11] Punishment and pain

1.6K 207 22
                                    


Jangan lupa vote dan berikan komentar, seperti kritikan atau saran, mungkin?
_______

Oh iya, kalau tidak keberatan, bisakah promosikan cerita ini? Biar rame gitu,
_________

Oke lah, happy reading ✨

•°•°•°•

Bangunan megah yang terlihat sepi itu membuat Nayaka mengembuskan napas berat. Dirinya berjalan pelan untuk masuk ke dalam mansion utama milik keluarga Aranantha. Meskipun dia tau, orang-orang sudah menunggunya di dalam. Mungkin, untuk melihatnya dihukum? Yah, seperti biasa.

"Bunda... doa'in Naka supaya selamat lagi dari amukan mereka," lirih Nayaka seraya mengatupkan kedua tangannya. Laki-laki itu menghela napas dalam sebelum memasuki mansion dengan perasaan gelisah.

Nayaka tau dirinya akan mendapatkan hukuman karena sudah membuat Aarav masuk rumah sakit. Tetapi, bukankah dia sudah terbiasa menerima pukulan dari mereka? Jadi, untuk apa gelisah karena sesuatu hal yang sudah biasa dia alami?

"Hei, berikan sambutan untuk jagoan yang baru saja tiba ini." celetuk Celyn, ibu kandung Aarav yang bertepuk tangan dengan senyuman manis setelah melihat Nayaka yang berdiri di ambang pintu.

Sontak saja semua orang yang berkumpul di ruang tamu menatap Nayaka dengan tatapan sinis. Terutama, Alois. Bos besar yang mengatur semua hal yang dilakukan keluarga Aranantha. Peraturan pria tua itu bersifat mutlak. Atau bisa dibilang, tidak boleh ada yang melanggar.

Di sisi lain, Nayaka mulai berjalan pelan ke arah Alois. Laki-laki itupun bersujud di bawah kaki ayahnya dengan tatapan sendu. Meskipun dia tau, bahwa tidak ada kata ampun untuknya. Nayaka memang bagian dari keluarga Aranantha. Tetapi, dia merasa seperti manusia tidak berguna diantara mereka.

Karena sebuah kesalahpahaman, Nayaka harus menanggung semua beban dipundaknya. Saat kejadian itu, dirinya bahkan belum bisa memakai pakaian dengan benar. Tetapi, mereka justru terus memaksanya untuk mengakui kesalahan yang tidak pernah dia lakukan.

Lita mengalami keguguran bukan karena dirinya. Tetapi, mau bagaimana lagi? Mereka tidak mau mendengarkan ucapannya. Karena tidak mungkin, mereka mempercayai perkataan seorang anak kecil yang masih berusia satu tahun.

"Bangun." titah Alois dingin. Pria itu menggeram kesal seraya menarik rambut Nayaka dengan kuat. Sebab Nayaka tidak juga bangun dari sujudnya. "Apakah sekarang kamu tuli? Atau memang kamu tidak mau lagi mendengar perintah saya?"

Nayaka meringis pelan. Kemudian menggeleng cepat agar tidak dihukum berat oleh Alois. "Tidak. Naka masih mau mendengar perintah Ayah. Naka tidak bohong," balasnya dengan suara serak.

"LALU, KENAPA KAMU HANYA DIAM SAAT SAYA MEMBERIKAN PERINTAH?!" teriak Alois emosi yang langsung menendang perut Nayaka dengan sangat kuat. "APA TELINGA KAMU SUDAH TIDAK BERFUNGSI LAGI, HAH? JAWAB!"

Alois terkekeh sinis kala melihat Nayaka yang menunduk dengan raut wajah kesakitan. "Ohh. Jadi, sekarang kamu jadi manusia bisu, ya? Nggak bisa ngomong kamu?" ketusnya dengan senyuman miring.

Sejujurnya, Nayaka ingin menjawab. Tetapi, dirinya tidak bisa lantaran rasa sakit lebih mendominasi. Tendangan Alois sangatlah kencang. Dan, bisa dipastikan akan ada lebam kebiruan yang muncul di bagian perutnya. Bahkan luka di punggungnya masih belum sembuh total. Tetapi, pria tua itu tidak mungkin memberikan rasa peduli padanya.

831 Baby SitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang