11. Bali

279 20 13
                                    


"Mau om ganti es krimnya??"biasanya Madan tidak terlalu dekat dengan anak-anak kecuali Rayyan cucunya.

Mariam hanya mengangguk dan tanpa ijin Madan langsung menggendong Mariam, di dekapnya Mariam dalam pelukannya, entah perasaan apa Madan merasa sakit melihat gadis kecil tadi menangis, jantunganya berdetak tak karuan kala  memeluk Mariam.

Sampai di kedai es krim di resto, Madan meminta Mariam memilih eskrim sendiri.

"Mariam pingin es krim rasa apa??"

"Mariam pingin rasa blue berry om, itu rasa kesukaan Mariam"

"Sama dong, om juga paling suka dengan blue berry, kita pesan yang sama ya??".

Akhirnya mereka membeli dua eskrim yang sama dan memakannya di salah satu kursi resto.

Madan clingak clinguk mencari keberadaan orang tua Mariam tapi tidak ada orang tua yang mencari anaknya.

"Sayang kamu sama siapa ke sini??"

"Sama Mama & mbak Risa."

"Lah mama sama mbak Risa mana???" Tanya Madan heran karena tidak ada perempuan berwajah India atau timur tengah selain dia di sini, Madan yakin kalau Mariam bukan anak orang pribumi, terlihat jelas garis wajahnya mereka mirip.

Ya Madan menyadari kemiripan wajah mereka.

"Mamah sedang meeting om, mamah kerja di sini, kalau mbak Risa tadi ke kamar mandi katanya perutnya sakit."

"Lah papa Mariam gak ikut??"

"Papa Mariam ada di surga om, tapi Mariam punya Papi ada di Semarang".

"Hei.... Brother.... Kamu sudah sampai ternyata, ini anak kamu, kapan nikahnya? Anaknya sudah besar?" Tanya seorang pria yang baru datang, dia teman Madan yang di tunggu dari tadi.

"Haiii.... Apa kabar??? Maaf dia ini....". Belum sempat di jawab, datang seorang wanita memakai hijab warna biru laut ke arah mereka.

"Mariam, kamu kok di sini....."

"Mbak Risa.... Tadi es krim aku jatuh, trus di belikan es krim lagi sama om itu" jawab Mariam menunjuk Madan.

"Maaf ya pak, kalau Mariam tadi mengganggu bapak, terimakasih untuk es krimnya". Risa merasa bersalah meninggalkan Mariam sampai es krimnya jatuh kalau dia tidak diare, mungkin Mariam tidak akan merepotkan orang lain.

"Tidak apa-apa, saya malah senang bisa berkenalan dengan Mariam". Jawab Madan.

Dan dua orang yaitu Risa dan teman Madan mengagumi wajah dua orang yang tidak saling mengenal sebelumnya begitu mirip, andai Risa bukan pengasuh Mariam, pasti dia juga mengira kalau mereka itu ayah dan anak.

"Baiklah pak kami permisi dulu, Mariam, pamit dulu sama om."

"Om, terimakasih untuk es krimnya ya, Mariam pamit dulu, dada Om..." Mariam menyalami dua orang laki-laki tadi dan melambaikan tangannya pada Madan.

Madan menatap Mariam sampai dia masuk ke dalam lift.

"Apa ada yang aku lewatkan bro....???"  Tanya sahabat Madan yang bernama Kevin.

"Tak ada... " Jawab Madan dan mempersilahkan duduk.

"Kalian begitu mirip, ku kira kalian ayah dan anak. Ternyata hanya dua orang yang baru kenal?? Dan kau begitu dekat dengannya, dan sepertinya kamu tak mau lepas darinya, jangan-jangan anak itu hasil sperma yang kamu titipkan pada teman tidurmu??? Hahhahahaha"

"Enak saja, aku selalu bermain aman, pernah sekali tapi gagal, anakku tidak terlahirkan dengna selamat." Madan menunduk mengingat anakknya yang sudah pergi.

"Owh... Maaf aku ikut berduka."

💗💗💗

"Sayangnya Mama, entar kalau mau main di pantai, jangan jauh-jauh dari mbak Risa ya, mama nanti kerja dulu, ya sayang???" Pamit Mellyna pada putrinya, dan meninggalkan mereka di kamar hotel di Bali, sedang Mellyna  datang ke acara pertemuan, yang dia ketahui pertemuan Buyer produk Garment dari berbagai merk dunia, untuk membuat kesepakatan bersama.

Mellyna memakai pakaian yang sangat anggun, memakai kulot panjang berwarna putih, dan outer etnik tenun khas kalimantan berwarna biru, memakai pasmina berwarna abu-abu, sangat cantik bahkan Mellyna terlihat seperti wanita berusia dua puluhan .

Dia memasuki ruangan khusus penerjemah, disana duduk beberapa orang penerjemah dari berbagai bahasa, dan dia penerjemah dari bahasa Jerman ke bahasa Inggris. Dia memasang earphone dan microfon, dia mulai menggunakan indra pendengarnya untuk menyimak seorang wanita Jerman berbicara, dan dengan jelas Mellyna menyulih nya menjadi bahasa Inggris.

***

Madan

Acara sudah dimulai, aku hanya menguasai 3 bahasa yaitu  India, Inggris dan Indonesia, saat pembicara pada loyal dengan bahasa mereka, telingaku samapai panas memakai earphone, aku hanya mampu menggerutu dalam hati harusnya Farhat yang datang, tapi pria ber istri itu tidak mau meninggalkan istrinya di Jakarta, padahal bisa kan istrinya di ajak.

Seandainya dulu aku tidak membiarkan Mellyna pergi mungkin aku juga sudah membina keluarga seperti Farhat, dan pasti kami punya anak lagi.

Kenapa harus Mellyna, wanita yang bikin aku tak mampu melihat wanita lain, kenapa setelah aku menabur ribuan luka padanya malah hatiku memilihnya. Pasti wanita itu sekarang sangat membenciku.

Mungkin wanita itu kini sudah bahagia dengan pria di luar sana, mungkin juga dia juga sudah menikah dan punya beberapa anak.

Aku sering mengolok diriku sendiri, yang terjebak dalam perangkap yang aku buat sendiri.

Aku lelah mendengarkan ceramah dari berbagai pemilik brand dunia, dan sampai di salah satu pemilik brand dari Jerman, dan kupingku sudah mulai panas, baru mau kulepas aku mendengar suara yang tidak asing di telingaku.

Aku dengarkan dengan seksama suara perempuan yang menerjemahkan bahasa Jerman ke bahasa Inggris.

"Mellyna.... Itu suara Mellyna." Aku berdiri mencari dimana tempat duduk para translator berada.

Dan Netra Madan menangkap seorang wanita sedang, berada di ruangan khusus dan terpisah dengan kaca bening, wanita tadi memperhatikan kedepan dengan baik, dan terlihat mulutnya berucap sama dengan suara  yang terdengar oleh Madan.

"Mellyna...." Bisik Madan pelan seolah tak percaya melihat wanita yang dia cari berada di Bali.

Bersambung
Jangan lupa Vote ya.....

Serpihan Kaca √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang