahkan ke ruangan rawat inap, tolong segera hubungi keluarganya ya pak" pinta sang dokter dan kemudian berlalu meninggalkanku

Aku menemui Mellyna yang tertidur lemah di tas tempat tidur, mataku beralih ke perut Mellyna, yang berisi bayi, apakah itu bayiku?? Kalau iya dia harus mati.

Bersambung
Jangan lupa vote & coment



Serpihan Kaca √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang