3. Hukuman

324 21 9
                                    


Begitu banyak hukuman yang di terima oleh Mellyna. Dia kaget kala dia terbangun dari kamar hotel yang di beri Madan dengan kondisi tanpa busana, serpihan ingatannya kembali, bagaimana dia mendamba sentuhan, rasa panas ditubuhnya, dan berakhir dengan hal yang tak di inginkan bersama pria yang membencinya di.

***
Madan

Setelah Mellyna ke kamar hotel yang dia maksud, aku bergegas menyusulnya, aku membawa kartu kunci cadangan.

Sepertinya sukses manjur juga obat perangsang yang aku minta pelayan memasukkan ke minuman orang yang bersamaku.

Setelah ku tempelkan kartu ke gagang pintu kamar, ku dorong perlahan pintu kamar, aku berjalan tanpa suara, karena di lantai kamar terdapat karpet, dan pemandangan pertama yang aku lihat adalah Mellyna tanpa busana yang terlihat menggeliat seperti cacing kepanasan.

"Waaawww...." Itu kata yang ku ucap saat menyaksikan pemandangan itu.

"Madan.... Tolong aku..... Pannnnasssssh....." Mellyna merintih menatap memohon padaku, senang rasanya aku akan menghancurkan wanita sombong di depanku, dia sudah lupa memanggilku pak.

"Aku harus menolong bagaimana Mel??" Aku menatap nya dan tersenyum meremehkan, meskipun organ bawahku sudah meronta melihat Melly dalam keadaan yang begitu menggiurkan.

"Sentuh aku Dan... Plissss.... Aku tersikssssaaaaah...." Melly mengacak rambutnya sendiri, terlihat dia sangat frustasi.

"Memohonlah dulu padaku Mel" aku tak bergeming masih menatap nya.

"Kumohon Madan .... Sentuh aku...."

Aku mulai melepas kacing lengan ku dan mulai melepas kancing bajuku, sepatu, celana juga ku tanggalkan.

Dan balas dendamkupun di mulai.

Sial ku kira aku yang pertama bagi Mellyna, meski sempit, tapi aku bisa membedakan mana yang murni dan bukan.

"Ternyata kamu juga sama brengseknya dengan aku Mel.... Kamu sudah bekas ternyata....!!!" Omelku di sela-sela kegiatan panas kami.

"Berani sekali kamu barang bekas mendekati keponakanku. Dasar kamu jalang." Aku menjambak rambutnya dan ku cium paksa dia dari arah belakang.

Aku senang melihat dia tersiksa. Entah berapa kali aku menikmati tubuhnya, meski barang bekas, Melly masih sangat nikmat, membuat aku on terus.

Rasanya baru sebentar aku tidur namun aku dibangunkan oleh suara tangis seseorang.

"Aku baru saja tidur Mel, kenapa kamu brisik sekali, ini bukan pemakaman, kenapa kamu menangis hah??!!!" Aku sangat benci melihat wanita menangis.

"Pak Madan yang terhormat, tolong katakan apa salahku padamu??? Kenapa kamu lecehkan aku seperti ini???". Melly duduk di tempat tidur d meremas selimut yang menutupi tubuh polos kami.

"Lecehkan??? Ooowwwhhh... Nona Mellyna, semalam kamu yang memohon padaku. Lihat itu di samping kirimu, ada kamera, kamu bisa melihat bagaimana kamu memohon padaku untuk di sentuh. Dan aku cuman bermain dengan barang bekas, jadi tidak ada yang aku rusak semalam, kamu sudah rusak sebelumnya." Meskipun terasa puas aku mengatakan pada Melly sekaligus hatiku terasa perih.

Dalam hati aku menyesali perbuatan kejiku, harusnya bukan seperti ini caranya membalas kejahatan Mellyna.

"Cukuppp..... Kamu tak punya hak menghinaku. Kamu tidak tau masa laluku. Kamu laki-laki sama saja, yang suka melecehkan wanita. Kamu laki-laki terbrengsek yang pernah aku kenal!!!!". Mellyna berdiri menarik slimut untuk menutup tubuhnya, dia memunguti ceceran pakaian yang berhamburan di lantai.

***

Mellyna

Aku bergegas ke kamar mandi, cairan hangat mengalir di sela pahaku, dari aromanya jelas itu adalah cairan sperma, entah berapa kali Madan membuangnya di dalam tubuhku.

aku melihat pantulan tubuhku di cermin, mataku terlihat merah, banyak tanda kempemilikan terlihat di leher, dada, pundak, perut.

"Ya Allah... Kenapa ini terjadi lagi, aku di lecehkan lagi Ya Allah... Apa aku tak pantas bahagia hik...hik...." Aku teringat masa lalu ku, aku pernah di lecehkan oleh teman-temanku di taman sekolah, meski satu orang temanku sudah berhasil merenggut kesucianku, untungnya Farhat datang menolongku, kalau tidak pasti lebih dari satu orang yang akan memasukiku, saat itu aku masih sekolah menengah, dan membuat aku menjadi dekat dengan Farhat.

Namun kini pamannya Farhat yang dulu kakak kelasku yang selalu dingin padaku, melecehkanku dan menghinaku, tanpa tau kenapa aku sudah rusak.

Ya Allah... Apa aku memang tidak pantas bahagia??

Cukup lama aku di kamar mandi membersihakan kotoran yang tak bisa hilang dari tubuhku, dan berharap Madan sudah tak lagi di dalam kamar ini.

Aku harus kuat... Aku dulu menjadi angkuh dan menyendiri karena aku punya masalalu buruk. Aku harus bisa lebih baik lagi. Aku tak ingin Madan semakin menginjak-injak harga diriku. 'ayo Mel tunjukkan pada dunia, kamu tak akan hancur oleh siapapun'

Aku keluar dari kamar mandi dan kulihat Madan masih menungguku di luar, aku muak melihatnya, namun aku harus terlihat tenang, jangan sampai terlihat lemah. Aku yakin meski aku semalam memohon untuk di sentuh oleh Madan, dan aku tak mampu mengontrol tubuhku itu pasti karena kelicikan Madan.

"Ku kira kamu bunuh diri di dalam Mel..." Senyum miring terlihat, seolah mengejekku .

"Maaf Madan.... Oh... Pak Madan... Hidupku terlalu berharga untuk bunuh diri karena di lecehkan pria brengsek sepertimu". Aku keluar meninggalkan Madan yang tertawa terpingkal-pingkal, padahal aku yakin tidak ada yang lucu dalam ucapanku.

Aku masuk ke dalam mobil Mitsubishi Mirage berwarna ungu, aku melampiaskan kekesalanku pada kemudi mobilku aku pukul seolah memukul Madan.

"Aku bukan Mellyna lemah!!!!".

Bersambung

Jangan lupa vote

Serpihan Kaca √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang