Hai hai hai.....
Assalamualikum....
Akhirnya udah sampai di part 7.
Maaf di bagian ini banyak flashbacknya ya
Semoga kalian suka dan mendapat hikmah dari cerita ini.
Tetaplah berbuat baik
Selamat membaca....💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
" Assalamualaikum, Mbak Mel apa kabar????" Lina memasuki ruangan rawat Mellyna dan membawa parcel buah di tangannya.
"Lina... Kamu kok disini....??" Tanya Mellyna balik saat melihat wanita anggun bergamis hijau tosca dan berhijab putih.
Mellyna bersyukur Lina datang di saat, Madan sudah pergi, dan mungkin sudah kekantor.
"Iya mbak, aku dengar dari kak Farhat, kemarin mbak Mel di larikan ke RS karena pingsan." Memang tak ada yang tau soal kehamilan Mellyna selain Madan.
"Mbak Mel... Sakit apa???".
"Hanya tensi drop dan asam lambung saja kok Na."
Lina melirik obat yang ada di meja samping tempat tidur Mellyna.
Ada dua obat yang di kenal Lina, yaitu Asam Folat dan penguat kandungan, Lina pernah hamil dan pernah mendapatkan obat yang sama ketika dia dulu di rawat di RS.
"Mbak Mel... Jangan bohong sama aku, aku tau itu obat apa, aku pernah meminumnya saat hamil si kembar dulu.... apakah mbak Mel berbadan dua???" Lina bertanya pada Mellyna dengan suara lirih.
Dan Melly takut berbohong pada wanita seperti Lina, entahlah Melly selalu tak sanggup tegar di hadapan Lina.
Mellyna mengangguk, dan Lina langsung memeluk Mellyna erat. Dan bertanya-tanya siapa ayah bayi yang di kandung Mellyna.
"Siapa ayahnya mbak???" Melly hanya menggeleng sebagai jawaban pada Lina, Melly masih menyembunyikan siapa ayah bayi yang di kandungnya.
"Apppakah..... Ayahnya paman Madan???" Tanya Lina ragu, entah punya keyakinan darimana kalau Madan ayah dari bayi Lina, pasalnya dia sering melihat gelagat aneh dari pamannya ketika Lina menanyakan Mellyna padanya.
Dan di jawab dengan anggukan kepala pelan oleh Melly, dan Lina menutup mulutnya, pamannya yang dikenal pria dingin dan sepertinya tidak punya hubungan dengan wanita manapun, ternyata memiliki hubungan dengan sekretarisnya, bahkan sampai hamil.
"Na... Tolong, aku mohon padamu, jangan samapai ada orang lain tau soal kehamilanku. Karena ayah dari bayiku menginginkan dia mati. Berjanjilah padaku Na". Lina menggeleng, seolah tak percaya kalau pamannya yang terlihat baik tega ingin menggugurkan anaknya.
"Tidak mbak, paman Madan harus bertanggung jawab atas bayi yang mbak Kandung." Lina kekeh pamannya harus bertanggung jawab atas anak yamg di kandung Mellyna.
Kemudian Melly menceritakan kejadian yang sebenarnya, bagaimana dia terbagun di kamar hotel bersama Madan, dan sampai bagaimana dia memanipulasi kehamilanya agar Madan mengira bayinnya memang sudah tidak ada.
Flashback on
Mellyna
Kejutan apa lagi ini ya Allah... Engkau menitipkan bayi pada wanita yang jahat sepertiku, apa aku mampu ya Allah.....
Aku meraba perutku, entah kenapa jantungku berdetak lebih cepat ketika jemariku sampai ke perutku, dan entah apa kenapa bibirku melengkung untuk tersenyum.
"Jadi anak yang kuat ya nak... Temani mama menghadapi dunia yang kejam ini."
Tiba-tiba perutku kembali kram... Ya Allah.... Sakit sekali......
"Susteeerrrrr......" Aku memencet tombol yang ada di meja nakas.
Sesaat kemudian Madan dan diikuti seorang suster masuk keruangan, kukira dia sudah pulang ternyata dia masih di luar.
"Kenapa nyonya???"
"Perutku Sus... Sakkkkiiiiitttttt"
"Sebentar Nyonya saya panggilkan dokter, tolong pak, nyonya Melly di ambilkan minuman hangat dulu." Suster tadi pergi, dan Madan dengan ekspresi tak terbaca atau bisa di bilang akting wajah sok khawatir mendekat dan mengambilkan air minum dari botol tahan panas yang ada di meja nakas.
"Minumlah.... " Tanpa harus berdebat aku menerima segelas air putih hangat dari tangan Madan, dan kram di perutku berangsur berkurang, mungkin anakku ingin minum dari ayahnya, ah ini hanya kebetulan, anakku sama sepertiku, bukan orang manja.
Sesaat kemudian dokter masuk, dan meminta Madan menunggu di luar.
"Oh bayinya tidak apa-apa bu, hal biasa kalau perut sering kram, pendarahannya juga sudah berhenti. Ibu jangan banyak bergerak dulu, dan jangan banyak pikiran ya ..." Aku bernafas lega, mendengar penuturna sang dokter bahwa bayiku baik-baik saja.
"Dokter.... Boleh saya meminta bantuan anda...."
"Apa bu??" Dokter wanita tadi kembali menatapku, setelah beberapa saat melihat catatannya.
"Katakan pada laki-laki di luar sana, bayiku tidak bisa di selamatkan. Pria itu ayah dari bayi yang aku kandung, namun dia tidak menginginkannya, dia memperkosa saya, dan meminta saya menggugurkannya dok". Air mataku tanpa di kode mengalir begitu saja, membayangkan anakku yang tidak mendapat pengakuan dari ayahnya.
"Baiklah, demi kebaikan ibu dan anak ibu, saya akan katakan begitu, jaga kesehatan ada baik-baik, jangan berfikiran macam-macam, setelah ini anda akan di bawa suster ke ruang penanganan, agar pria tadi percaya."
Flashbeck off
"Baiklah mbak... Aku akan jaga rahasia mbak, tapi tolong dia sepupuku, jangan lupa kabari aku tentang kondisinya, dan kita jangan lepas silaturahmi ya mbak, berjanjilah padaku, suatu saat paman Madan harus tau keberadaan anaknya". Pinta Lina setelah mendengar cerita Mellyna.
"Baiklah.... Aku setuju, setelah ini aku akan pergi kalau kondisiku dan bayiku sudah kuat, aku akan mengabarimu dimana keberadaanku, dan soal memberitahu Madan, aku tidak bisa berjanji, aku tak sanggup anakku di hina oleh orang lain meski dia ayahnya"
"Mbak jaga diri baik-baik ya... Jangan sungkan dengan kami, aku dan kak Farhat akan siap membantu apapun yang mbak butuhkan!" Lina prihatin dengan Mellyna, dia harus mengalami pelecehan untuk kedua kalinya sampai hamil, dan dia tak habis pikir pamannya yang terlihat baik ternyata tega melakukan hal keji kepada Mellyna dan meminta memggugurkan anaknya.
*****
Bersambung....
Jangan lupa vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Kaca √
General FictionEND Dulu aku pernah punya akun Atharaz. Salah satu judul novel yang pernah aku buat berjudul 30 Hari Untuk Selamanya. dan ini Sequel dari novel tersebut. namun kisah ini bukan dari anak Lina & Farhat, namun kisah si Antagonis Mellyna. yang belum tau...