15. Kelicikan Fariz

296 20 9
                                    

"Lina.... " Mellyna melihat Lina dan Rayyan duduk di luar ruangan ICU.

"Mbak Mel... Mariam ada di dalam, dia tidak mau berpisah dari paman Madan mbak.". Mellyna duduk lemas di samping Lina, dengan pikiran yang carut marut.

"Apa Madan tau??" Tanya Mellyna

"Kurasa belum mbak."

"Risa, bagaimana ini bisa terjadi??"

"Maaf kan saya mbak, tadi kami ke pantai, trus kami bertemu dengan pak Madan, kami bukan baru sekali bertemu mbak, sebelumnya di resto Mariam bertemu dengan pak Madan, trus pas di pantai Mariam lari-larian tidak mau maem sayur maunya cumi bakar tanpa nasi, trus jatuh nubruk pak Madan, Mariam mau maem kalau di suapi pak Madam dan kalau sudah habis, mau diajak makan cumi
Bareng. Dan maemnya habis, Mariam nagih pak Madan untuk makan cumi bakar, dan pak Madan ngajak Mariam makan di resto hotel, maaf mbak Mel pas itu aku lalai, Mariam terjatuh ke kolam, dan pak Madan berusaha menolong, ternyata pak Madan juga tidak bisa berenang, Mariam merasa bersalah dari tadi dia nangis terus."

Farhat keluar dari ruang ICU sambil menggendong Mariam yang tertidur.

"Mellyna, apa kabar??" Farhat tersenyum melihat sahabatnya yang sudah lama menghilang.

"Kabar baik, itu Mariam tidur??" Tanya Mellyna.

"Iya, dia tidur" Mellyna melihat putrinya yang pulas dalam gendongan Farhat, kemudian mengambil alih putrinya.

"Mungkin dia kelelahan menangisi papanya yang sakit." Farhat menekankan kata papanya agar Mellyna tau bahwa ada darah pamannya di dalam tubuh putrinya.

"Maaf Farhat papa Mariam sudah lama mati, dia hanya anakku". Mellyna menegaskan pada Farhat betapa besar luka yang di berikan Madan sehingga menganggap ayah Mariam sudah mati.

"Mel...!" Farhat seolah tidak terima dengan ucapan Mellyna, pamannya masih hidup tapi di anggap mati.

"Cukup Farhat, kamu tidak tau bagaiman pamanmu itu menindasku, bagaimana Mariam bisa hadir, bagaiman pamanmu menolak anakku, permisi aku mau pulang. Dan tolong jangan katakan apapun pada Madan soal Mariam." Mellyna bergegas pergi meninggalkan pasangan suami istri di depan ruang ICU.

"Mel, kamu tidak menanyakan kondisi paman Madan???" Tanya Farhat sedikit meng iba.

"Tidak penting buatku, permisi Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam..." Mellyna da Risa begegas pergi meninggalkan rumah sakit dan kembali ke hotel.

Di ICU Madan berulang kali mengigau memanggil Mariam, Lina sampai tak tega ingin menelphon Mellyna agar Mariam di ijinkan menjenguk Madan.

🐞🐞🐞🐞

Semalaman Mellyan tidak tidur dia baru kali ini memiliki ke kakhawatiran yang luar biasa, bagaimana kalau Madan Marah dan mengambil anaknya, atau menyakiti putrinya.

Paginya Mariam sudah merengek minta di antar ke RS menjenguk Madan

"Maaah.... Mariam mau jenguk om Madan mah..." Mariam merengek pada Mamanya ketika dia bangun pagi.

"Sayang.... Mariam masih kecil, gak boleh ke RS." Mellyna berusaha menjelaskan putrinya.

"Boleh mah... Dokter mengizinkan, Mariam bilang sama dokter kalau om Madan papanya Mariam yang sudah lama gak ketemu, dan di ijinkan nemui om Madan di ruangannya mah, bagaimana kalau om Madan bangun dan nyari Mariam mah... Kasian dia." Mellyna hampir nangis, bagaimana menasehati putrinya biar nurut tidak minta ke RS, padahal dia juga masih ada pertemuan di hari terakhir.

"Sayang.... Mamah masih ada kerjaan, nanti nunggu Papi F yang nganter". Gak mungkin Mellyna mengantar Mariam menjenguk Madan, bisa ketahuan kalau dulu Mellyna membohonginya.

"Bener Mah... Makasih ya mah, kapan Papi F sampai di Bali??".

"Papi masih di pesawat, mungkin dua jam lagi nyampai, tapi Mariam harus nurut sama Papi dan mbak Risa ya, jangan rewel ya sayang" Mellyna mencium gemas putrinya dan berdo'a semoga tidak terjadi apa-apa nanti.

🦋🦋🦋

Jam sebelas siang Mariam di antarkan Fariz dan Risa ke Rumah Sakit.

Fariz kali ini menolong Mellyna tidak gratis, dia harus mau di ajak foto ala-ala prewed dan di unggah di sosmed, dan menjadi pacar Fariz selama tiga bulan.

Karena kepepet akhirnya Melly menyetujui ide gila sahabatnya itu.

"Assalamualaikum Tante Lina....." Mariam memakai baju tanpa lengan berwarna pink dan celana panjang bahan denim, rambutnya di ikat dan memakai pita warna pink.

"Wa'alaikum salam sayang... Kamu sama siapa ke sini??" Tanya Lina sambil mensejajarkan tingginya dengan Mariam.

"Mariam datang sama Papi. Ini Papinya Mariam, baru datang dari Semarang tadi pagi." Farhat melihat pria yang sepertinya bukan tipe Mellyna sekali, pria berpenampilan ala anak muda jaman sekarang, kalau bagi Mellyna penampilan pemuda itu kurang Manley dan wajahnya terlihat lebih muda dari Mariam, lebih cocok sama pengasuh Mariam dari pada sama Mellyna.

"Hai.... Saya Fariz, papinya Mariam." Lina dan Farhat mempersilahkan mereka masuk keruangan Madan.

Madan sudah sadar pagi tadi, dan menanyakan Mariam.

"Sayangnya Om Madan... Kamu apakabar sayang..." Madan merentangkan tangannya, dan Mariam berlari naik ketempat tidur Madan dan memeluknya.

Madan memberikan ciuman ke pipi dan rambut Mariam.

"Farhat, pas di telpon aku akan mengenalkan kamu dengan seorang gadis kan?? Ini dia Mariam." Madan memperkenalkan Mariam dengan bangga.

Kebahagiaan mereka terpotong dengan deheman seorang pria yang datang bersama Mariam.

"Oh iya om, Mariam kesini bersama Papi F om, dia papinya Mariam." Fariz menyambut tangan Madan.

"Fariz.../Madan..." Mereka saling menyebut nama.

Fariz memandang interaksi dua manusia beda gender dan beda usia namun ada banyak kesamaan di fisik mereka, pantas saja Mellyna menyuruhku mengantarkan Mariam, Fariz tersenyum miring seolah mendapat ide untuk menyeret Mellyna ke pelaminan.




Bersambung
Jangan lupa Vote ya....💗

Serpihan Kaca √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang